Kecemasan boleh saja ada tetapi tanpa mencegah gejalanya sama saja menempatkan kita pada frustrasiberkepanjangan. Agar tidak demikian perhatian kita pada Pancasilaperlu dikentalkan pemahamannya.
Kalau seluruh bangsa ini sudah kental Pancasila-nya rasanya tak ada lagi persoalan denga perubahan karakteritu. Tetapi, kenyataannya tidaklah demikian, kedangkalan ideologibangsa ini telah menjadi satu ancamanbuat bangsa tersebut.
Untuk membawa bangsa ini ke jantungnya Pancasila rasanya tak mungkin sama sekali karena jantungnya bangsa ini sudah terlalu amat kotor. Karenanya harus ada perubahan yang merupakan deviasiagar nantinya tidak tersandung.
Lebih dahulu harus dibangun wawasan tentang Pancasilaitu karena disitu masih ada tempatnya sentuhan-sentuhan praktisdalam membangun penjajagan konspirasikejiwaan dari bangsa itu sendiri.
Pancasila tak pernah mengenal kutukan, yang ada hanyalah ajakan atau appeal.Sila yang pertama itulah yang melandasinya dan dari sana jugalah kita mulai berangkat. Tetapi, siapakah yang bisa memformulasikannyasehingga ketika diterapkan tak ada sentuhan-sentuhan lain yang stagnan. Â
Ingatlah ! Ketuhanan Yang Maha Esaitu sila pertama yang berdiri sendiri dan semua sila yang lainnya "bersujud" kepadanya. Kebencian pada Pancasilaberarti kebencian pada Tuhan Yang Maha Esa. Antipada Pancasilasama saja antipada Tuhan Yang Maha Esa. Kafir hukumnya !
Membuat jarak dengan Pancasila sama saja membuat jarak dengan Tuhan Yang Maha Esa. Kalau sudah begitu munafikjatuhnya. Memang, Pancasila bukan agama, semi agama pun tidak, dan tidak pula kompromidengan agama.
Tetapi, dengan adanya Tuhan Yang Maha Esa didalam Pancasilaberarti merupakan terjemahandari agama dalam kehidupan bernegara dan berbangsa. Maka pada akhirnya ada missiagama didalam Pancasila sehingga menjadikan Pancasila itu sebuah ideologiyang sakral.
Terserah pada masyarakat, mau menerima atau menolak thesistersebut. Namun, kita tetap bertolak dari argumen-argumenyang ada didalam thesistadi untuk membuka wacana baru, apakah sebenarnya Pancasila itu.
Semua sepakat Pancasila adalah sebuah ideologi.Tetapi, ideologiyang ada didalam Pancasila itu baru sebatas dasar-dasarnyasaja, mulai dari sila yang pertama sampai dengan sila yang kelima. Ibaratnya sebuah tulisan hanya sekedar judulnya saja. Lebih kurang begitulah !
Meskipun demikian sila-sila yang dipersonifikasikansebagai judul-judul tersebut perlu diterjemahkan kedalam bentuk aksidan interpretasi yang kompilasinyamerupakan manifestasipenjabaran yang kongkrit untuk mendapatkan gambaran yang pasti tentang makna dari sila-sila itu.