Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Tebet Eco Park, Connecting People with Nature

12 Agustus 2024   01:34 Diperbarui: 14 Agustus 2024   19:12 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti biasa, di Sabtu pagi, saya menyempatkan diri untuk jalan pagi. Menyusuri jalanan yang masih sepi menuju ke hutan kota yang hijau dan selalu terasa sejuk di tengah hawa panas kota ini. Jalan pagi Bersama Sisilia, teman kost asal Hong Kong yang besar di Australia. 

Dibandingkan penghuni kost lain yang biasanya hanya saling mengangguk dan syukur-syukur saling tersenyum tipis. Sisilia dan saya mungkin tergolong orang-orang yang ramah dan mau bersosialisasi dengan siapa saja. Maka itu kami cocok. Dan hanya kami berdua saja yang berteman dekat. Salah satu aktivitas yang biasa kami lakukan bersama adalah jalan pagi di hutan kota setiap akhir pekan.

Satu hal yang saya suka di kota yang berhawa panas ini dengan segala sesuatunya yang serba cepat, disiplin, serta mahal, adalah hutan dan taman kota yang terawat rapih, bersih dan aman. Tidak becek pula, karena jalanannya sudah dilapisi kayu-kayu yang tidak akan licin di kala hujan. Hal itu membuat para pejalan kaki dan juga orang-orang yang berolah raga lari, baik di pagi hari maupun sore hari, lebih bersemangat.

Terkadang saya juga ikut rombongan penduduk lokal berjiwa muda, yang sengaja mengadakan kegiatan "meet up" dengan cara menyusuri hutan-hutan kota bersama-sama, siapa saja boleh ikut, tidak dipungut bayaran. Hanya diperlukan sedikit tenaga dan semangat, serta hati seluas samudera untuk bergabung dalam kegiatan jalan bersama tersebut. 

Memang berjalan bersama dapat membangun obrolan yang berkualitas yang membuat sehat jiwa dan raga, karena dapat saling mendekatkan diri. Kenal gak kenal, biasanya kalau sudah jalan bersama, pasti ngobrol. Kegiatan murah meriah mantap yang menyehatkan.

***

sumber gambar: encrypted-tbn1.gstatic.com
sumber gambar: encrypted-tbn1.gstatic.com

Dan sore ini, saya mengajak sahabat lama saya, Nita, untuk menyusuri salah satu taman kota yang belum lama direvitalisasi. Tebet Eco Park, taman kota yang dibuat tahun 2010 dan awalnya dinamakan Taman Tebet.

Taman ini dibuka kembali untuk umum, setelah direvitalisasi, pada 23 April 2022 (Wikipedia), dan berganti nama menjadi Tebet Eco Park. Lama bener ya dari tahun 2010 ke tahun 2022...

Dan ini adalah pertama kalinya saya hendak mengunjungi Tebet Eco Park. Tahun 2024!

Senang betul, ada taman kota yang bisa dikunjungi hanya dengan naik busway dan sedikit jalan kaki. Berasa di Singapura deh...

Maklum, dulu-dulu kalau mau wisata alam di Jakarta, tahunya hanya Ancol, yang berasa jauh banget akibat jalanan yang macet cet..cet...

Eh...ternyata ada community garden di dekat pintu masuk Tebet Eco Park! Ada sekelompok orang tengah berkaraoke di sana. Wah koq mirip-mirip hutan kota di Singapura, yang pasti ada community gardennya.

"Nita, kau di mana?", tanya saya melalui pesan whatsapp

"Di sini, coba lihat jembatan berwarna orange. Telusuri jalan itu, dan kita ketemu di tengahnya!", jawab Nita.

Mata saya pun mulai menelusuri sekeliling taman, mencoba mencari jembatan berwarna orange. Tidak ada!

"Mas, kalau jembatan orange sebelah mana ya?", tanya saya pada seseorang. Daripada nyasar tak tentu arah, lebih baik bertanya, bukan?

"Oh, sebelah sana! Lewat sini saja, lurus terus, nanti kelihatan jembatan orange", kata mas-nya.

Eh iya...ada jembatan orange....wah...makin dijalanin koq makin berasa ada mirip-miripnya dengan hutan kota di belakang kost dulu. Jembatan orange yang melewati jalan raya di bawahnya, mirip jembatan Mount Faber di Singapura yang dulu hampir setiap hari Sabtu pagi saya jalani bersama Sisilia. Hanya saja, Tebet Eco Park ini, lebih cocok dibilang versi mininya. Luasnya sekitar 7,3 hektar.

Pikiran saya jadi melanglang buana ke masa lalu. Bagaimana kabarnya Sisilia sekarang ya, lama kami tak bertukar cerita, seperti dulu ketika jogging akhir pekan di hutan kota.

***

Cukup ramai saat itu orang berlalu lalang di jembatan orange Tebet Eco Park. Jembatan orange ini adalah zona infinity link bridge. Mungkin karena menghubungkan dua area, yang kalau dijalani dari luar taman, harus menyebrang jalan dulu.

Dari atas, terlihat beberapa group yang duduk bersama. Ada yang menikmati makanan sama-sama, ada pula yang serius mendengarkan temannya berbicara di depan. Mungkin mereka sedang membahas sesuatu yang lebih serius dibandingkan kelompok yang sedang menikmati makanan.

Akhirnya saya berpapasan dengan teman yang janjian bareng menyusuri Tebet Eco Park sore ini. Karena dia pun baru datang dari pintu masuk yang lain, maka kami menentukan arah ke mana kami akan mulai menelusuri taman kota ini. Ok ke kiri, ke arah taman yang banyak orang sedang piknik berkelompok. 

Kami pun mulai menelusuri jembatan orange ke arah menuju taman berbukit-bukit kecil, dan lanjut menelusuri jalan setapak yang tersedia. Cukup ramai orang berlalu lalang sore itu. Maklum akhir pekan, ada tempat bagus murah meriah mantap seperti Tebet Eco Park ini, sudah pasti ramai dikunjungi orang. 

Apa lagi setelah Covid kemarin, rupanya banyak orang mulai enggan mengunjungi mall dan pusat-pusat perbelanjaan sebagai salah satu alternatif "buang stress" atau sekedar menikmati waktu santai di akhir pekan.

Rasanya area seperti Tebet Eco Park ini memang dibutuhkan oleh para penghuni kota Jakarta yang konon katanya berasal dari berbagai penjuru Indonesia.

Sepanjang berjalan menyusuri taman kota ini tidak terlihat ada penjual makanan seperti di pintu masuk tadi. Syukurlah tidak ada penjaja makanan di dalam sini. Minimal, dengan begitu, kebersihan lebih terjamin. Hanya, masih ada saja sampah yang dibuang sembarangan.

Sayang sekali, ruang hijau yang mulai dirintis untuk kepentingan masyarakatnya, namun kesadaran masyarakat dalam hal membuang sampah masih kurang. 

Apalagi tersedia juga children playground, yang artinya ada anak-anak yang datang bermain di sini. Seharusnya anak-anak itu diberi contoh lingkungan yang bersih tidak ada sampah terserak karena dibuang begitu saja oleh pengunjung lain.

Mudah-mudahan generasi muda sekarang dapat menjadi perintis perubahan dalam hal menjaga kebersihan ruang publik ini.

Kami berjalan berkeliling beberapa putaran sambil ngobrol ngalor ngidul, atau istilah kami, bertukar cerita setelah beberapa lama tidak bertemu karena kesibukan masing-masing. Asik juga ngobrol dengan teman sambil jogging sore hari di salah satu ruang terbuka hijau Jakarta seperti Tebet Eco Park ini.

Sayangnya obrolan kami tiba-tiba terhenti ketika mendengar sekelompok remaja yang berjalan di depan kami, kira-kira usia SMP, yang bersenda gurau namun bernada sensitif karena mengandung unsur SARA.

"Eh aku sekarang punya anjing lho", kata salah seorang dari mereka

Pernyataan itu disambut salah seorang temannya,"Kamu pelihara anjing?! Lama-lama nanti jadi Kristen lho!"

Dan disambung oleh temannya yang lain sambil tertawa-tawa,"Iya dia mah sekarang mainnya sama anak-anak yang Kristen. Lama-lama nanti bisa jadi Kristen lho!"

Waduh...kok bisa gitu ya, padahal masih usia remaja. Di mana belajarnya?!

Saya dan Nita saling berpandangan, merasa obrolan seperti itu rasanya tidak pantas, apalagi keluar dari mulut anak-anak remaja seperti mereka.

Connecting People with Nature! Artinya orang-orang yang datang ke ruang hijau seperti ini, seharusnya dapat terkoneksi dengan alam yang hijau. Alam yang menyembuhkan. Jiwa yang letih, lesu, lelah, pasti segar kembali saat mengambil waktu sejenak menyatu dengan alam. Menghirup udara segar, bertemu dengan sesama penghuni kota lainnya, saling bertukar cerita sambil jogging sehat, atau sekedar piknik rame-rame bersama teman-teman atau keluarga.

Terhubung dengan alam, biasanya identik dengan kedamaian hati dan kesegaran jiwa. Maka itu, selain menjaga kebersihan dan tidak merusak lingkungan, jaga juga sikap dan bicara.

Untung dari rumah, kami sudah membawa hati seluas samudera sehingga bisa tetap fokus menikmati kesegaran alam di salah satu ruang hijau di Jakarta Selatan ini, yaitu Tebet Eco Park. Secara tidak langsung, menghubungkan manusia dengan alam (connecting people with nature), seharusnya menghubungkan manusia dengan manusia juga. 

#kopaja71

#ruangterbukahijau

#Jakarta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun