Berikut contoh beberapa negara yang sudah mencoba e-voting (Pengumpulan suara secara elektronik) dan I-voting (pengumpulan suara melalui Internet).
USA adalah salah satu negara yang pernah menggunakan barcode dan QR Code dalam proses pemilu (election) mereka.
Mereka menggunakan hand-marked ballot yang kira-kira seperti kertas ujian masuk perguruan tinggi yang menggunakan bentuk oval yang diarsir menggunakan pensil 2B.
Selain itu mereka juga menggunakan barcode yang langsung dicetak oleh mesin ketika pemilih memilih melalui mesin pengumpulan suara.
Namun demikian, Colorado menjadi negara bagian pertama yang menolak pencetakan barcode oleh mesin sebagai bukti pemilihan langsung pada mesin pengumpulan suara. Alasan mereka adalah masalah keamanan data.
Menurut mereka bukti yang paling dapat dipercaya adalah bukti dokumen manual, bukan yang dicetak oleh komputer.
Sedangkan UK, untuk pertama kalinya di tahun 2014 memperkenalkan QR Code dalam pemungutan suara mereka.
Demikian pula dengan Delhi (India), juga untuk pertama kalinya mereka menggunakan QR code dalam pemungutan suara.
Bagaimana QR Code dapat membantu percepatan proses penghitungan suara dan meningkatkan akurasi data?
1. Autentifikasi calon pemilih
Hal ini untuk mengurangi kemungkinan kecurangan seorang pemilih memilih lebih dari satu kali. Fungsinya disini lebih kepada absensi elektronik
2. E-Voting
Dengan QR Code, seorang pemilih dapat memilih dengan cara scan QR Code sesuai ketentuan dan kemudian memilih secara elektronik.