Apel Merah
Oleh: Aksara Akanan
"Tesa ...," aku memanggilnya dengan suara lirih, namun hanya sunyi yang menjawab.
Aku sempat berpapasan dengannya sebelum ia mempercepat langkahnya masuk ke dalam rumah. Sepertinya ia sedang ingin mengajakku petak umpet malam ini. Aku rasa ia butuh hiburan.
Aku memutuskan untuk ikut masuk ke dalam rumahnya. Lenggang, tak ada seorang pun di sana. Aku melangkah masuk, “Tesa ... di mana kamu?” ucapku dengan nada lirih, “aku sedang mencarimu.”
Sepekan terakhir rumah ini terlihat sunyi setelah muncul breaking news bahwa ada sepasang suami istri yang terjebak di dalam mobil. Naas mobil itu meledak setelah terguling ke dalam sebuah jurang di perjalanan pulang. Iya, pasangan itu adalah orang tua Tesa.
“Tesa ... kamu mau main petak umpet denganku?” ucapku masih dengan nada lirih, aku melangkahkan kaki lebih dalam. Ekor mataku selalu mengintip setiap ruangan yang kulalui.
“Baiklah, siapkan tempat persembunyian terbaikmu ya. Siap atau tidak, aku akan segera menemukanmu.”
Aku tahu Tesa pasti merasa sangat sedih atas kejadian yang dia alami. Tak punya siapa-siapa lagi, hanya seorang diri, cukup merampas setiap tawa yang biasanya ia sajikan setiap pagi. Tak tega rasanya melihat Tesa seperti ini, semoga dengan kehadiranku malam ini bisa membantunya keluar dari kesedihan yang selama ini ia hadapi.
Krek! Duk!