Database di tingkat kelurahan dan kecamatan dapat dikirim ketingkat provinsi, dengan cara mengirimkan file database untuk disatukan dengan seluruh wilayah Indonesia. Tentunya tetap dapat dikenali data masing-masing provinsi, masing-masing kecamatan, dan masing-masing kelurahan.Â
Selanjutnya harus ada analytic system yang membaca, mengkalkulasi, dan kemudian menampilkan dalam bentuk dashboard, grafik, dsj, secara real time dan kemudian dipublikasikan kepada masyarakat.
Dengan demikian, proses perhitungan tidak lagi secara manual. Contoh hasil analytic system dalam pemilihan umum: Data yang Berbicara dan BergerakÂ
Kertas-kertas pemilihan dengan barcode diperiksa sebelum pemilu berlangsung. Jangan sampai, mentang-mentang barcode tidak dapat dibaca secara aksara manusia, maka ada penyimpangan dimana semua gambar dan nama sudah benar, tetapi ternyata barcodenya hanya menunjuk ke satu nama, sehingga siapapun yang dipilih, suaranya akan masuk ke kantong suara calon yang itu-itu lagi.
Padahal, pada dasarnya penggunaan barcode itu sudah paling akurat. Barcode mewakili kode-kode unique masing-masing calon, jadi jika ada nama yang sama, tidak mungkin salah masuk kantong suara.Â
Dan datanya pun tidak perlu diinput ulang ke komputer, karena dapat diprogram untuk langsung masuk ke database.
Demikian pula dengan semua proses yang dibuat untuk mengolah data, harus sudah teruji dengan benar dengan cara menguji berbagai skenario yang mungkin.
Tidak lupa juga masalah keamanan sistem, yaitu keamanan jaringan, keamanan data dalam database, hak akses yang hanya diberikan untuk dipakai oleh aplikasi untuk membaca dan memproses data.
Jangan sampai, ketika hari H, ada hacker yang berhasil mengutak-atik data, atau ada orang  dalam yang mengganti data tanpa ijin, atau prosesnya ternyata ada yang salah, dst.
Proses pembuatan kartu-kartu suara pun perlu diamankan, dan mungkin alat pembacanya diprogram secara khusus agar dapat mengenali yang mana kartu palsu mana kartu asli.
Selain itu yang tidak kalah penting adalah sosialisasi cara memilih. Bukan tidak mungkin karena ketidak tahuan cara memberikan suara, seorang pemilih malah jadi golput. Sistemnya harus dibuat sesederhana mungkin agar mudah dimengerti oleh semua golongan masyarakat.