(Bagi kawan-kawan saya dahulu menamakan Super Semar itu "Surat Perintah Semua Masuk Ranjau").
Bagi Soeharto sendiri "Super Semar" itu adalah surat sakti, yang akhirnya mengantarkan dia menduduki jabatan Presiden RI ke-2 setelah menggulingkan Presiden Soekarno, Presiden yang sah, dengan dua kali kudeta.
Kudeta yang pertama, lewat surat sakti tadi MPRS yang pada waktu itu dipimpin oleh Ketuanya Jendral A.H. Nasution melakukan kudeta konstitusional dengan mencabut Mandataris MPRS dari tangan Soekarno.
Kemudian disusul pula dengan kudeta yang kedua. Atas perintah Soeharto terjadilah kudeta polisional dimana Soekarno ditangkap dan dikenakan tahanan rumah di Wisma Yaso dengan ketentuan tidak boleh satu orang pun menjenguknya.
Soekarno ditahan tanpa proses peradilan sampai akhir hayatnya pada bulan Juni 1971. Empat tahun Soekarno menderita batin dan selama empat tahun itu pula terjadilah perlakuan yang tidak manusiawi terhadap Soekarno.
Namun, sebelumnya, pada tanggal 17 Agustus 1966 Presiden Soekarno sempat juga menyampaikan Pidato Kenegaraannya yang terakhir yang terkenal dengan judul "Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah" atau "Jas Merah". Seakan pidato itu pesan terakhir buat rakyat Indonesia. Selama menjabat jadi Presiden terdapat Pidato Kenegaraan Soekarno sebanyak 20 kali (1946 -- 1966).Â
Dalam pidatonya itu antara lain Presiden Soekarno menjelaskan apa isi Super Semar tersebut. Hanya tiga points aja, tetapi disini kita hanya menyampaikan satu point saja karena yang satu ini lebih dekat dengan permasalahannya. Â Â
Point pertama itu isinya ialah Soeharto ditugaskan "Mengambil segala tindakan yang dianggap perlu, untuk terjaminnya Pemerintahan dan ketenangan serta kestabilan jalannya Pemerintahan dan jalannya Revolusi, serta menjamin keselamatan dan kewibawaan Pimpinan Presiden/Panglima Tertinggi/Pimpinan Revolusi/ Mandataris MPRS demi untuk keutuhan bangsa dan Negara Republik Indonesia, dan melaksanakan dengan pasti segala ajaran Pemimpin Besar Revolusi".
Jauh sebelum Soekarno ditahan, masih di tahun 1965, beberapa hari setelah meletusnya G.30.S/Gestapu/Gestok, Soekarno sempat mengatakan "Revolusi kita mengalami set back 30 (tiga puluh) tahun lamanya." Â
Prediksi Soekarnoitu memang ada benarnya kalau sekiranya Soekarno masih terus menjadi Presiden RI memerintah NKRI. Tetapi, pribadi Soekarno sendiri ditahan dan diasingkan di Wisma Yaso, maka set back tadi bukan lagi 30 tahun tetapi sudah mundur (set back) selama 300 tahun lamanya.
Apa yang kita alami dan kita rasakan sekarang ini adalah buahnya dari set back atau mundurnya Revolusi yang digariskan oleh Soekarno. Syukurlah sebelum 300 tahun kita sudah bisa kembali kepada Revolusi ajaran Soekarno. Itu pun kalau rakyat masih mau menerimanya.