Perlawanan ini dibawah pimpinan Kiyai Ageng Asnawi Caringinyang selalu dijuluki Kiyai Caringin.Dia dibantu  oleh menantunya sendiri,  Kiyai Haji Ahmad Khatib, selaku pimpinan pemberontakan. Kemudian Haji Muktiselaku panglima perangnya dan Japarselaku pembawa bendera perang.
Dalam menumpas kaum pemberontak ini Belanda banyak mengalami kerugian materi dan banyak anggota pasukannya yang gugur. Seorang perwira Belanda, Kapten L. Th. Becking, hampir saja tewas dalam suatu pertempuran.
Tetapi, korban dipihak pemberontak pun tidak sedikit. Akhirnya banyak pemimpin pemberontak yang ditangkap dan diantaranya ada yang dibuang oleh Pemerintah Kolonial Belanda ke Boven Digul.
Betapa terkejutnya Belanda, selagi konsentrasimenumpas pemberontakan di Banten ini, tiba-tiba saja pada tanggal 17 Nopember 1926 meletus pula di Solo suatu pemberontakan rakyat.
Pemberontakan Soloini hanya 3 hari saja tetapi selama tiga hari itu Belanda merasa panik karena pemberontakan hampir merambah ke seluruh kota dengan bergeraknya rakyat dari empat sektor. Â Â
Pemberontakan di Solo ini dipicu oleh kemarahan rakyat Solo karena ditangkapnya tokoh kharismatikmereka, H. Misbach, di tahun 1924 dan kemudian dibuang ke Manokwari, Papua dan meninggal disana pada tahun 1925.
Para pemimpin Sarekat RakyatSolo itulah yang menggerakkan rakyat melakukan pemberontakan. Seorang polisi rahasia Belanda dibunuh beserta keluarganya dan rumahnya dibakar.
Tetapi, akhirnya Pemberontakan Soloini dapat dipadamkan oleh Belanda dan semua tokoh-tokoh pemberontak ditangkap, sebagian ada yang dibuang Belanda ke Boven Digul. Yang lainnya dipenjarakan di Solo dan tempat penjara lainnya.
Hampir bersamaan waktunya dengan Pemberontakan Solo ini meletus pula pemberontakan-pemberontakan di tempat lain seperti halnya di Pekalongan, Kedu, Banyumas, Kediri, dan Tegal.
Meski di tempat-tempat itu pemberontakan cepat dipadamkan tetapi kerugian yang ditimbulkannya cukup besar. Pihak Belanda mengalami kerugian personil dan materil. Penjara pada waktu itu penuh dengan tokoh-tokoh pemberontak.
Di Priangan Timur, tepatnya di Ciamis, terjadi juga pemberontakan rakyat. Para pemberontak berhasil membunuh seorang Asisten Resident(Bupati) dan beberapa orang Belanda lainnya.