Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sederhana yang Tidak Sesederhana Itu

5 September 2024   21:19 Diperbarui: 5 September 2024   21:19 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: vaticannews.va

Sederhana itu universal, artinya bisa diterima oleh semua orang dari level manapun, kalangan mana pun. Kesederhanaan itulah yang terlihat dan dideskripsikan dan disampaikan oleh media, dari kunjungan Bapak Paus ke Indonesia saat ini.  Saya tidak mengenal Bapak Paus secara pribadi dan juga tidak punya kesempatan untuk melihat langsung atau berdekatan barang sejenak dengan Bapak Paus dalam kunjungannya ke Jakarta. Maka itu saya hanya dapat melihat beliau dari televisi, postingan media di media sosial, atau liputan lainnya yang saat ini bisa diakses dari mana saja dan kapan saja.

Beberapa bentuk kesederhanaan dari beliau yang dapat saya tangkap adalah kesediaannya untuk berdialog dengan kelompok anak muda dari komunitas Scholas. Para peserta yang mendapat kesempatan berbicara hanya menggunakan kaos seragam komunitas yang sederhana. Bukan menggunakan pakaian tradisional yang perlu persiapan khusus, bahkan mungkin perlu sewa dulu ke tempat penyewaan, perlu ke salon dulu. 

Bukankah itu pertemuan dengan seorang kepala negara yang mendunia. Walaupun di beberapa kegiatan, contohnya pada pertemuan di terowongan silaturahmi yang menghubungkan antara Gereja Katedral dan Masjid Istiqlal, orang-orang yang berkesempatan bertemu secara langsung dengan Bapak Paus memutuskan menggunakan pakaian sesuai agama masing-masing. 

Juga pada beberapa aktivitas kenegaraan, Bapak Paus disambut oleh anak-anak sekolah yang menggunakan baju adat dari berbagai daerah di Indonesia. Tidak ada yang salah. Karena kesederhanaan itu, menurut saya, menerima apa adanya yang dipandang baik oleh masing-masing pihak. 

Sederhana itu bukan tentang memaksaan batasan harus begini atau harus begitu. Namun demikian sederhana juga dapat berupa kepatuhan pada peraturan. Peraturan yang tentunya tidak dibuat dengan semena-mena, tetapi dengan berbagai pertimbangan demi kebaikan bersama. Maka itu menghormati peraturan adalah juga bentuk kesederhanaan dan kerendahan hati.

Bapak Paus datang menggunakan penerbangan komersial, bukan jet pribadi seperti yang konon kabarnya digunakan Kaesang untuk bepergian ke Amerika entah dalam rangka apa. Dua-duanya menimbulkan penilaian yang berbeda. Yang satu, saya yakin menimbulkan penilaian yang positif dan kekaguman akan kesederhanaan seorang kepala negara yang sejatinya harus terlindungi dengan menggunakan alat transport yang bersifat private dan juga untuk alasan kepraktisan. 

Karena seorang kepala negara pasti waktunya sudah terjadwal 24 jam. Sementara yang satunya lagi, malah menimbulkan pertanyaan, apakah peggunaan jet pribadi itu ada hubungannya dengan grativikasi terkait sesuatu yang sudah diberikan atau diharapkan akan diberikan. Penggunaan jet pribadi oleh Kaesang ini menimbulkan polemik pada beberapa tokoh politik. 

Ada yang bilang, tidak dapat dicurigai karena Kaesang  bukan penyelenggara negara, tetapi ada juga yang berpendapat bahwa hal itu tidak dapat diabaikan begitu saja, karena grativikasi terhadap penyelenggara negara dapat diberikan melalui orang-orang di sekitarnya.

Terlepas dari itu semua, bisa jadi penggunaan fasilitas jet pribadi untuk kepentingan pribadi (karena bukan penyelenggara negara) menjadi sorotan karena itu bukanlah sebuah tindakan yang menunjukan kesederhanaan. Memang itu urusan pribadi kalau toh dia mampu membayar biayanya, kenapa tidak?! Tetapi setidaknya berusahalah untuk tidak "pamer". 

Dalam opini saya, sederhana bukan tentang pembatasan harus begini dan begitu, tetapi juga cukup menyimpan sesuatu untuk diri sendiri saja. Punya kesempatan naik pesawat private jet ke Amerika atau ke tempat lain, cukup disimpan untuk diri sendiri saja. Tidak usah pamer. Pamernya bisa nanti saja kalau hal itu sudah menjadi sesuatu yang umum dan tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang "wah". Dulu, orang punya mobil dianggap orang kaya dan dapat menarik perhatian orang lain terutama yang tidak mampu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun