Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saya Mau Jadi Akuntan!

19 November 2020   19:14 Diperbarui: 19 November 2020   19:29 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kalau sudah besar nanti mau jadi apa?"

"Akuntan!"

Yah, itulah jawaban saya. Jawaban yang sebenarnya saya dapat dari mama.

Kata mama, akuntan adalah orang yang kerjanya menghitung uang. Mungkin itulah yang mama saya tahu ketika itu, atau mungkin juga itu cara menerangkan paling sederhana yang dapat diterima oleh seorang anak kecil yang belum sekolah dan belum tahu apa-apa.

Jadilah setiap pertanyaan tentang mau jadi apa nanti kalau sudah besar  atau apa cita-citamu, maka saya sudah punya jawabannya,"Mau jadi akuntan!".  Biasanya akan ada sambungan pertanyaan lagi, entah itu dari teman-teman yang merasa tidak mengenal kata "akuntan" atau dari si penanya sendiri, "Akuntan itu apa?" Dan saya menerangkan seperti apa kata mama,"Akuntan itu tukang menghitung uang!".

Saya tidak tahu mengapa ide menjadi seorang akuntan itu diberikan kepada saya, dan bukan kepada saudara-saudara yang lain. Namun itulah salah satu pembelajaran yang saya ingat dari mama. Pada akhirnya saya memang bekerja tidak jauh-jauh dari hal-hal berbau akutansi. Walaupun tidak secara langsung bekerja di bidang itu.

Saya tidak pernah sekolah atau ambil kursus akutansi. Tetapi diawal-awal saya mulai bekerja, setelah lulus sekolah, saya menjadi seorang programmer yang membuat sistem akutansi sebuah perusahaan. Tanpa tahu apa sih sebenarnya akutansi itu, saya membuat program-program komputer dengan mengikuti rancangan system yang dibuat oleh atasan saya, dan teringat lagi, nama profesi yang pertama kali saya dapat dari mama. Berarti akutansi itu sesuatu yang berhubungan dengan menghitung uang. Ternyata benar, laporan-laporan keuangan perusahaan dibuat oleh orang-orang dibagian akutansi.

Mungkin untuk ukuran saat itu, mama saya dianggap berpendidikan cukup. Cukup pada jamannya. Karena teman-teman yang lain, tingkat pendidikan terakhir orang tuanya rata-rata SD atau SMP. Sementara mama saya adalah seorang mantan guru kepandaian putri dengan pendidikan terakhir SGKP atau Sekolah Gutu Kepandaian Putri yang kalau tidak salah sama dengan SKKA yang setingkat SMA.

Mama memang bisa melakukan apa saja. Menyulam, menjahit, merawat. Oh ya konon katanya mama juga pernah masuk sekolah perawat namun tidak sampai selesai. Tetapi mama memang bisa merawat orang sakit.

Hasil sulaman mama yang kami pakai sendiri dirumah, cukup banyak. Mulai dari taplak meja, sulaman dibaju anak-anaknya yang beliau jahit sendiri, dan sulaman-sulaman yang menjadi hiasan dinding. Tidak heran kalau mama selalu menjadi penolong ketika saya masih di SMP dan ada tugas menyulam dan menjahit. Mama yang melengkapi hasil pembelajaran disekolah dan kadang membantu menyelesaikan tugas-tugas keterampilan tersebut. 

Kalau menjahit, saya adalah asisten mama, karena beliau sempat menjadi penjahit pakaian yang menerima order menjahit baju. Mama yang menjahit bagian-bagian yang harus diselesaikan dengan mesin, dan saya diajari untuk memasang kancing, dan bagian-bagian lain yang harus diselesaikan dengan tangan. 

Begitulah, mama mengajarkan keterampilan menjahit sambil mendelegasikan tugas. Dikemudian hari keterampilan ini memang berguna terutama ketika ada kancing baju yang copot, atau tidak sengaja baju yang kita pakai robek. Daripada dibuang, lebih baik ditisik dan ditambal sampai robekannya tidak kelihatan. Lumayan mengirit pengeluaran sampai waktunya beli baju baru lagi. Atau kalau sedang dalam keadaan darurat, saya tahu bagaimana menjahitnya dengan tangan.

Pertama kali saya belajar bahasa Inggris pun dari mama. Hitungan one, two, three,...ten itu saya tahu dari mama. Termasuk kalimat-kalimat,"How do you do?" Ketika itu saya belum sekolah, tetapi sudah belajar semua itu dengan mama.

Mama saya senang dengan lagu-lagu gereja tentang ibu Maria, maka itu juga yang diajarkan kepada kami. Lagu yang paling saya ingat sering diajarkan oleh Mama adalah lagu "Mengasih Maria". Maka setiap lagu itu dinyanyikan di gereja, saya akan ingat, itu lagunya mama.

Saya juga sering membantu mama membuat sabun cuci. Mama membeli bahan-bahan dasarnya di toko dan membuat sabun cuci sendiri untuk persediaan beberapa minggu. Mungkin untuk pengiritan. Itulah salah satu cara mama mengelola keuangan dalam kondisi ekonomi yang tidak stabil.

Setelah agak besar, mama mulai memberikan tugas-tugas rumah tangga dengan cara membuat jadwal giliran cuci piring, memasak, membersihkan rumah. Kadang-kadang sebagai ABG, jika pulang sekolah lebih awal, teringat kalau pulang kerumah harus ikut membantu memasak dan cuci piring, maka dengan sengaja, saya akan pergi dulu ketempat lain sampai kira-kira pulang kerumah sudah tinggal makan he..he..he...

Ternyata dikemudian hari semua itu sangat berguna. Karena sudah terbiasa melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah dan melihat cara mama mengelola keuangan keluarga dengan cara pengiritan-pengiritan seperti menambal baju yang robek daripada membeli baju yang baru, membuat sabun cuci sendiri, tidak membiasakan anak-anaknya jajan diluar, dan lain-lain, saya rasanya jadi lebih tahan banting dan tidak mudah putus asa. 

Berani menghadapi situasi apalagi disaat keuangan sedang tidak baik. Tidak boros disaat kondisi keuangan sedang baik. Dan yang tidak kalah penting, disaat orang lain tidak tahu apa yang harus dilakukan karena tidak terbiasa ikut melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga, saya malah dengan mudah melakukannya.

Seperti ketika suatu saat ada kegiatan camping, kami harus memasak nasi sendiri. Ternyata teman-teman tidak ada yang tahu bagaimana memasak nasi, sementara saya menjadi tidak PD karena heran masa iya teman-teman tidak bisa masak nasi. Jangan-jangan nasi yang dimaksud bukan nasi yang biasa saya makan. Akhirnya saya tanya, maksudnya masak nasi putih kan? Itu mah gampang!

Mama juga menemani kami belajar. Saya bangga kalau PR saya selesai terutama matematika yang menurut kebanyakan orang adalah mata pelajaran yang paling susah, bisa selesai.  Dibandingkan teman-teman lain, rata-rata ibu mereka tidak dapat menemani mereka belajar, apalagi untuk matematika.  

Meskipun mama hanya sanggup dengan matematika sampai kelas IV SD saja, tapi saya bangga karena punya ibu yang tahu matematika dan pelajaran-pelajaran lainya.

Dan ternyata mama bukan hanya seorang akuntan, tetapi manager keuangan yang ok banget, karena tidak pernah gagal menjaga stabilitas ekonomi keluarga. Saya menyadari hal itu ketika suatu ketika saya mendapat kesempatan untuk menggantikan sementara dan "menduduki" posisi mama sebagai manager keuangan keluarga. Ketika itu mama sedang dikampung untuk suatu pekerjaan. Karena saat itu saya dalam kondisi "menganggur" maka saya membantu mengelola "warung" kami. 

Setiap pagi, setiap anggota keluarga minta uang bekal dan ongkos. Dan saya harus mengeluarkan dari kas toko kami. Kemudian uang belanja untuk makan, dan pengeluaran lain-lain. 

Setelah beberapa hari, saya menyadari, ternyata total pengeluaran harian lumayan juga. Setelah saya kira-kira gaji ayah saya sebagai pegawai negeri, ditambah penghasilan tambahan dari berjualan, dibagi jumlah aggota keluarga, dibagi jumlah hari dalam sebulan, oh...my God...ternyata kecil sekali. Dan saya tidak habis pikir, bagaimana selama ini mama mengelola keuangan keluarga?!

Kehidupan kami memang sederhana tetapi saya tetap tidak habis pikir dengan hasil kalkulasi saya. Pantas saja kalau mama mengeluarkan omelan-omelan jika anak-anaknya meminta uang untuk membeli ini dan itu.Mama juga menahan diri untuk tidak ikut kegiatan diluar rumah yang tentunya butuh biaya, dan memasak makanan dengan teknik-teknik khusus yang mengirit biaya.

Teknik khusus yang saya maksud adalah menyiasati. Contohnya, masak daging sapi, dagingnya cuma sedikit tetapi kentangnya lebih banyak, karena harga kentang lebih murah daripada daging. 

Masak ikan dengan kuah berbumbu, kuahnya banyak, padahal ikannya cuma sedikit. Selama ada kuahnya masakan itu tetap terasa enak, walaupun cuma satu ikan dibagi berapa potong, masing-masing cuma dapat secuil. Masak ikan teri, dicampur dengan kacang, tetapi sebenarnya kacangnya lebih banyak daripada ikan terinya....tetapi tetap dinamakan ikan teri kacang, bukan kacang ikan teri....he...he..he...

Kenyataannya setiap hari kami baik-baik saja. Dan sekarang, kami anak-anaknya juga masih baik-baik saja, bahkan lebih baik.

Mama mengajarkan saya banyak hal, dari mulai saya masih kecil hingga dewasa. Tentang kegigihan, ketulusan, kepasrahan, dan kesederhanaan.

Kegigihan yang beliau tunjukan dalam mempertahankan hidup keluarganya meskipun keadaan ekonomi saat itu tidak menentu. Mama, manager keuangan yang mau sekaligus turun tangan supaya ekonomi tidak kacau. Dengan apa yang sudah mama lakukan, beliau telah mengajarkan kepada kami bahwa selalu ada jalan sesulit apapun keadaanya.

Mama juga mengajarkan tentang ketulusan dan kesederhanaan. Ketulusan dalam menerima setiap keadaan dengan iklas. Dan kesederhanaan yang membuat saya bertahan dalam kondisi baik-baik saja sampai saat ini karena tidak mudah terpengaruh, punya prinsip hidup sendiri, tidak suka ikut-ikutan, dan biasa-biasa saja dalam keadaan apapun. Tidak terlalu menunjukan ketika sedang berbeban berat, dan tidak pamer juga ketika sedang dalam keadaan baik-baik saja. Tidak minder ketika melihat orang lain yang lebih dan tidak memandang rendah juga melihat orang lain yang kekurangan.

Terima kasih, mama untuk semua yang mama lakukan dan ajarkan kepada kami. Terima kasih guru besarku. Mama, sekolah pertama dan selamanya (VRGultom).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun