Waktu pun berjalan, dan Joy harus pindah ke kota ini karena pekerjaan. Awalnya, Â mereka masih saling terhubung lewat group WA. Janjian makan bareng kalau pas semuanya sedang pulang ke Jakarta. Dan Joy tahu, pertemanan dengan Igels mulai berjarak, tak lagi sedekat dulu, walau masih dalam kelompok pertemanan yang sama. Kadang malah berasa saling menghindar. Tak apalah, berteman memang tidak bisa dipaksakan. Tapi Joy tetap mengingat, Igels adalah salah seorang teman terbaik yang pernah mampir, melengkapi hari-harinya, dan menemaninya di perantauan.
"Kamu masih bekerja di sini, Joy?", tanya orang itu lagi. Ya, orang itu memang Igels. Tidak salah lagi. Joy pun mengulurkan tangannya, "Igels, ya?"
Orang itu tersenyum,"Ya, ini aku. Lama sekali kita tidak bertemu ya. Kamu masih bekerja di sini, Joy?"
"Aku di Jakarta, Gels. Cuma ini kebetulan sedang singgah saja. Kamu sendiri ngapain di sini?", jawab Joy sambil tersenyum ramah. Tidak dipungkiri, ada rasa senang bertemu lagi dengan teman lama.
"Aku sementara ini di sini, sedang pendidikan calon imam", jawab Igels. Jawaban yang membuat Joy cukup kaget.
"Oh, ya??!", cuma itu yang bisa keluar dari mulut Joy. Mengapa pula dari tadi Joy tidak sadar, kalau malam itu Igels menggunakan jubah putih yang khas.
Performance lagu-lagu Natal di halaman gereja mulai berhenti, pertanda misa akan segera dimulai. Igels pamit untuk bergabung dengan rekan-rekannya, dan Joy beranjak mencari tempat duduk di dalam gereja.Â
Selalu ada kejutan di malam Natal!Â
Benar kata injil, "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yg memilih kamu"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H