Mohon tunggu...
Noer Wahid
Noer Wahid Mohon Tunggu... Penulis lepas di usia senja - Wakil Ketua Persatuan Perintis Kemerdekaan Indonesia Cabang Sumut - Ketua Lembaga Pusaka Bangsa -

Seorang sepuh yang menikmati usia senja dengan aksara. E-mail ; nurwahid1940@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan featured

(Suatu Kajian) Asal Mula Ide Dwifungsi ABRI dan Penerapannya

4 Desember 2017   09:48 Diperbarui: 12 Februari 2019   23:11 5910
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Antara teoritis dengan faktual terdapat differensiasi yang dilemmatis sehingga hal itu menimbulkan sikap apriori dan sinisme dikalangan rakyat itu sendiri. Berarti disini, oknum-oknumnya yang belum siap melaksanakan doktrinnya sendiri.

Akhirnya kita berpendapat bahwa kegagalan dan kehancuran Orde Baru itu salah satu penyebabnya karena Dwifungsi ABRI itu sendiri yang dalam pelaksanaannya selalu tidak identik dengan konsepsinya sendiri.

Lalu, sekarang kalau mau diulang kembali Dwifungsi ABRI itu apakah masih bisa diterima atau tidak dikalangan rakyat akan menjadi satu pertanyaan tersendiri yang jawabannya sukar ditebak sekarang ini.

Pasti masyarakat hanya melihat dari segi kenyataan masa lalu saja dan belum dapat melihat dalam konteks masa depan. Padahal, kalaulah Dwifungsi ABR Iitu tadinya mengambil konsep Sumatera menjadi dasar orientasinya mungkin akan lain hasilnya, tidak akan seperti di masa lalu.

Konsep Sumatera itu lebih dekat dengan Bela Negara dimana sipil dimiliterkan yang bisa menjadi acuan untuk membenahi kembali gagasan Dwifungsi ABRI tadi. Tetapi disini Dwifungsi ABRI tersebut haruslah menjadi ajang pengabdian atau dedikasi dan ajang pesemaian jiwa patriotisme bagi warga sipil.

Jadi, Bela Negara itu menjadi "jembatan" antara masyarakat sipil dan ABRI atau TNI. Maka dalam kaitannya dengan Dwifungsi ABRI akhirnya akan menempatkan Dwifungsi ABRI tadi sebagai mitra penuh dari Bela Negara karena disitu terdapat uji fisik dan mental dalam mengabdi kepada Negara dan Bangsa. .

Selain daripada itu agar praktek-praktek lama tidak terulang kembali maka dalam Dwifungsi ABRI itu aparat militer perlulah "didampingi" terus oleh rakyatnya sendiri dimana selama ini TNI atau ABRI telah mengambil "sumpah" bahwa TNI/ABRI adalah anak kandungnya rakyat.

"Sumpah" itu harus dibuktikan oleh mereka para prajurit TNI/ABRI dalam bertugas dimanapun dan dalam keadaan bagaimanapun. Ingatlah masa dahulu sewaktu Perang Gerilya menghadapi Agresi Militer Belanda, kalau tidak ada rakyat pasti anggota TNI mati kelaparan semuanya. Yang Jelas sampai kini TNI bukanlah perusahaan melainkan Tentara dan makan minumnya dari rakyat.
***
Wassalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun