"Tak selalu. Percayalah padaku." Aku diam saja. Mana percaya aku padanya. Seniman keren seperti dia, mana pernah setia pada satu perempuan. Pasti banyak perempuan yang terpikat padanya, meski ia tak harus merayu.Â
 "Okey, finish, kau sudah boleh bergerak. Thanks ya cantik. Sempurna!"
 Aku segera berjalan ke arahnya untuk melihat hasil lukisannya di kanvas. Aku terbengong. Dahsyat. Begitu hidup dan bagai memiliki roh. Meski bentuk lukisan itu surealis, tapi bagai memiliki jiwa.
 "Dahsyat! Ilmu apa yang kau pakai? Hingga mampu membuat lukisan sedahsyat itu?"
 "Ilmu pikat!"sahutmu asal-asalan.
 "Kok ilmu pikat? Ngaco deh kamu."
 "Iya, serius, ilmu pikat, karena aku terpikat padamu." Aku melambung demi mendengar perkataanmu.
 "Sudah ah, aku mau pulang. Bilang pada Tiar, aku pulang sendiri, tak usah diantar."
 "Tunggu! Cium aku dulu."
 "Ogah, cium aja lukisan itu. Hahaha.." aku tertawa lebar sambil berlalu dari hadapannya.
***