Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pesan Bapak

6 Desember 2024   16:20 Diperbarui: 6 Desember 2024   16:46 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bukan karena kepintaranmu kamu terpilih. Tapi karena kejujuranmu. Tetaplah dengan kejujuranmu dimanapun kamu berada", kata bapak terbata-bata menahan air mata, sambil memeluk Andin sebelum berpisah di bandara. Jarang sekali bapak memeluk anak-anaknya. Mungkin ini pertama kalinya bapak memeluk Andin setelah besar. Andin tidak ingat kapan terakhir merasakan dipeluk oleh bapak. Mungkin sebelum masuk SD.

Pesan bapak terasa berat buat Andin. Seringkali jujur itu berarti berbeda dengan lingkungan sekitar.

"Apa Bapak tahu aku sering merasa sendirian ketika memilih berbeda dengan lingkunganku?", batin Andin.

Apa bapak tahu beda sendiri itu sering terasa berat? Gak enak!

Tapi mungkin bapak benar, bukan karena kepintaranku maka aku terpilih. Banyak orang yang lebih pintar di luar sana, tapi malah aku yang dipilih. Banyak orang lebih cakap dan pantas di luar sana, tapi kenapa aku yang terpilih?

Semua pertanyaan itu tiba-tiba hadir lagi dan berkecamuk dipikiran Andin.

"Aaaahhh, Bapak pasti tahu! Aku kan meniru Bapak", Andin pun tersenyum mengingat bapak.

Sampai di tujuan, Andin dijemput seseorang dari kantor menuju tempat tinggal sementara. Sebuah rumah yang dihuni suami istri Indonesia yang sudah berumur. Andin lupa membuka alas kaki karena kebiasaan di Indonesia, kalau tidak becek dan basah, ya tidak dibuka. Kalaupun melepas alas kaki, biasanya yang punya rumah akan berkata, "Pakai saja, jangan sungkan!"

Tetapi di sini, rupanya membuka alas kaki sebelum masuk rumah wajib hukumnya.

"Alas kakinya tolong dibuka!", kata ibu pemilik rumah dengan nada agak ketus. Cukup membuat Andin gugup karena merasa diperintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun