Mohon tunggu...
wahyu indra
wahyu indra Mohon Tunggu... -

Pegawai Swasta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tentang Polemik dan Debat-debat A. Hassan

12 Juli 2017   16:49 Diperbarui: 12 Juli 2017   16:53 3028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Menurut keterangan dari hadits-hadits bahwa mengadakan bid'ah dalam urusan keduniaan yang memberi faidah bagi manusia, dipuji dan dijanjikan ganjaran yang tidak putus bagi pembuatnya selama bid'adnya itu memberi faidah."

"Sebaliknya, ada hadits-hadits melarang dengan keras dan mengancam dengan siksa atas orang yang berbuat bid'ah dalam urusan ibadah dan yang menyerupai ibadah, karena, menurut Islam, yang berhak mengatur urusan ibadah dan cara-caranya hanyalah Allah dan Rasul-Nya, tidak lain."

(selesai nukilan)

Secara logika, seseorang yang pernah kalah dan mengakui kekalahan dalam suatu perdebatan mengenai suatu pendapat, tentu akan berpikir seribu kali ketika dia akan mengemukakan kembali pendapatnya itu ke khalayak ramai setelah dia kalah dalam debat, karena hal tersebut akan mudah dipatahkan kembali oleh lawan debat yang mengalahkannya tersebut.

Jika benar A. Hassan pernah kalah dalam suatu perdebatan tentang bid'ah dengan ajengan/kyai di Bandung, dan diketahui setelahnya A. Hassan masih gencar mempublikasikan tulisan, berfatwa, dan berdebat tentang bid'ah, maka sebenarnya ajengan/kyai yang berhasil mengalahkan A. Hassan dalam debat itu dapat dengan mudah membantah A. Hassan kembali, atau setidak-tidaknya mereka akan mengungkit-ungkit kembali cerita tentang kekalahan A. Hassan dalam debat ke masyarakat luas untuk menggiring opini bahwa A.Hassan bukanlah ulama yang kredibel dan berilmu dangkal, sehingga masyarakat akan menjauhi dan tidak mendengar fatwa-fatwa.

Namun, sebagaimana diketahui dalam sejarah, hal tersebut tidak pernah terjadi. Dalam rentang antara 1940 -- 1958, tidak pernah diketahui ada yang mempublikasikan cerita tentang kekalahan debat A. Hassan, padahal saat itu cerita tersebut sangat ampuh menghentikan, atau setidaknya menghambat, dakwah A. Hassan. Cerita tersebut baru muncul di era 2000-an, puluhan tahun setelah A. Hassan wafat.

Jadi dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut, maka riwayat A. Hassan kalah debat seharusnya ditolak.

A Hassan sendiri pada saat masih hidup pernah memperingatkan tentang adanya berita-berita bohong yang menyebut bahwa dirinya kalah dalam perdebatan. Keterangan ini sebagaimana dipublikasikan dalam Majalah Pembela Islam edisi 8 Januari 1957.

Sebagai contoh berita yang tersebar di Jember dan Bondowoso yang menyebut bahwa A. Hassan tidak sanggup bermunazharah dengan Husain al Habsji lalu menyerah atau mengaku kalah. A. Hassan membantah berita tersebut dengan mengatakan :

"Dengan ini saya menjawab, bahwa Tuan Haji Husain al Habsji -- sampai sekarang -- belum mau berdebat dan belum mau menyerah, belum dapat juri, belum diizinkan oleh Tuan Natsir, Tuan Isa, Tuan Hamka dan lain anggota Konstituante, lantaran Tuan Haji Husain al Habsji pergi mencari perlindungan kepada mereka."

(selesai nukilan)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun