Ingatlah, selagi kita masih mencangkok ekonomi kapitalis maka selama itu pula "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia" tidak akan tercapai. Disana ada "keadilan sosial", itu berarti "lampu hijaunya" adalah Sosialisme Indonesia, tak ada lagi yang lain.
Kita jangan terlalu allergidengan sesuatu untuk kepentingan bersama. Ingatlah, sampai sekarang ini rakyat Marhaen itu masih banyak akibat kebijakan Orde Barudahulu yang menginginkan Indonesia ini menjadi sapi perahan ekonomi kapitalis.Satu- dua puluh orang saja yang menguasai ekonomi di Indonesia ini dan sebagian besar menjadi "gelandangan ekonomi" saja.
Mengapa sampai bisa begitu, tiada lain literatur kita masih berat sebelah. Lebih banyak menyintai buku-buku Barat ketimbang buku-buku Timur. Akibatnya dalam dunia literasi kita dipenuhi dengan buku-buku Barat sehingga literatur-literatur kita masa lalu tak mendapat tempat lagi dalam perpustakaan-perpustakaan kita.
Di Barat sana buku-buku dari dunia Timur tetap tersimpan baik karena satu waktu bisa digunakan untuk rujukan. Mengapa kita di sini yang ingin menjadi satu bangsa yang besar membuat diskriminasi dalam bidang literatur.
Bukankah untuk menuju satu bangsa yang besar itu terukur juga dari dunia literasi yang dimilikinya. Bahkan, dari dahulu sampai sekarang, suatu bangsa itu diukur dari budayanya dan salah satu indikatornya adalah seberapa banyak literatur yang dimiliki oleh bangsa itu.
Kalau masih sedikit berarti peradaban bangsa itu masih rendah dan belum bisa dikatakan bangsa yang maju sekalipun bangsa itu menguasai teknologi yang cukup modern. Peradaban suatu bangsa itu terukur dari bagaimana bangsa itu menyikapi dunia literasiyang ada padanya.
Semua buku-buku yang dimiliki suatu bangsa dapat dijadikan leit star membangun peradaban bangsa itu sendiri. Leit star tadi akan redup-redup cahayanya kalau buku-buku yang dimiliki sedikit sekali. Sebaliknya, leit star tersebut akan menjadi terang benderang kalau khazanah perpustakaannya sangat besar.***  Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H