“ugh,,,” erangan sesaat paman Hendri sambil memegang dadanya yang tiba – tiba terasa sakit sebelum berlutut di depan si nenek dan ambruk yang diikuti dengan teriakan sang nenek yang secara spontan menyambut tubuhnya dengan tangan mungilnya.
Paman hendri Tidak bergerak. Tubuh beratnya terasa lemas. Kalau saja Sang nenek tak menahannya, ia pasti sudah terpelanting jatuh.
“Tuan... tuan...apakah anda baik – baik saja.” tanya Sang Nenek khawatir.
“Ugh....” hanya erangan tak jelas itu yang bisa ia keluarkan.
“Oh...” kata si Nenek kesal. Ia meletakkan tubuh paman Hendri ke tanah dengan pelan dan mengamatinya. Wajahnya kaku sebelah, tubuh lemas dan nafas terenggah – enggah. Kakek ini mengalami serangan strok mendadak. Diluruskannya tubuh paman hendri dan meletakkan kedua tangannya di dada. Kemudian memirinkannya ke samping.
“Makanya kek, kalau mau main perempuan, ingat kondisi badan sendiri. Kita ini sudah tua, tidak pantas lagi bermain permainan anak – anak seperti ini. Lihat akibatnya, kan” nasehat sang nenek sambil meraih handponnya dan menelpon ambulan.
Saat Kate selesai melakukan panggilan. Pintu belakang itu terbuka. Dari pintu itu muncul Joe, Toni dan Josh. Ketiganya memanggul karung plastik besar berisi pakaian, makanan dan obat- obatan.
“Apakah paman Hendri baik – baik saja, nek?” tanya Josh saat melihat pamannya tergeletak di tanah.
“Dia akan baik – baik saja. Aku nenek sarah, mantan perawat bersertifikat. Aku bisa mengurusnya.”
“OK deh nek, Aku serahkan paman Hendri padamu. Aku harus membawa barang – barang ini ke korban kecelakaan pesawat kemarin. Kami menemukannya di ruang tengah. Telah terbungkus rapi. Kami bawa, ya!”
“Ya nenek mengerti. Kalian anak muda memang sudah seharusnya membantu sesama. Lagipula lima menit lagi ambulan akan datang. Cepatlah, sebentar lagi malam makin larut.” kata nenek Sarah senang. Tanpa pikir panjang lagi ketiganya bergerak cepat menuju rerimbunan hutan tropis. Tapi belum jauh melangkah, Joe berbalik dan melambaikan tangannya.