Antara teoritis dengan faktual terdapat differensiasi yang dilemmatis sehingga hal itu menimbulkan sikap apriori dan sinisme dikalangan rakyat itu sendiri. Berarti disini, oknum-oknumnya yang belum siap melaksanakan doktrinnya sendiri.
Akhirnya kita berpendapat bahwa kegagalan dan kehancuran Orde Baru itu salah satu penyebabnya karena Dwifungsi ABRI itu sendiri yang dalam pelaksanaannya selalu tidak identik dengan konsepsinya sendiri.
Lalu, sekarang kalau mau diulang kembali Dwifungsi ABRI itu apakah masih bisa diterima atau tidak dikalangan rakyat akan menjadi satu pertanyaan tersendiri yang jawabannya sukar ditebak sekarang ini.
Pasti masyarakat hanya melihat dari segi kenyataan masa lalu saja dan belum dapat melihat dalam konteks masa depan. Padahal, kalaulah Dwifungsi ABR Iitu tadinya mengambil konsep Sumatera menjadi dasar orientasinya mungkin akan lain hasilnya, tidak akan seperti di masa lalu.
Konsep Sumatera itu lebih dekat dengan Bela Negara dimana sipil dimiliterkan yang bisa menjadi acuan untuk membenahi kembali gagasan Dwifungsi ABRI tadi. Tetapi disini Dwifungsi ABRI tersebut haruslah menjadi ajang pengabdian atau dedikasi dan ajang pesemaian jiwa patriotisme bagi warga sipil.
Jadi, Bela Negara itu menjadi "jembatan" antara masyarakat sipil dan ABRI atau TNI. Maka dalam kaitannya dengan Dwifungsi ABRI akhirnya akan menempatkan Dwifungsi ABRI tadi sebagai mitra penuh dari Bela Negara karena disitu terdapat uji fisik dan mental dalam mengabdi kepada Negara dan Bangsa. .
Selain daripada itu agar praktek-praktek lama tidak terulang kembali maka dalam Dwifungsi ABRI itu aparat militer perlulah "didampingi" terus oleh rakyatnya sendiri dimana selama ini TNI atau ABRI telah mengambil "sumpah" bahwa TNI/ABRI adalah anak kandungnya rakyat.
"Sumpah" itu harus dibuktikan oleh mereka para prajurit TNI/ABRI dalam bertugas dimanapun dan dalam keadaan bagaimanapun. Ingatlah masa dahulu sewaktu Perang Gerilya menghadapi Agresi Militer Belanda, kalau tidak ada rakyat pasti anggota TNI mati kelaparan semuanya. Yang Jelas sampai kini TNI bukanlah perusahaan melainkan Tentara dan makan minumnya dari rakyat.
***
Wassalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H