Baginya, prinsip-prinsip seperti independensi, akurasi, dan transparansi adalah nilai-nilai sakral yang harus dijunjung tinggi.
Tanpa etika, jurnalisme bisa berubah menjadi alat propaganda atau manipulasi, yang justru merusak tujuan utamanya.
Ia juga menyoroti bagaimana konflik kepentingan dapat merusak kredibilitas seorang jurnalis.
Menurut Harsono, seorang jurnalis tidak boleh terlibat dalam hubungan yang dapat memengaruhi objektivitas mereka, baik itu dengan kekuasaan politik maupun ekonomi.
Dengan menjaga integritas, jurnalis dapat memastikan bahwa karya mereka tetap menjadi suara kebenaran bagi masyarakat.
Dalam era digital, jurnalisme menghadapi tantangan baru yang tidak pernah ada sebelumnya.
Media sosial telah mengubah cara masyarakat mengonsumsi berita.
Informasi dapat menyebar dengan sangat cepat, tetapi akurasi sering kali menjadi korban dalam proses ini.
Harsono mengingatkan bahwa di tengah banjir informasi, tugas jurnalis menjadi semakin penting: untuk memverifikasi fakta dan memberikan konteks yang jelas.
Selain itu, ia juga menyoroti ancaman terhadap kebebasan pers di banyak negara, termasuk Indonesia.
Tekanan dari pihak pemerintah, kelompok tertentu, atau bahkan ancaman fisik terhadap jurnalis adalah realitas yang harus dihadapi.