"Tapi mengapa kau tak mau tinggal?"
"Ah, sudahlah, tak akan selesai membahasnya. Aku sudah boleh makan belum? Aku lapar. Nampaknya masakanmu enak sekali, Ara. Kau memang pandai memasak. Aku menyukai masakanmu. Beda denganku, aku tak pandai memasak,"
"Tapi kau wanita tercantik yang aku kenal, kau Pingkanku." Tak terasa ada buliran air menetes dari mata Ara. Hanya setetes, tapi begitu sangat membuatku gugup. "Apakah aku telah menyakitinya?" batinku.
"Ara, kau minta hadiah apa dariku? Apapun, asal kau tak memintaku tinggal,"
Seperti tahun sebelumnya, ia hanya menggeleng. Aku tahu, ia masih berharap, bahwa suatu saat akan tinggal bersamanya. Hem....
Ara mulai mengambil sajian dari atas meja, lalu ditaruh di atas piringku. Dua roll sushi isi smoke beef kesukaanku.Â
Aku mengucapkan terimakasih kepadanya dan mulai menyantap sajian sushi. Masakan Ara tak ada duanya. Selalu istimewa.
"Ara, boleh aku bilang sesuatu?"
"Apa?"
"Mengapa sampai sekarang kau tak mencari penggantiku? Apakah aku terlalu istimewa untukmu?"
"Duh, pakai nanya, ya jelas dong kau istimewa, sayang," jawabnya sambil memencet hidungku. "Kau aneh Pingkan." Ara tertawa. Suara derai tawanya terdengar merdu. Hatiku merasa lega.