Dear Dilla,
Hanya ada satu nama di sini, kamu, Fadilla Erzha.Â
Bila kamu rindu, curi saja hatiku, bawa pergi kemana kamu mau. Bila hatiku kamu bawa, bukankah sebagian jiwaku juga akan menyatu dalam jiwamu? Tak perlu ragu, sebab itu yang kita mau. Aku akan rindu padamu. Sangat rindu.
Desta Prabanu
Â
Kertas warna pink ini ada di sela buku notes. Kertas yang telah menghuni entah berapa lama, tapi masih tersimpan rapi. Dari Des, kekasihku. Surat yang ia berikan padaku saat awal ia pergi. Mungkin juga yang terakhir. Karena setelahnya, tak pernah menyusul surat kedua, ketiga dan seterusnya. Des hilang bagai ditelan bumi.
Â
Aku sedang mereka-reka, apa yang sedang Des kerjakan di balik belahan dunia. Aku tidak tahu, apakah ia mengalami hal yang sama atau tidak. Waktu sedetik, bagai beribu menit bagiku. Terasa lama, dan tak sabar untuk bisa berbincang kembali dengannya.
Â
Des yang baik. Itu mengapa aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Ia selalu care dan melindungiku. Sikapnya dewasa, padahal untuk menyikapi sifatku yang cengeng dan manja, ia selalu bisa bersabar. Usia Des memang setahun lebih tua dariku. Itu mengapa ia selalu memaklumiku yang bersikap cengeng dan manja. Bukankah itu menunjukkan bahwa Des mencintaiku?
Â