Mohon tunggu...
Wahyu Nugroho
Wahyu Nugroho Mohon Tunggu... -

Staf Pengajar Kimia di Universitas Palangkaraya, belajar menulis dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

I Read, therefore I Exist

21 Mei 2011   03:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:24 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

aku membaca maka aku ada

Meskipun mencontek perkataan terkenal dari Rene Descartes : “I think, therefore I exist”, nasihat ini sangat tepat. Membaca, sejatinya adalah “perintah” dari Allah, Rabb semesta alam. Bahkan kita tahu, inilah ayat pertama dari Al Qur’an;

“bacalah dengan [menyebut] nama Rabbmu Yang menciptakan” QS. 96: 1

Maka membaca adalah anugerah yang harus disyukuri. Menurut Anies Bawesdan, cendekiawan muda yang juga Rektor Universitas Paramadina, jumlah penduduk Indonesia yang bisa membaca [dan menulis] pada tahun 1945 ketika negeri ini baru merdeka, hanya 5% dari 70 juta. Sekarang [data tahun 2008], 90% penduduk sudah bisa membaca dan menulis. Ternyata kemampuan membaca berkaitan erat dengan kemerdekaan. Pun sebaliknya, penjajahan menghambat aktivitas “membaca”.

Sudahkah kita mensyukuri kemerdekaan?

Karena membaca adalah jendela pengetahuan, maka membaca adalah langkah pertama dalam proses “Knowledge Acquisition” yang akan menghantarkan seseorang pada proses “Knowledge Production”.

membaca dan penciptaan manusia

Dr. Tarek Abou-Ghazala (2010) dalam artikelnya, “Knowledge Acquisition dan Knowledge Production” di situs OnIslam.net, mengajak kita mentadaburi kisah penciptaan Nabi Adam As (QS. 2: 30-33).

Menurut beliau, sejarah pengetahuan dan proses berpikir manusia bermula dari moment ketika Nabi Adam As diciptakan. Diawali dekrit dari Allah Swt tentang penciptaan manusia, dan semua malaikat dikumpulkan untuk diberitahu. Kisah mulia ini sangat penting untuk difahami, karena berkaitan erat dengan seluruh eksistensi kita di dunia ini. Terkait peran kita sebagai seorang muslim, baik di barat atau timur.

“””Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."”” QS. 2:30

Segera setelah Allah Swt mengumumkan tentang penciptaan manusia, ada dua tuduhan yang diterima manusia ; berbuat kerusakan dan menumpahkan darah.

Mengapa Allah Swt menciptakan manusia yang akan menyebabkan kerusakan pada darat, laut, dan langit? Tetapi Allah yang Maha Bijaksana, Maha Mengetahui, berfirman kepada para malaikat bahwa ada sesuatu kebijaksanaan dan pengetahuan di balik semua ini yang tidak mereka ketahui.

Manusia tidak ditakdirkan untuk berbuat kerusakan. Sifat suka berbuat kerusakan ini tidaklah inheren dengan diri manusia, Begitu pula hasrat untuk menumpahkan darah. Kedua hal ini tidak genetik dengan diri manusia.

Allah Swt kemudian menunjukkan tidak hanya bagaimana cara agar manusia tidak berbuat kerusakan dan hidup damai, tetapi juga cara mencegah dan mengobati kerusakan dan pertumpahan darah.

“””Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" “”” QS. 2:31

Tahapan pertama, Allah Swt mengajarkan kepada Nabi Adam As seluruh nama-nama benda. Inilah awal dari “Knowledge Acquisition” ke akal-pikiran manusia.

Hanya Adam yang diajari, malaikat tidak bisa menjawab ketika ditanyai, mereka tidak punya akses untuk mengetahui.

“””Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." QS. 2: 32

Tahapan kedua dalam proses menyiapkan Adam As untuk amanahnya yang besar adalah meminta kepada Adam untuk memproduksi pengetahuan yang telah ia terima.

“””Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"“”QS.2:33

Jadi ada dua hal terjadi di kisah ini;


  1. Pengajaran seluruh nama-nama benda ke Nabi Adam As (Knowledge Acquisition)
  2. Nabi Adam As mengatakan nama-nama yang diajarkan (Knowledge Production)


Nabi Adam As bebas memilih  untuk menyatakan[memproduksi] pengetahuan yang telah dipelajari, secara benar atau salah.

Nabi Adam As tidak hanya membersihkan diri dari dua tuduhan; berbuat kerusakan dan menumpahkan darah, Dengan Knowledge acquisition dan knowledge production yang benar Nabi Adam As mampu melawan balik kerusakan dan pertumpahan darah.

Knowledge acquisition dan knowledge production adalah prasyarat, tidak hanya untuk melawan kejahatan tetapi juga untuk mereformasi kehidupan. Lawan dari kerusakan adalah reformasi dan lawan dari pertumpahan darah adalah kehidupan.

Kekuatan pengetahuan akan membawa reformasi kehidupan berkelanjutan melawan kerusakan dan pertumpahan darah. Tanpa “knowledge acquisition and production”, kejahatan mungkin tidak akan terjadi, tetapi tidak juga reformasi kehidupan. Status ketiadaan ini tidak cukup untuk menjadi penangkal kerusakan dan pertumpahan darah.

Ada empat model dari proses “ knowledge acquisition and production” ini:


  1. knowledge acquisition yang benar menghantarkan kepada knowledge production yang benar.


Model ini akan berperan sebagai pencegah kerusakan dan pertumpahan darah. Sebagai teladan adalah Nabi Adam As


  1. ketiadaan knowledge acquisition menghantarkan kepada ketiadaan knowledge production


Dicirikan  oleh perkataan ; “aku tidak tahu”. Model ini mandul untuk melawan kerusakan dan pertumpahan darah


  1. knowledge acquisition yang benar, tetapi knowledge production-nya salah


ini adalah “testimoni yang salah”, menyebabkan kerusakan dan pertumpahan darah ekstrim. Dalam bukunya, “Deadly Decisions”, Christopher Burns, menuliskan kasus-kasus besar seputar"How False Knowledge is at the core of many disasters today and in the past", Diikuti kalimat: How False Knowledge Sank the Titanic, Blew Up the Shuttle, and Led America into War.


  1. knowledge acquisition yang benar, tapi tanpa adanya knowledge production


Ini disebut “testimoni yang disembunyikan”. Model ini juga menyebabkan kerusakan dan pertumpahan darah.

Maka, alangkah pentingnya kita “membaca” dalam kerangka model: knowledge acquisition yang benar menghantarkan kepada knowledge production yang benar

...

Tidaklah sama antara orang yang mengetahui [sudah membaca] dan tidak memiliki pengetahuan [tidak atau belum membaca].

Perubahan…, membaca adalah cara termudah menuju perubahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun