Mohon tunggu...
Wachid Hamdan
Wachid Hamdan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sejarah, Kadang Gemar Berimajinasi

Hanya orang biasa yang menekuni dan menikmati hidup dengan santai. Hobi menulis dan bermain musik. Menulis adalah melepaskan lelah dan penat, bermusik adalah pemanis saat menulis kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Perenungan Teknologi Pembaca Layar: Menguak Peran Komputer Bicara dalam Peningkatan Kapasitas Difabel Netra

5 November 2024   08:00 Diperbarui: 6 November 2024   07:25 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teknologi terus berkembang dengan berbagai macam dinamika yang terjadi. Pasang surut tentunya menjadi hal-hal yang mengitari perkembangan sebuah teknologi. Pasalnya, manusia kekinian sudah hidup dengan teknologi. Tidak terkecuali masyarakat difabel yang memanfaatkan berbagai teknologi sebagai media bantu bagi keberlangsungan hidup mereka---khususnya dengan teknologi aksesibilitas.

Menilik masyarakat difabel, khususnya Difabel netra, bisa dibilang mereka merupakan kelompok masyarakat yang sangat terbantu dengan kehadiran produk sains ini, terutama teknologi pembaca layar.

Dengan teknologi ini, berbagai hal yang tadinya rumit dilakukan, kini bisa dijalani dengan baik. Seperti membaca buku, bersekolah, bekerja, menulis di Word, mengakses software pengolah angka, memesan belanjaan secara online, dan sebagainya.

Teknologi yang tertanam di perangkat PC atau laptop, seperti asisten suara yang membacakan semua konten di monitor, telah menghadirkan perubahan besar.

Kawan-kawan difabel netra sering menyebut teknologi ini sebagai "Komputer Bicara." Atau secara sederhana dapat dipahami sebagai perangkat PC atau laptop yang memiliki fitur screen reader, atau yang telah diinstal dengan program pembaca layar seperti JAWS, NVDA, atau VoiceOver.

Berkat teknologi ini, perangkat yang awalnya hanya dapat diakses secara visual, kini mampu menghasilkan suara, memungkinkan difabel netra untuk mengakses informasi dengan pendengaran.

Komputer bicara, atau dikenal sebagai talking computer, merupakan perangkat PC atau laptop yang dilengkapi dengan program screen reader atau pembaca layar.

Perangkat ini menghasilkan keluaran berupa suara untuk membantu difabel netra, sehingga difabel netra dapat mendengarkan instruksi yang diberikan saat menggunakan komputer. Dengan demikian, difabel netra dapat berinteraksi dengan komputer melalui panduan suara setiap kali menekan tombol pada keyboard.

Nubuwat, seorang instruktur komputer bicara sekaligus guru TIK di salah satu SLB di Yogyakarta, pada sesi bincang ringan seputar teknologi komputer bicara, pada 18 Oktober 2024 menjelaskan, "Ya, tentu kehadiran komputer bicara yang kini semakin terjangkau, mudah diakses, dan pasti bisa dipelajari menjadi peluang besar dan banyak menghadirkan kemanfaatan bagi difabel netra. Selain itu, akses informasi dan peluang kerja yang dapat dilakukan juga semakin luas. Jadi, alasan keterbatasan akses pada informasi tidak bisa lagi dijadikan tameng untuk tidak belajar teknologi. Sebab kini semua teknologi mulai aksesibel."

Pentingnya Adaptasi Zaman

Perkembangan teknologi terus bergerak, dan adaptasi menjadi kunci bagi siapa saja yang ingin tetap relevan di zaman modern ini. Bagi difabel netra, teknologi komputer bicara adalah salah satu kunci adaptasi yang sangat penting.

Dengan kemampuan untuk mengakses berbagai platform dan layanan digital, mereka tidak lagi terpinggirkan dari berbagai aspek kehidupan sosial maupun ekonomi.

Di era di mana informasi bergerak begitu cepat, teknologi suara memungkinkan difabel netra untuk bersaing secara setara dengan orang lain dalam hal akses terhadap pengetahuan dan kesempatan kerja.

Misalnya, banyak pekerjaan yang sebelumnya tertutup bagi difabel netra, seperti administrasi, penulisan, dan analisis data, kini dapat diakses melalui komputer bicara. Hal ini tidak hanya memberikan kesempatan ekonomi, tetapi juga memungkinkan mereka untuk hidup mandiri dan berdaya di tengah masyarakat.

Nisa, mahasiswi difabel netra UIN Sunan Kalijaga, yang kini tengah magang di salah satu MTS di Yogyakarta, pada 15 Oktober 2024 menceritakan manfaat dari penguasaan komputer bicara yang ia miliki, "Tentu aku dapat lebih mandiri dalam mengerjakan tugas kuliah, mas. Dapat mencari sumber referensi, bersaing dengan kawan kelas dengan lebih suportif, membuat PPT mandiri, membaca data di excel, dan tentunya di tempat magang aku juga bisa ikut membantu pihak sekolah. Seperti menyiapkan keperluan pendataan yang mengunakan G-form, dan sebagainya."

Bagi Nisa, teknologi komputer bicara ini merupakan teknologi yang besar manfaatnya. Namun, untuk bisa beradaptasi dengan teknologi ini, dibutuhkan kesabaran dan kemauan untuk terus belajar. Komputer bicara bukanlah solusi instan. Selain itu, kita harus selalu mau untuk terus belajar dan melatih keterampilan baru, yang terkait dengan komputer bicara, agar dapat memaksimalkan manfaatnya. Sebab teknologi terus berkembang dengan cepat.

Di obrolan lain, yang penulis lakukan pada mahasiswa difabel UIN Sunan Kalijaga, Akbar selaku mahasiswa difabel netra yang menjadi penanggung jawab frelance difabel corner perpustakaan, pada 20 Oktober 2024,  menjabarkan begitu bermanfaatnya menguasai teknologi yang dibutuhkan zaman, salah satunya komputer bicara. "Aku sendiri cukup mendapatkan berbagai kemajuan, mas. Bisa mengimbangi deadline saat kerja kelompok dengan kawan-kawan mahasiswa, bisa menjadi petugas DC yang salah satunya scan buku, upload di Difa repository, membuat laporan dan sebagainya. Hal-hal itu saya kerjakan tentunya menggunakan teknologi komputer bicara ini," tutur Akbar sambil sibuk mengoperasikan komputer dan alat printer.

Akbar menegaskan kalau penting sekali difabel netra muda untuk menguasai teknologi komputer. Termasuk yang terinstal screen reader. Karena dengan hal itu, tentunya informasi makin tidak menjadi kendala, peluang skill lebih banyak, dan tentunya dapat terkoneksi dengan jaringan sosial yang lebih luas di media sosial. Selain itu, peluang karier masa depan juga lebih variatif yang bisa digeluti.

Harus Sabar, Komputer Bicara Tidak Dikuasai Secara Instan!

Meski manfaatnya besar, belajar menggunakan komputer bicara memerlukan waktu dan ketekunan. Bagi pengguna baru, terutama difabel netra yang belum terbiasa dengan teknologi, ada tantangan-tantangan yang harus dihadapi. Mulai dari memahami perintah suara, mengenali kombinasi tombol keyboard yang sering digunakan, hingga menavigasi antarmuka program yang berbeda, semua memerlukan proses pembiasaan.

Nubuwat juga menggarisbawahi pentingnya pelatihan dan pendampingan dalam penggunaan komputer bicara. "Banyak yang awalnya merasa kesulitan, terutama saat baru pertama kali mencoba. Tetapi dengan latihan yang konsisten, difabel netra yang baru belajar tentunya akan terbiasa dan mulai bisa bekerja dengan efisien," ujarnya.

Selain itu, Nubuwat juga berpendapat kalau Bimbingan dan pelatihan menjadi faktor penting untuk mendukung proses adaptasi ini. Komunitas-komunitas difabel, lembaga pendidikan, dan pihak keluarga perlu memberikan dukungan penuh agar proses belajar tidak terasa memberatkan. Dengan demikian, komputer bicara tidak hanya menjadi alat, tetapi jembatan menuju kemandirian yang lebih tinggi.

"Aku sendiri butuh 3 bulan untuk bisa terbiasa dengan komputer bicara mas. Apa lagi navigasinya kan menggunakan keyboarding. Jadi memang harus sabar dan tekun. Tapi manfaatnya akan terasa kemudian hari," ujar Akbar, menceritakan pengalamannya saat belajar komputer.

Mengantar pada Peningkatan Kemandirian

Komputer bicara bukan sekadar teknologi, tetapi alat pemberdayaan yang membawa dampak signifikan bagi kehidupan difabel netra. Dengan kemampuannya yang semakin canggih, difabel netra dapat menjalani hidup dengan lebih mandiri. Mereka tidak lagi harus bergantung pada orang lain untuk membaca atau menyelesaikan pekerjaan sehari-hari.

Selain itu, teknologi ini membuka akses yang lebih luas terhadap pendidikan dan pengetahuan. Banyak aplikasi pendidikan dan pelatihan daring yang kini dapat diakses dengan komputer bicara, memungkinkan difabel netra untuk meningkatkan kompetensi dan keterampilan mereka.

Adi Gunawan, selaku CEO dari Adi Gunawan Institute, yang juga seorang difabel netra, menyatakan bahwa komputer bicara adalah teknologi revolusioner yang dapat dimanfaatkan secara optimal oleh difabel netra sebagai pengganti fungsi penglihatan. Ia sendiri telah merasakan berbagai manfaat luar biasa dari teknologi ini, yang selalu membantunya dalam menjalankan pekerjaan sehari-hari.

Sebagai seorang sarjana pendidikan, Adi Gunawan sering membawa laptop kesayangannya saat bertemu dengan klien dalam berbagai pertemuan kerja, baik di kota Malang maupun saat bepergian ke luar negeri.

Selain itu, ia juga menggunakan komputer bicara dalam perannya sebagai instruktur musik dan vokal, mengajar murid-murid dari berbagai usia tanpa kendala. Jasa yang ia tawarkan, yang dipromosikan melalui internet, telah cukup dikenal oleh masyarakat di kota Malang.[1]

Secara keseluruhan, komputer bicara telah membuktikan diri sebagai bagian integral dalam kehidupan difabel netra. Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, perangkat ini memungkinkan mereka untuk menjadi lebih berdaya, mandiri, dan siap menghadapi tantangan di masa depan. Bagi difabel netra, teknologi suara ini tidak hanya memberi akses, tetapi juga membukakan pintu menuju kesempatan yang lebih besar.

Jadi, tetaplah semangat wahai difabel netra yang baru memulai belajar komputer bicara!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun