Mohon tunggu...
Wahid Agam
Wahid Agam Mohon Tunggu... Seniman - mahasiswa dan pengusaha cat

hobi saya berbebelut dibidang wawancara ataupun otomotif.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Partisipasi Politik Pemilih Remaja pada Pemilu di Indonesia

9 Juli 2024   13:45 Diperbarui: 9 Juli 2024   13:50 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Biasanya perasaan peka atau sadar didapatkan oleh orang orang menempuh jenjang Pendidikan, berorganisasi, bahkan beberapa orang yang terpandang. Di Eropa pada saat itu hanya Masyarakat terpandang yang mempunyai hak suara. Di Amerika, kaum perempuan diberikan hak suara setelah terbitnya amandemen ke 19 pada tahun 1920.Ketika tingkat partisipasi masyakarat kurang maka dapat di interpretasikan bahwa masih banyak warga negara yang tidak menaruh perhatiannya atau tidak berperan   aktif terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam suatu negara tersebut (Andiraharja, 2020). Hal ini dapat menimbulkan permasalahan baru  sebab setiap orang mempunyai pendapat yang tidak terkemukakan, pemimpin negara akan kebingungan dalam menanggapi kebutuhan dan aspirasi rakyat jika tidak terkemukakan, dan alhasil pemerintah akan  melayani kebutuhan dan aspirasi rakyat terhadap beberapa kelompoknya saja.

  • Konsep Partisipasi Politik

Satu faktor penting yang perlu dipahami oleh kelompok pemilih remaja adalah melihat tidak semata memiliki nilai dan daya ikat emosional, seperti bicara tentang sisi personal figur capres/cawapres, tetapi juga nilai fungsional yakni terkait gagasan dan kemampuan dalam mengatasi ragam persoalan dalam dan luar negeri untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 (Setiawan, 2018). Faktor-faktor ini menjadi alasan bagi kandidat baik capres/cawapres maupun partai politik untuk layak dipertimbangkan sebagai bagian dari solusi bangsa. Karena itu, pemilih remaja selain harus mampu membedakan berita palsu (fake news atau hoaks) dan berita benar, juga fenomena unfriend dan debat di media yang berujung ujaran kebencian dan fitnah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sudah saatnya dihentikan.

Di samping itu, ada tujuh karakteristik unik pemimpin Indonesia di pemerintahan daerah. Pertama, sebagian besar individu paruh baya. Kedua, kebanyakan pria. Ketiga, agama dan tempat lahir merupakan faktor esensial dari elektabilitas kepala daerah. Keempat, kebanyakan dari mereka sangat tinggi berpendidikan. Kelima, banyak dari mereka berasal dari pejabat pemerintah. Enam, mereka aktif mengikuti berbagai organisasi.  Ketujuh, mereka juga sangat berpengalaman dalam bidang pemerintahan.  Karakteristik pemimpin Indonesia dapat saling terkait satu sama lain. Pemimpin Indonesia tidak hanya berpendidikan tinggi tetapi juga berpartisipasi aktif berbagai organisasi dan memiliki pengalaman yang luas dalam peran kepemimpinan dan sektor pemerintah terkait lainnya (Angkawibawa dan Rezki, 2023).

Demokrasi memungkinkan perbedaan pendapat persaingan, dan pertentangan di antara individu, di antara berbagai kelompok, di antara individu dan kelompok, individu dan pemerintah, kelompok dan pemerintah, bahkan di antara lembaga-lembaga pemerintah. Namun perbedaan pandangan dan pilihan politik tidak boleh membuat perpecahan di Indonesia. Teladan The Founding Fathers Indonesia pada masa awal pergerakan nasional penting untuk diikuti. Mereka adalah golongan terpelajar yang tercerahkan, menjadikan perbedaan yang ada sebagai kekuatan yang hebat dan mereka berhasil. Untuk itu pemilih remaja sewajarnya mampu dan ikut berpartisipasi secara aktif dalam Pemilu 2019 maupun pemilu-pemilu selanjutnya, serta mampu membuktikan perannya menyukseskan periode bonus demografi tahun 2045.

Pemilih remaja harus bisa menilai seorang kontestan dari kacamata "policy-problem solving", yaitu sejauh mana para kontestan mampu menawarkan program kerja atas solusi bagi suatu permasalahan yang ada, juga memiliki kepekaan terhadap masalah nasional dan kejelasan program kerja. Meneladani Mohammad Hatta, bahwa pemimpin harus bertanggung jawab atas tindakannya, dan demokrasi tidak hanya memilih figure yang terbaik, yaitu tidak semata memiliki nilai dan daya ikat emosional (seperti sisi personal figur seorang pemimpin). Tetapi, demokrasi juga melihat nilai fungsional, yakni terkait gagasan dan kemampuan dalam mengatasi ragam persoalan dalam dan luar negeri. Partisipasi milenial akan kembali menghangatkan pesta  demokrasi  selanjut  nya,  dimana  tim  sukses  yang  dapat  menarik  perhatian  generasi remaja akan memiliki kesempatan lebih besar dalam memenangi proses pesta demokrasi.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Peningkatan partisipasi pemilih remaja dalam pemilu dapat dimaknai sebagai bentuk kesadaran politik atau masih terjaganya tingkat kepercayaan (kepedulian) pemilih remaja terhadap pemerintahan atau sistem politik yang sedang berlangsung. Pemilih remaja saat ini lebih rasional dan kritis tentang pemimpin masa depan Indonesia. Kemampuan pemilih remaja untuk beradaptasi dengan modernisasi membutuhkan pemimpin yang dapat menyesuaikan dengan generasinya. Kesadaran politik pemilih remaja wajib dijaga bahkan ditingkatkan pada Pemilu 2024 dengan cara antara lain mengakomodasi tuntutan pemilih diberikan hak bersuara secara LUBER dan JURDIL agar dalam pelaksanaan Pemilu 2024 dapat bermakna serta memenuhi syarat dari segi kualitatif maupun kuantitatif.

Perlu adanya upaya program paradigmatik, lebih kreatif dan produktif dari para penyelenggara pemilu. Selain itu upaya sosialisasi dan pendidikan politik yang dilakukan oleh peserta pemilihan lebih massif dalam melakukan pertukaran gagasan terkait visi dan misi program pembangunan, mengingat pemimpin masa depan Indonesia haruslah dapat menggunakan segala kekuatan dan mengatasi kelemahannya untuk menghadapi tantangan dan peluang di masa mendatang. Upaya lainnya adalah mendesain strategi sosialisasi dan pendidikan pemilih secara massif melalui tatap muka, penggunaan teknologi informasi dengan konten kreatif  berbasis internet dan media sosial.

Partisipasi pemilih remaja adalah warga negara yang telah memasuki usia memilih. Generasi remaja dimaknai sebagai generasi yang terlahir pada tahun 1980-an sampai pada akhir1990-an Partisipasi pemilih remaja dalam pemilu meruapkan indikator penting, untuk mengetahui  bagaimana  sebuah  Negara  berjalan  dengan  baik.  Semakin rendah partisipasi pemilih remaja dalam pemilihan umum di suatu Negara menandakan adanya permasalahan yang memerlukan solusi untuk penyelesaian.  Generasi remaja  merupakan  generasi  yang sudah mengenal kemajuan teknologi dan Generasi Remaja sebagai generasi penerus bangsa, sangat  amat  diperlukan  di  bidang  politik,  apabila  pasrtisipasi  mereka  sangat  rendah,  maka tidak  akan  ada  penerus  perpolitikan  dalam  suatu  Negara. 

Untuk  itu  dari  hasil  penelitian ditunjukkan   bahwa  peran  dan  partisipasi  politik  remaja  masih  sangat  penting  untuk beberapa pesta demokrasi kedepan, setiap tim sukses harus dapat membuat strategi masing-masing dalam menarik perhatian pemilih milenial ini dikarenakan jumlah nya sampai 30-40 % dari total pemilihan, hal ini membuat partisipasi pemilih milenial sangat dibutuhkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun