Mohon tunggu...
Wachid Hamdan
Wachid Hamdan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sejarah, Kadang Gemar Berimajinasi

Hanya orang biasa yang menekuni dan menikmati hidup dengan santai. Hobi menulis dan bermain musik. Menulis adalah melepaskan lelah dan penat, bermusik adalah pemanis saat menulis kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Perenungan Teknologi Pembaca Layar: Menguak Peran Komputer Bicara dalam Peningkatan Kapasitas Difabel Netra

5 November 2024   08:00 Diperbarui: 6 November 2024   07:25 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, Nubuwat juga berpendapat kalau Bimbingan dan pelatihan menjadi faktor penting untuk mendukung proses adaptasi ini. Komunitas-komunitas difabel, lembaga pendidikan, dan pihak keluarga perlu memberikan dukungan penuh agar proses belajar tidak terasa memberatkan. Dengan demikian, komputer bicara tidak hanya menjadi alat, tetapi jembatan menuju kemandirian yang lebih tinggi.

"Aku sendiri butuh 3 bulan untuk bisa terbiasa dengan komputer bicara mas. Apa lagi navigasinya kan menggunakan keyboarding. Jadi memang harus sabar dan tekun. Tapi manfaatnya akan terasa kemudian hari," ujar Akbar, menceritakan pengalamannya saat belajar komputer.

Mengantar pada Peningkatan Kemandirian

Komputer bicara bukan sekadar teknologi, tetapi alat pemberdayaan yang membawa dampak signifikan bagi kehidupan difabel netra. Dengan kemampuannya yang semakin canggih, difabel netra dapat menjalani hidup dengan lebih mandiri. Mereka tidak lagi harus bergantung pada orang lain untuk membaca atau menyelesaikan pekerjaan sehari-hari.

Selain itu, teknologi ini membuka akses yang lebih luas terhadap pendidikan dan pengetahuan. Banyak aplikasi pendidikan dan pelatihan daring yang kini dapat diakses dengan komputer bicara, memungkinkan difabel netra untuk meningkatkan kompetensi dan keterampilan mereka.

Adi Gunawan, selaku CEO dari Adi Gunawan Institute, yang juga seorang difabel netra, menyatakan bahwa komputer bicara adalah teknologi revolusioner yang dapat dimanfaatkan secara optimal oleh difabel netra sebagai pengganti fungsi penglihatan. Ia sendiri telah merasakan berbagai manfaat luar biasa dari teknologi ini, yang selalu membantunya dalam menjalankan pekerjaan sehari-hari.

Sebagai seorang sarjana pendidikan, Adi Gunawan sering membawa laptop kesayangannya saat bertemu dengan klien dalam berbagai pertemuan kerja, baik di kota Malang maupun saat bepergian ke luar negeri.

Selain itu, ia juga menggunakan komputer bicara dalam perannya sebagai instruktur musik dan vokal, mengajar murid-murid dari berbagai usia tanpa kendala. Jasa yang ia tawarkan, yang dipromosikan melalui internet, telah cukup dikenal oleh masyarakat di kota Malang.[1]

Secara keseluruhan, komputer bicara telah membuktikan diri sebagai bagian integral dalam kehidupan difabel netra. Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, perangkat ini memungkinkan mereka untuk menjadi lebih berdaya, mandiri, dan siap menghadapi tantangan di masa depan. Bagi difabel netra, teknologi suara ini tidak hanya memberi akses, tetapi juga membukakan pintu menuju kesempatan yang lebih besar.

Jadi, tetaplah semangat wahai difabel netra yang baru memulai belajar komputer bicara!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun