***
Â
Saat itu langit mendung, nampaknya akan segera turun hujan. Kelas-kelas dan koridor sekolah mulai kosong. Karena tadi aku dipanggil bu Retno untuk membantu mengkoreksi tugas peer yang diberikan di kelas X. Sebenarnya tadi aku bersama Indri, tapi Indri pulang bersama Kevin, pacarnya. Akhirnya tinggal aku sendirian.Â
Â
Di dekat pintu gerbang sekolah, ada seorang cowok yang sepertinya menungguku. Dia Des. Ternyata, telah lama memperhatikanku, dan dengan senang hati mengantarku pulang. Siapa yang bisa menolak kebaikannya? Aku menerima kebaikan itu dengan senang hati. Sorot matanya yang tajam bak elang, menjadikanku terpana. Nah, itulah awal aku bertemu Des. Sejak saat itu, aku selalu pulang bareng dengan Des. Sejak saat itu pula, cinta bersemi karena selalu bersama. Aku kelas XI, Des kelas XII.
Â
Des lulus duluan dan diterima di Fakultas Mipa, harus meninggalku menuju kota lain yang lumayan jauh dari kota ini. Itu mengapa ia harus naik burung besi untuk menuju ke sana.
Â
Inilah awal gelisahku dan menganggap cinta membuatku tersiksa. Padahal aku sudah kelas XII. Sebentar lagi ujian. Ufff..
Â
Ah, mengapa aku selalu teringat Des. Di mana-mana terlihat Des. Di setiap sudut manapun, Des selalu muncul. Huhuhuuu.. mengapa cinta demikian menyiksa, aku ingin segera bertemu kembali dengan Des. Des dan Des.