Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Artikel Utama

Pemrograman, Artificial Intelligence, dan Internet of Things

24 Februari 2023   20:38 Diperbarui: 25 Februari 2023   13:15 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Data | sumber: healthitanalytics.com (Thinkstock)

Pemrograman

Pemrograman adalah sebuah cara menterjemahkan proses-proses manual kedalam bahasa yang dapat dimengerti oleh komputer, agar komputer dapat secara otomatis beroperasi menjalankan proses-proses manual itu. Ini adalah definisi saya sendiri berdasarkan pengalaman dan pengertian pribadi.

Satu hal yang tidak pernah saya lupa dari dosen pemrograman saya adalah pernyataan bahwa komputer itu bodoh. Dan dalam perjalanan saya bekerja dengan pemrograman, data, dan sistem, saya membuktikan hal itu. Komputer memang bodoh. Sekalipun ada istilah smart phone atau telepon pintar, atau robot pintar. Tetap saja mereka tidak memiliki kecerdasan.

Lantas apa hubungannya dengan Artificial Intelligence?

Artificial Intelligence

Artificial Intelligence sedikit banyak pasti ada pemrogramannya juga. Tetapi hasil pemrograman saja belum dapat dikatakan sebagai Artificial Intelligence. 

Secara terjemahan mungkin bisa. Kecerdasan buatan. Karena pada awalnya suatu proses dikerjakan secara manual oleh manusia yang pastinya dengan mengandalkan kecerdasannya, kemudian dibuat sedemikian rupa agar dapat dilakukan oleh komputer. Namun Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan, yang tujuannya adalah mengimitasi kemampuan manusia, adalah hal yang lebih luas, sama halnya dengan kemampuan manusia yang sangat luas. 

Jika pemrograman baru bisa dipakai untuk mengumpulkan data, otomatisasi suatu proses, pembuatan laporan berdasarkan data-data yang ada, maka Artificial Intelligence sudah dapat membaca, menterjemahkan, dan mengolah kembali data-data tersebut, kemudian melakukan pekerjaan-pekerjaan berdasarkan data dan program yang ditanam. 

Data-data yang dipakai, bukan hanya data-data yang teratur yang terkumpul dari sebuah sistem, tetapi juga data-data yang tidak teratur, seperti misalnya video, foto, dan suara.

Saat ini, teknologi AI sudah dapat mengenali bagian-bagian dari sebuah gambar. Ibarat mata kita melihat sebuah gambar dan mengirim informasi yang didapat ke otak dan mengenalinya sebagai wajah manusia, gambar mobil, gambar pohon dst.

Saya jadi terpikir, apakah kelak teknologi AI juga dapat mengenali nama orang-orang di foto yang kita posting di media sosial? Mungkin saja. Orang yang tidak mengenal yang mana saudara-saudara kita dalam sebuah foto pun dapat mengenalinya dengan membaca "tag" atau "mempelajari" komentar-komentar terhadap foto-foto itu. Dengan kecerdasan manusia, polanya bisa dikenali.

Dan kemampuan mengenali pola ini dapat diimitasi oleh mesin. Caranya sama dengan bagaimana manusia mempelajari suatu polanya. Bagaimana user melakukan tag, menuliskan cerita tentang memori dalam foto itu, dan user lain yang di-tag kemudian berkomentar:

"Aku yang mana ya?"

"Wah aku masih kurus dalam foto itu!"

"Yang sebelah kiriku si A ya?"

dst.

Kalau dipikir-pikir, rata-rata kalimatnya begitu-begitu saja toh ketika seseorang mengomentari sebuah memori dalam foto.

Dengan beberapa foto wajah si A di tag sana-sini dan gambar wajahnya cuma beda-beda tipis, pada akhirnya, sama seperti orang lain yang tidak ada hubungnnya dengan foto itu, sistem juga akan dapat mengenali,"Oh itu wajahnya si A".

Jadi, bukan tidak mungkin suatu hari nanti AI dapat mengenali nama orang dalam sebuah foto. Bahkan sekarang pun, Facebook sudah dapat menunjuk langsung kepada sebuah nama user ketika kita upload foto. Itu artinya, sistem mereka sudah dapat mengenali bahwa tampilan wajah dalam sebuah foto kemungkinan besar adalah si A atau si B.

Itulah salah satu contoh teknologi Artificial Intelligence. Mengimitasi kemampuan manusia dan menerapkannya pada mesin.

Untuk bisa membuat sistem seperti itu, tidak cukup hanya pemrograman. Perlu data-data yang cukup untuk mempelajari polanya. Sama seperti manusia, perlu data yang cukup untuk memecahkan suatu masalah. Kalau data-datanya kurang, informasi yang dihasilkan tidak akurat dan bisa jadi malah menghasilkan hoax.

Dalam hal mesin, setelah pola diketahui, dibuatlah sebuah template untuk menampung data-data yang dimaksudkan sebagai masukan (input) untuk kemudian diproses untuk menghasilkan informasi yang diinginkan. Hasilnya diuji apakah menghasilkan sebuah informasi yang benar atau tidak. Jika belum benar, dicari kesalahannya dimana. 

Apakah templatenya yang membaca dan penampung datanya yang salah, atau pemrosesannya yang salah, karena dari pola yang ditentukan sebelumnya, ternyata ada kondisi-kondisi lain yang belum diperhitungkan. Dan itu semua diketahui setelah menguji template yang dibuat dengan berbagai data sejenis. 

Misalkan, diketahui ternyata tidak cukup hanya membaca tag, tetapi juga harus membaca komentar. Karena, seseorang bisa saja menandai seseorang lain (tag) dalam sebuah foto hanya untuk memberitahu sesuatu, sementara user yang ditandai tidak ada dalam foto tersebut. Hal-hal seperti ini dapat diketahui dari data masukan (input). Makin banyak data yang diuji, akan semakin tepat pola yang didapat. Yang artinya sistemnya dapat dibuat lebih canggih.  

Internet of Things

Apa itu Internet of things?

Situs aws.amazon.com menuliskannya dengan detail mengenai apa dan bagaimana Internet of Things (IOT) ini, termasuk mengenai cloud.

Yang jelas, IOT ini memungkinkan terhubungnya berbagai perangkat kepada layanan-layanan teknologi informasi yang tersedia, melalui Internet. Dan juga memungkinkan saling terhubungnya perangkat-perangkat tersebut melalui Internet. Yang artinya juga dapat menjadi sarana pengumpul data. Paling tidak, lokasi seseorang melakukan "transaksi Internet" dapat diketahui.

Melakukan transaksi perbankan pun sekarang tidak mengharuskan nasabah untuk datang ke bank. Dimana saja transaksi perbankan sudah dapat dilakukan asal ada jaringan Internet.

Jaman sekarang, pembayaran menggunakan QRIS. Bahkan sebelum ada QRIS,  didahului GoJeg dan Grab yang bermitra dengan banyak pedagang dan driver untuk menyediakan layanan transportasi dan pembayaran online via Internet. 

Bukankah berdasarkan itu semua dapat dipelajari kebiasaan seseorang. Bahkan GoJek, kalau saya tidak salah, setahun sekali memberikan surat cinta kepada para pelanggannya. 

Isinya bernostalgia tentang makanan kesukaan kita, kemana saja kita sering pergi selama setahun yang lalu, kemana kita sering kirim barang, barang apa yang sering kita beri, dan bagaimana metoda pembayarannya. Itu semua bisa terjadi karena adanya Internet. 

Beberapa belas tahun lalu juga ada Internet, tetapi tidak sampai segitunya. Ya ialah, dulu di perusahaan-perusahaan, yang mendapatkan akses Internet di kantor dibatasi level "pejabat" doang. 

Sekarang sudah jaman IOT. Internet dimana-mana dan harganya pun makin murah. Dulu, akses Internet cuma untuk tahu berita. Sekarang, semua menggunakan aplikasi (pemrograman) yang harus terhubung ke Internet.

Jadi apa hubungannya IOT dengan pemrograman dan Artificial Intelligence?

Kalau dulu pemrograman itu hanya bisa diterapkan secara "kurang luas". Kalau sekarang penerapannya bisa sangat luas. Contohnya dibidang perbankan dan GoJek tadi. Disitu belum ada teknologi Artificial Intelligence. Yang ada hanyalah pemrograman biasa yang implementasi dan aksesnya menjadi lebih luas dengan adanya teknologi IOT. 

Sementara pengembangan Artificial Intelligence menjadi lebih mudah dan pastinya lebih cepat dengan penerapan teknologi pemrograman yang semakin "luas" akibat adanya teknologi IOT. Mendapatkan data dalam jumlah besar menjadi hal yang mudah. Hal ini sekaligus membuat pemahaman terhadap suatu pola, berdasarkan data, menjadi lebih mudah.

Namun demikian, apapun teknologinya, tetap saja komputer itu bodoh karena memang tidak memiliki kecerdasan yang dapat berkembang dengan sendirinya. Cara komputer, mesin, robot, atau apapun istilahnya, mengembangkan pengetahuan adalah dengan cara upgrade fungsi dan menambah data. Dan itu semua harus dilakukan oleh manusia. Tambah data mungkin bisa dibuat otomatis seperti penjelasan di atas. Tetapi cara membaca dan menterjemahkan suatu bentuk data baru, tidak dapat diotomatisasi. Maka, sangat wajar kalau teknologi artificial intelligence semacam chatGPT dan kawan-kawannya bisa salah.

Robot pemain catur tidak dapat dikalahkan? Sangat mungkin. Karena permainan catur memang tidak pernah berubah. Tetapi kalau ada catur versi baru, atau aturan permainan catur yang berubah, robot pemain catur yang lama pasti perlu disesuaikan. Dia tidak akan dapat belajar dengan sendirinya seperti kemampuan manusia yang dapat berkembang jika ada kemauan.  (VRGultom)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun