Di era digital, tidak hanya manusia yang berlomba-lomba mencuri perhatian di media sosial, tapi juga hewan peliharaan. Kucing yang berakting marah saat dimandikan, anjing yang berpura-pura tidur ketika dimarahi, hingga burung kakaktua yang "bernyanyi" mengikuti irama.
Fenomena ini bukan hanya sekadar kelucuan belaka, tetapi sudah menjadi tren yang seakan tak ada habisnya. Pemilik hewan kini berperan layaknya sutradara, sementara hewan peliharaan---sering disebut "anabul"Â (anak bulu)---menjadi aktornya.
Tapi, kenapa kita begitu suka mengonsumsi konten seperti ini? Bagaimana fenomena ini bisa tumbuh dan berkembang hingga menjadi candu bagi banyak orang?
Dari Video Lucu Hingga Akting Terencana
Pada awalnya, video lucu anabul yang viral di media sosial cenderung bersifat spontan. Seekor anjing yang secara tidak sengaja melakukan sesuatu yang konyol atau kucing yang menunjukkan reaksi lucu saat melihat sesuatu yang baru.
Namun, belakangan ini tren tersebut berubah. Konten tentang hewan tidak lagi mengandalkan momen-momen spontan, tetapi melibatkan skenario yang dirancang dengan cermat oleh pemiliknya.
Misalnya, seekor anjing yang disuruh berpura-pura kaget saat pemiliknya "kehilangan"Â mainannya, atau kucing yang seolah-olah bisa menghitung dengan kaki mereka.
Semua ini diatur sedemikian rupa agar tampak alami, namun jelas bahwa ada skenario di balik layar. Pemilik hewan sekarang beralih menjadi sutradara dadakan, berusaha mendapatkan reaksi yang diinginkan dari peliharaan mereka, yang tentunya harus terlihat lucu atau menggemaskan bagi penonton.
Menurut laporan dari American Pet Products Association (APPA), pada tahun 2023, ada peningkatan sebesar 20% dalam konten terkait hewan peliharaan di platform media sosial seperti TikTok, Instagram, dan YouTube.
Konten ini mulai mendominasi kategori hiburan di kalangan netizen. Ini menunjukkan bahwa semakin banyak orang yang terlibat, baik sebagai kreator maupun konsumen konten.
@pororo12z : nyenyenyenye... #anabul #anabulgembul #kucinglucu #kucing #kucingtiktok  original sound - Yatty Soewandy
Mengapa Kita Suka Melihat Anabul Berakting?
Alasan utama mengapa kita terhibur melihat hewan peliharaan berakting adalah daya tarik emosional yang kuat. Hewan peliharaan sering kali diperlakukan sebagai bagian dari keluarga.
Mereka dianggap seperti anak-anak yang polos, jujur, dan penuh kasih. Karena itulah, ketika mereka "berakting," kita merasa seakan-akan sedang menonton seorang anggota keluarga yang menghibur.
Selain itu, fenomena ini juga memberikan kesenangan karena unsur kejutan. Reaksi hewan yang tak terduga memberikan kesan bahwa mereka hampir "manusiawi," dengan kemampuan untuk memahami dan merespon situasi seperti halnya manusia. Hal ini membuat kita semakin terpikat pada konten-konten tersebut.
Sejalan dengan itu, sebuah studi dari University of California menemukan bahwa orang lebih mudah merasa terhibur oleh hewan karena hewan dianggap bebas dari agenda atau motivasi tertentu, berbeda dengan manusia. Mereka dianggap "otentik," dan itulah yang membuat konten ini lebih menarik daripada melihat aktor manusia berakting.
Namun, di balik daya tarik ini, ada juga aspek lain yang jarang kita pikirkan: bagaimana tren ini mempengaruhi hubungan antara manusia dan hewan peliharaan?
Dampak pada Hewan Peliharaan
Meminta anabul berakting mungkin terlihat sepele dan menyenangkan, tetapi apa dampaknya pada mereka? Ada perdebatan di kalangan pecinta hewan mengenai apakah tren ini benar-benar sehat untuk anabul.
Banyak yang berpendapat bahwa selama hewan tidak terpaksa atau diperlakukan dengan kasar, hal ini bisa dianggap sebagai bentuk interaksi positif. Mereka melihatnya sebagai cara baru untuk terhubung dengan hewan peliharaan dan membuat kenangan bersama.
Namun, beberapa pihak berpendapat bahwa memaksa hewan melakukan sesuatu yang tidak mereka pahami bisa membuat mereka stres. Anjing, misalnya, mungkin tidak menikmati berpura-pura takut atau marah hanya demi mendapat reaksi dari penonton. Kucing, yang terkenal mandiri, juga bisa merasa terganggu ketika diminta untuk berpartisipasi dalam skenario yang dirancang.
Data dari International Animal Welfare Fund menunjukkan bahwa ada peningkatan laporan terkait hewan peliharaan yang mengalami kecemasan karena pemiliknya terlalu sering memaksa mereka terlibat dalam aktivitas tertentu untuk kebutuhan konten media sosial. Hal ini menjadi pengingat bahwa meskipun kita menikmati konten ini, kita juga harus mempertimbangkan kesejahteraan hewan yang kita pelihara.
Apa yang Diperlukan untuk Menjadi "Sutradara" Konten Anabul?
Menjadi kreator konten anabul ternyata memerlukan lebih dari sekadar kamera dan peliharaan yang lucu. Banyak pemilik yang menginvestasikan waktu dan energi untuk merancang skenario, melatih hewan, hingga mengedit video agar terlihat sempurna di mata penonton.
Dalam prosesnya, ada teknik-teknik khusus yang mereka gunakan untuk mendapatkan reaksi yang diinginkan dari hewan peliharaan mereka.
1. Pelatihan dan Pengondisian
Banyak kreator melatih anabul mereka dengan menggunakan metode pengondisian. Misalnya, mereka memberi hadiah atau camilan sebagai motivasi agar hewan mengikuti perintah. Ini membuat anabul lebih mudah diarahkan saat syuting, sehingga hasil akhirnya tampak lebih alami.
2. Pemilihan Skenario yang Tepat
Kreator harus peka terhadap kemampuan hewan peliharaannya. Tidak semua hewan cocok untuk berakting, dan memaksakan mereka bisa berujung pada hasil yang tidak menyenangkan. Pemilihan skenario yang sesuai dengan karakteristik hewan menjadi kunci kesuksesan konten.
3. Kesabaran adalah Kunci
Menghasilkan konten yang sempurna sering kali membutuhkan kesabaran. Tidak jarang pemilik harus merekam berkali-kali hingga mendapatkan momen yang diinginkan. Kesabaran ini menjadi salah satu faktor penting yang membuat video-video anabul terlihat menarik.
Apakah Tren Ini Akan Bertahan Lama?
Melihat popularitas yang terus meningkat, tampaknya fenomena konten anabul berakting tidak akan segera memudar. Apalagi, dengan algoritma platform media sosial yang sering kali mempromosikan konten ringan dan menghibur, video anabul selalu punya tempat di hati pengguna internet. Namun, penting juga bagi pemilik hewan untuk tetap memperhatikan kesejahteraan anabul mereka di tengah kegilaan ini.
Fenomena ini memang menghibur, tetapi sebagai penonton dan kreator, kita perlu memastikan bahwa kehadiran anabul di dunia konten tidak merugikan mereka. Mereka adalah makhluk hidup yang perlu diperlakukan dengan kasih sayang, bukan hanya sebagai bahan untuk konten semata.
Konten hewan berakting yang semakin populer di media sosial memang mampu menghibur jutaan penonton. Namun, di balik kelucuan dan keseruan yang ditawarkan, ada banyak hal yang perlu diperhatikan, termasuk kesejahteraan hewan peliharaan. Sebagai "sutradara,"Â pemilik anabul harus bijaksana dalam merancang konten yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memastikan hewan mereka tetap bahagia dan sehat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H