Mohon tunggu...
Wachid Hamdan
Wachid Hamdan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sejarah, Kadang Gemar Berimajinasi

Hanya orang biasa yang menekuni dan menikmati hidup dengan santai. Hobi menulis dan bermain musik. Menulis adalah melepaskan lelah dan penat, bermusik adalah pemanis saat menulis kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gadis Berkemul Malam

26 April 2023   22:20 Diperbarui: 26 April 2023   22:22 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Mau menyelesaikan tugas, Bang!"

Aku tidak bertanya lagi. Segera kujalankan kembali kendaraan ini. Lalu-lalang para pekerja kantoran membuat kemacetan yang ruwet. Setelah berjalan 15 menit, sebuah plang bertuliskan perpustakaan daerah terpampang di depan. Gadis itu tampak bersiap, lantas melangkah kedekat pintu. Ia menyerahkan ongkos kepadaku.

"Mbak, mbok ya kalau bisa itu akhlak di sesuaikan dengan pakaian yang digunakan! Masak perempuan tertutup kayak sampean sering ke Gang Wanito Ndalu," ceplosku, saat kaki kanan perempuan itu menyentuh trotoar jalan.

"Wah, ndak apa-apa, Mas! Lha gimana lagi? Di sana aku nyari tambahan uang," ujarnya sembari berjalan menjauhi pintu bus. Akal sehatku sejenak berpikir. Maksud mencari tambahan itu apa? Hmm bukan urusanku juga sih. Hingga, deru mesin disel segera mengembalikan kesadaranku.

***

Beberapa hari, jam, menit, dan berbagai kejadian penumpang yang aneh-aneh berlalu tidak terasa. Entah sudah berapa ribu meter, bus keramat ini menemaniku. Melewati bangunan klasik, gedung, persawahan, dan sering harus bersaing dengan armada muda, tidak sedikitpun membuat pikiranku untuk membeli unit baru. Bus ini terlalu banyak menyimpan kenangan.

Kejadian beberapa waktu lalu, kembali terulang. Saat menjelang petang, bus-ku kembali sesak dengan penumpang. Si penjual jamu, si gadis berkerudung, dan rute perjalanan yang sama.  Malam lalu, aku juga kembali berdiskusi dengan Munir, soal berpakaian yang mencerminkan akhlak. Ia menyarankan padaku, daripada suuzan terus, mending cek saja ke lokasi Wanito Ndalu. Munir sepertinya menangkap gelagatku yang aneh, karena terus membahas perempuan itu.

"Mas, kiri yaa!" seru beberapa suara perempuan. Saat kutolehkan pandangan, ternyata si penjual jamu dan si gadis yang turun.

"Lho..  Turun sini juga, Mbak?" herankku, pada penjual jamu.

Iya, Mas! Tadi dapat pesanan untuk orang sana" tunjuknya, pada jalan masuk Gang Wanito Ndalu.

Tepat roda berhenti, beberapa penumpang lain juga ikut turun. Gemerlap kota memang menjadi daya tarik tersendiri. Teriakan petugas parkir, orang bernyanyi, dan ringkik delman di sepanjang jalan; Sejenak mengalihkan pikiranku. Selesai menurukan penumpang, bus kembali meniti pekatnya aspal jalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun