Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Administrasi - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler Teknologi untuk semua orang, karena semua orang perlu melek teknologi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Antistres karena Hobi Jalan Kaki

14 Oktober 2022   19:55 Diperbarui: 18 Oktober 2022   19:12 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah bagaimana teorinya, saya tidak tahu, namun saya terbiasa jalan kaki ketika merasakan ketidaknyamanan dalam diri sendiri alias stres. Mudah-mudahan ada ahlinya yang mau berbagi di Kompasiana mengenai hubungan antara jalan kaki dan buang stres.

Sejak dulu saya memang menyukai berjalan kaki. Biasanya teman-teman saya akan ngomel-ngomel kalau saya ajak jalan kaki ke suatu tempat dengan alasan jaraknya dekat. 

Setelah dijalani, ternyata buat mereka itu adalah jarak yang cukup jauh dan melelahkan. 

Itulah alasan mereka ngomel-ngomel, "Gila lu, segitu dibilang deket!" 

Tapi saya gak salah juga, karena buat saya itu jarak dekat, he..he..he...

Bisa dimaklumi kalau orang Indonesia tidak suka jalan kaki, mengingat area jalan kaki yang tidak nyaman, bikin alas kaki cepat rusak, sangat berisiko kena sesuatu karena trotoar yang tidak rata, dan juga harus saingan dengan pedagang kaki lima yang menguasai trotoar. 

Sekarang malah saingannya bukan cuma dengan pedagang kaki lima saja, tetapi juga dengan para pemilik mobil yang memarkir mobilnya di trotoar.

Ok lah memang saat ini kondisi di Indonesia tidak berpihak pada pejalan kaki. Pejalan kaki menjadi pengguna jalan yang harus selalu mengalah. Terima saja dulu, karena nampaknya solusi yang diperlukan akan sambung-menyambung ke sana dan ke sini. 

Alhasil karena area jalan kaki yang tidak nyaman ini, maka dulu saya suka mengganti pengalihan stres saya dengan cara naik bus dan mengambil rute yang tidak biasa, hanya untuk sekedar berputar-putar dan melihat pemandangan dari jendela.

Ketika saya berkesempatan tinggal di Singapura selama beberapa tahun, kebiasaan berjalan kaki saya lanjutkan. Untungnya di sana, lingkungannya sangat mendukung.

Biasanya, jika merasa stres dan tertekan di tempat kerja, saya akan pulang dengan sengaja berjalan kaki. Situasi di Singapura yang menjamin persamaan hak antara pejalan kaki dan pengguna kendaraan, sangat mendukung aktivitas mengatasi stres ini. 

Jika di tengah jalan kelelahan sementara jarak tempat tinggal masih jauh, ada banyak hawker (area food court selevel pujasera) yang dapat disinggahi sebentar untuk sekedar minum teh tarik, teh manis, atau kopi dengan harga yang tidak terlalu mahal. 

Jika malas nongkrong sejenak, tinggal naik bus untuk nyambung langsung pulang ke rumah. Yang penting sudah jalan kaki dan stres sudah hilang.

Suatu hari, seorang teman kerja mengetahui kebiasaan saya ini, karena kebetulan pulang bareng dan saya sedang ingin berjalan kaki. 

Maka saya ajak dia untuk berjalan kaki beberapa bus stop saja, dan nanti di bus stop ke sekian baru naik bus. Eh dia mau. Sejak itu, kami jadi sering jalan kaki dulu beberapa bus stop, setiap pulang kerja. 

Saya menceritakan kesukaan saya berjalan kaki ketika dia bertanya mengenai alasan saya senang jalan kaki. 

Ketika merasa stres atau kesal dengan sesuatu di tempat kerja yang membuat mood jadi jelek, maka semua itu dapat diperbaiki ketika saya berjalan kaki. 

Sambil berjalan, menikmati udara segar, badan bergerak, otak pun terbawa suasana sambil melihat-lihat pemandangan sekitar, maka mood saya akan kembali membaik dan otak kembali segar.

Rupanya, teman saya meniru kebiasaan saya. Suatu hari dia mengatakan pada saya, bahwa beberapa hari lalu, dia pulang dari proyek di lokasi yang berbeda dengan saya, sengaja berjalan kaki karena merasa stres. Dan ternyata dia setuju, bahwa dengan berjalan kaki, stresnya hilang dan otak kembali segar. 

Rupanya kisah jalan kaki kami, sampai ke telinga bos dan dia mencoba cara kami membuang stres. Eh dia suka juga dan menceritakannya kepada semua bawahannya. Entah emang dari sananya sudah pada suka jalan kaki, entah baru ikut-ikutan, namun yang jelas, jalan kaki menjadi budaya di lingkungan kerja kami.

Weekend, adalah waktunya jalan pagi di pagi hari dengan teman kost. Kebetulan, tempat kost saya dekat dengan hutan kota. Setiap Sabtu pagi menjadi jadwal rutin olahraga pagi. 

Biasanya hal ini juga yang saya pakai untuk mengajak teman kost yang nampaknya merasa "kesepian" tinggal di Singapura karena masih baru dan belum memiliki banyak kenalan.

Ternyata jalan pagi pun dapat mempererat persahabatan dan membantu orang lain keluar dari rasa stres dan depresi. 

Saya teringat seorang teman kost dari India yang akhirnya bercerita pada saya, bahwa dia merasa "crazy" dengan Singapura, sampai-sampai ingin bunuh diri. What???!!

Kenyataannya Singapura memang pernah mendapat prestasi sebagai kota dengan tingkat stres paling tinggi di dunia. Dan saya pun sangat mengerti bagaimana rasanya sudah pasang senyum termanis.

Ketika bertemu orang di lift apartment, bukannya dibalas, malah dilihat dari atas ke bawah. Baru setelah beberapa bulan sering bertemu di lift, dan mungkin sudah familiar dengan penampakan saya, mereka pun balas tersenyum.

Pulang ke Indonesia, sejujurnya hobi jalan kaki agak susah dilanjutkan. Namun untunglah di Jakarta sudah dibangun stasiun-stasiun MRT yang membuat orang mau tidak mau harus jalan kaki cukup panjang menyusuri stasiun dan anak-anak tangga yang lumayan jika ingin naik MRT. 

Saya pernah berjalan kaki dari Kebon Sirih sampai ke area Bundaran HI, karena kebetulan trotoarnya cukup oke untuk dipakai jalan. 

Saya juga sempat beberapa kali jalan pagi di Kebun Raya Bogor, setelah naik KRL dari Jakarta. Segar rasanya berjalan kaki di tempat seperti Kebun Raya Bogor. 

Jalan pagi di Kebun Raya Bogor (dokumentasi pribadi)
Jalan pagi di Kebun Raya Bogor (dokumentasi pribadi)

Semoga ke depannya, para pejabat terkait dapat saling bekerja sama menciptakan lingkungan dan sarana yang nyaman untuk berjalan kaki. 

Jika banyak orang sadar manfaat berjalan kaki, sarananya ada, bukan tidak mungkin udara pun jadi tambah bersih, karena tentunya kendaraan di jalanan menjadi berkurang. 

Semoga juga dapat dibuatkan hutan-hutan kota yang aman dan nyaman untuk sekedar hiking kecil-kecilan di akhir minggu. Tukang ojek nyinyir melihat orang jalan kaki? Biarin aja ha..ha..ha...

Beberapa kali saya ditawari ojek ketika sedang jalan kaki. Saya menolak dengan menggelengkan kepada atau melambaikan tangan. Dan kemudian si tukang ojek berteriak, "Panas-panas jalan kaki!"

Lain waktu, seorang tukang ojek lain mengatakan, "Saya belum pernah lho jalan kaki, selalu naik motor." Ha..ha..ha..nawarin dagangan it's ok. Tapi gak usah nyinyir gitu, Bang!

Nampaknya kemerdekaan, kebebasan, dan sukacita berjalan kaki pun perlu dikampanyekan, agar tidak kalah dengan tukang ojek yang nawarin dagangannya!

Salam sehat!

 (VRGultom)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun