“Touchè, lihatlah wanita yang cantik itu....hmm... aku ingin...”mata paman Hendri melotot, mulutnya terbuka dengan iler hampir menetes dari ujungnya.
“Tahan.. paman Hendri, kita tidak ingin kau melakukan hal bodoh saat ini.” kata Josh sambil menatap pamannya dengan tajam.
Paman Hendri terdiam membalas tatapan Josh. Mereka saling pandang beberapa saat hingga Joe memegang tangan keduanya. “ Dengar, kita akan melakukan pekerjaan ini dengan sistem sel. Kita harus bersama. Paman Hendri mengamati keadaan di luar, Toni mengamati petugas keamanan di dalam, lalu aku dan Josh akan mengumpulkan kebutuhan kita. Makanan, selimut, pakaian dan sebagainya. Jika salah satu dari kita tertangkap maka yang lain akan meninggalkannya. Setuju!” Joe, mengucapkan kata terakhirnya sambil menatap paman Hendri.
“Baiklah...” hanya itu jawaban paman Hendri sambil bersandar di sebuah pohon akasia yang sangat besar.
Akhirnya suasana pekarngan itu sepi juga. Tinggal sebuah kendaraan yang terparkir dan hanya ada sebuah lampu yang menyala di bagunan tersebut. Waktunya beraksi.
“Ingat! Kita hanya memberi tanda dengan siulan.” kata Joe sebagai breafing terakhir sebelum ia memimpin kawanannya berlari menuju ke bangunan tersebut. Tinggalah paman Hendri seorang yang bersembunyi di rerimbunan. Ia memperhatikan sekeliling dengan seksama.
“cepat, cepat, cepat... kita tak ingin tertangkap saat sedang lemah bukan” bisik Joe pada saudara – saudaranya. Pintu depan tidak terkunci. Hal tersebut sudah di perkirakan oleh Joe. Itu juga berarti masih ada orang yang berada di dalam bangunan itu.
Satu persatu ke tiga orang Daemon itu masuk ke Charity House. Joe menyandarkan badannya ke tembok menghindari dirinya terlihat dari siapapun diruangan tersebut. Ia mengintip sebentar kemudian melambaikan tangannya memita Josh untuk maju di depan.
“Clear” Kata Josh sambil mendului Joe dan disusul oleh Toni yang memunggungi keduanya sambil berjalan mudur memeriksa situasi dibelakangnya. Joe dan Josh memeriksa ruangan sebelum kemudian mereka beralih ke ruangan setelahnya dengan gerakan metode yang sama.
Setelah ruangan ke tiga, Toni mulai rileks. Bahunya mengendor dan posturnya mulai biasa saja.“Kenapa kita melakukan gerakan aneh seperti ini? Bangunan ini hampir kosong. Jika ada yang akan datang pasti kita akan mendengar langkah kakinya dengan jelas.” Tanya Toni.
“Aku hanya ingin berakting seperti polisi yang melakukan penyergapan di TKP”