Lampu rumahku menjadi mati. Aku kembali mendapatkan pesan yang memerintahkan untuk ke kantin bawah tanah sekolah.
Aku berjalan melewati gelapnya malam. Rumahku sangat hening apalagi kedua orang tuaku tidak berada di rumah.Â
Entah apa yang terjadi. Rasanya aku sedikit penasaran dengan mitos di sekolah. Aku bahkan tidak peduli angin malam menembus tulang rusukku.Â
Aku hanya ingin membuktikan jika yang dikatakan mereka itu salah. Mereka hanya orang pengecut yang berlindung dibalik kata hantu.
Pada akhirnya aku sampai di depan kantin utama. Aku cukup heran melihat beberapa orang yang juga berada di sini.
"Kalian kenapa bisa ada di sini?" tanyaku yang cukup penasaran.Â
"Dih, culun banget lo! Ngapain coba pakai bahasa gitu?"Â
"Maaf, ya. Kakak bicara seperti itu sama saja menghina bahasa resmi Indonesia." Aku hanya tersenyum melihat raut wajah kesal kakak kelasnya.Â
"Siapa coba yang kuker teror gue? Pakai darah pula."
Aku hanya bisa diam. Murid sekolah aku juga sedang mendapatkan teror. Namun, mengapa mereka tidak terlihat takut. Bukankah seharusnya mereka takut(?)
"Hah, gue nggak takut!"