Paus Fransiskus, yang saat itu baru terpilih sebagai Paus ke-266 dalam sejarah Gereja Katolik, tentu menjadi "angin segar" bagi umat Katolik di seluruh dunia.Â
Setelah diumumkan dari balkon Basilika Santo Petrus di Vatikan dengan frasa ikonik yang amat populer "Habemus papam", beliau tampil dengan gaya yang teramat sederhana, berbanding terbalik dengan para pendahulunya. Tak heran, sebagai Paus pertama dari tarekat Yesuit, beliau sudah terbiasa hidup sangat sederhana, lebih ekstrem ketimbang Imam atau klerus Katolik lainnya. Beliau juga menjadi Paus pertama dari Amerika Latin dan dari belahan bumi bagian Selatan.
Paus Fransiskus cukup menarik perhatian umat Katolik Indonesia, ketika berbagai media yang membagikan latar belakangnya menyebutkan bahwa Ia lahir di sebuah lingkungan kecil di kota Buenos Aires, Argentina, bernama "Flores". Sontak, umat Katolik Indonesia, terkhusus umat Katolik NTT terkejut, karena tempat lahir beliau memiliki kesamaan nama dengan salah satu wilayah basis Katolik terbesar di Indonesia, yaitu Pulau Flores.Â
Peranan seorang Paus tentu amat krusial bagi umat Katolik. Sebagai gembala tertinggi, seorang Paus dianggap sebagai seseorang yang dipilih oleh Roh Kudus untuk memimpin Gereja Katolik, meneruskan kepemimpinan Santo Petrus, dan menjadi Wakil Kristus di dunia.Â
Oleh karena itu, sebagai seorang Uskup, Paus tetap mengemban tiga tugas utama yakni sebagai Nabi, Imam, dan Raja, namun tidak hanya bagi umat di suatu keuskupan, melainkan bagi seluruh umat Katolik di semua keuskupan yang tersebar di seluruh dunia.
Sebagai Nabi, Paus memiliki tanggung jawab besar untuk mewartakan Injil, membawakan khotbah atau ceramah, dan mengajar moralitas dan iman seluruh umatnya.Â
Melalui tugas ini, seorang Paus mengemban amanat untuk meningkatkan spiritualisme umatnya melalui pengajaran yang ia buat, pesan-pesan yang ia sampaikan melalui dokumen-dokumen gerejawi, hingga mengunjungi umatnya yang tersebar di seluruh dunia. Dengan demikian, Paus menjadi seorang "nabi" yang memimpin misi utama Kristiani untuk mengabarkan kabar sukacita Injil ke seluruh dunia.
Sebagai Imam, Paus memiliki tanggung jawab untuk memimpin perayaan Ekaristi, kegiatan-kegiatan keagamaan, tradisi suci dan sebagainya. Dalam kapasitas ini, Paus bertanggung jawab pula dalam menjaga akidah-akidah iman Katolik, menyampaikan homili, serta menjaga jalannya ketetapan-ketetapan gerejawi, terutama ketetapan liturgis.Â
Terakhir, sebagai Raja, Paus memiliki tanggung jawab untuk memimpin umatnya. Saya yakin, tentu tidak mudah menjadi pemimpin bagi 1,4 milyar umat. Terlebih, karena pada dasarnya, seorang Paus tidak hanya merupakan seorang kepala Gereja Katolik, namun juga merupakan kepala negara Vatikan.Â
Oleh karena itu, seorang Paus -- yang layaknya seorang Raja di sebuah monarki -- memilih para prefek-prefeknya (pejabat Takhta Suci setingkat menteri) untuk membantu pekerjaannya. Di Takhta Suci -- lembaga yang menjalankan administrasi Vatikan dan seluruh umat Katolik -- juga terdapat berbagai dikasteri, komisi, lembaga, dewan dan lain sebagainya untuk membantu kepemimpinan Paus.Â