Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Saat di Hari Pertama Masuk Sekolah

18 Juli 2016   14:27 Diperbarui: 18 Juli 2016   16:18 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Iyaa.. biasanya kakak juga lama kalau mandi!" protes Adik.

"Hus, sudah, nggak usah ribut. Buruan siap. Kakak, ayo mandi cepat. Biar nggak telat!"

"Siap Bun..." kata Kakak sambil menenteng handuk masuk kamar mandi.

"Nggak pakai lama ya, Kak...." seru Bunda. Tapi keburu kakak telah masuk kamar mandi. 

Keributan terjadi, saat adik bingung mencari kaos kaki. Selalu begitu. Kalau tidak bertanya di mana letak kaos kaki, bukan adik namanya. Padahal juga tempatnya sama dan tetap. Tapi selalu mencari di mana letak kaos kaki. Mungkin maksudnya malas mengambilnya. Untung saja, tadi malam Bunda sudah menyuruhnya mempersiapkan perlengkapan sekolah, seperti buku, dasi dan topi. Kalau tidak, pasti lebih ramai dan ribut.

Pukul 06.00 WIB. Kakak dan adik sudah siap dengan seragamnya. Tinggal sarapan. Mereka selalu sarapan, meski kakak sering ogah-ogahan. Tapi, kata Bunda sarapan itu penting. Agar perut tidak kosong dan nanti saat di sekolah, bisa berkonsentrasi dengan pelajaran. Jadi kakak nurut saja apa kata Bunda.

Pukul 06.15 WIB. Selesai sarapan. Kakak pamit berangkat sekolah. Sudah dijemput mobil jemputan sekolahnya. Menyusul adik. Juga dijemput oleh mobil jemputan. Mereka beda mobil, karena beda sekolah.

Bunda mengantar, hanya sampai depan pintu pagar. 

Uuff... rumah kembali sepi. Tinggal Ayah dan Bunda. 

"Ayah, kata pak Menteri, hari pertama kita disarankan mengantar anak ke sekolah. Tapi anak kita kan sudah ABG. Cukuplah mengantar di pintu pagar rumah. Boleh kan, yah?"

"Boleh lah Bun, kita kan sudah pernah merasakan mengantar mereka sampai sekolah. Bahkan menunggu sampai pulang. Ingat nggak? Dulu waktu mereka masih sekolah di TK, bahkan mereka menangis saat ditinggal. Terpaksalah Bunda nunggu di jendela kelas mereka." kata Ayah. Bunda tertawa. Ia jadi teringat. Dulu, saat kakak dan adik masih duduk di kelas TK, tak mau ditinggal pada saat pertama masuk sekolah. Maunya ditunggui sampai waktunya pulang sekolah. Begitu Bunda tak kelihatan dari penglihatan, mereka mencari, hingga konsentrasi mereka buyar. Tapi itu tak berlangsung lama. Begitu mereka mulai beradaptasi dan mengenal teman-temannya, mereka bisa ditinggal. Bahkan malu ketika ditunggui oleh bundanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun