Mohon tunggu...
Noer Wahid
Noer Wahid Mohon Tunggu... Penulis lepas di usia senja - Wakil Ketua Persatuan Perintis Kemerdekaan Indonesia Cabang Sumut - Ketua Lembaga Pusaka Bangsa -

Seorang sepuh yang menikmati usia senja dengan aksara. E-mail ; nurwahid1940@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hujan Meteor "Kafir-Mengkafirkan"

6 Desember 2017   21:59 Diperbarui: 7 Desember 2017   09:20 1631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa bisa begitu ?  Untuk mengkafirkan seseorang, itu adalah haknya Tuhan Yang Maha Esa, bukan haknya manusia. Didalam soal ini manusia tidak berhak mengkafir-kafirkan orang lain.  

Maka itu jangan mencoba mengkafirkan seseorang, perbuatan itu sama saja "merampas" hak Tuhan. Itulah sebabnya mengapa orang yang mengkafirkan itu bisa juga menjadi kafir. 

Nabi Muhammad saw sendiri pernah meminta kepada Allah swt agar mau memberi hidayahkepada pamannya Abu Lahab dan Abu Djahal, supaya kedua pamannya itu mau menerima Islam.

Kontan permintaan Nabi ditolak oleh Allah swt karena hatiAbu Lahab dan Abu Djahal sudah dikunci oleh Allah swt sehingga tidak bisa lagi menerima hidayah dari pada-Nya. Mengapa bisa begitu ? Karena Abu Lahab dan Abu Djahal sudah dicap kafir oleh Allah swt.

Jadi, dari kejadian itu kita bisa mengambil ibrah bahwa orang yang kafir itu adalah orang yang sudah ditutup rapat hatinya, dikunci hatinya, sehingga tidak bisa lagi menerima hidayah dari Allah swt.

Sementara, banyak dikalangan kita sendiri seenak perutnya mengatakan "kafir" kepada seseorang, justeru perkataan itu datang dari orang yang tahu agama. Itu namanya "menepuk air di dulang, tepercik muka sendiri". Orang yang dikatakan "kafir" itu sendiri selalu mendapat hidayahdari Tuhan karena kasusnya banyak.   

Hidayah itu bisa saja datang pada seseorang sesuai dengan kasus atau masalah yang dihadapinya. Tetapi besar kecilnya hidayahitu tergantung pada imanorang itu sendiri. Iman yang tangguh besar pula hidayahyang diterimanya dan iman yang tipis kecil pula hidayah diberikan padanya.

Tuhan sangat tahu bahwa rakyat Indonesia menyimpan segudang masalah, timpa bertimpa satu sama lain. Mbok iya, kita semua hendaknya berdo'a meminta kepada Tuhan Yang Maha Esa agar segera selesai masalah-masalah yang dihadapi rakyat Indonesia, yang mayoritas Muslim itu.

Banyaknya masalah itu tidak bisa diselesaikan hanya dengan mengganti sistem pemerintahan yang sekarang ini dengan bentuk yang lain. Yang demikian itu bukan jawaban melainkan akan menambah panjang persoalan.

Saya sangat tahu kemana arah yang diinginkan sebagian daripada umat Islam saat ini. Mereka menginginkan Indonesia menjadi Negara Islam dengan mengambil sistem pemerintahan Daulah Khilafah masa lalu sebagai acuannya.

Terlepas dari persoalan, apakah sistemitu sudah verouderd(bhs. Belanda, yang artinya usang) atau masih up to dateatau masih O.K., cuma satu hal yang akan menjadi obsesi bagi saya. Apakah nanti dengan sistem pemerintahan "Daulah Khilafah"yang baru itu wilayahnya bisa meliputi Indonesia yang sekarang ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun