Mungkin itu juga penyebab beberapa pemilik bisnis hanya ditawari, produknya dibayar menggunakan exposure. Bukan secara professional, influencer menawarkan kerjasama dan dibayar sesuai dengan keahliannya.
Ada baiknya, seorang influencer, selain tahu bagaimana membawa sebuah brand menjadi terkenal melalui review yang menarik, video shooting yang membuat orang langsung akan check and recheck mengenai produk atau brand yang dipromosikan, juga tahu secara lebih spesifik audiencenya. Jika target pengunjung ke sebuah restaurant baru,  adalah 1000 orang /hari, maka percuma saja influencer memamerkan video dengan shooting terbaiknya, yang membuat orang yang melihat langsung ngeces dan segera merencanakan untuk datang langsung mencicipi makanan di resto tersebut, tetapi hanya dapat menarik sekitar  50 orang saja/hari.
Padahal dia sudah memamerkan kepada followernya yang berjumlah 10.000 orang.  Bukankah akan lebih baik jika dia mengenal para followernya dan mengetahui minat mereka, sehingga dia pun dapat mengambil kesimpulan mengenai apa yang paling banyak disukai followernya dan  memilih jenis produk apa yang paling cocok dipromosikan kepada para follower tersebut. (VRGultom)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H