Mohon tunggu...
Inovasi

Perkembangan Psikososial Anak Usia 3-6 Tahun

24 November 2016   04:50 Diperbarui: 24 November 2016   04:58 3199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perkembangan psikososial merupakan perkembangan tentang kejiwaan, moral dan juga emosi serta bagaimana pengembangan diri anak, gender, berkembangnya dunia bermain anak, cara pengasuhan anak, dan juga bagaimana menjalin hubungan dengan anak pada usia 3-6 tahun. sejak anak usia dini yakni 3-6 tahun sangat penting dalam perkembangan psikososial anak. Anak prasekolah memahami dirinya dan perasaannya. Rasa identitas mereka sebagai laki-laki dan perempuan akan mulai muncul dan bagaimana hal tersebut dapat berdampak pada perilaku mereka. Semuanya akan di bahas dalam artikel ini.

A.PENGEMBANGAN DIRI

1. KONSEP DIRI

Merupakan gambaran keseluruhan mengenai kemampuan dan karakter khusus kita. Konsep diri mulai datang ke dalam fokus di masa toddler. Saat anak mengembangkan kesadaran diri.

Perubahan dalam Definisi-Diri yakni peralihan dari usia 5-7. Definisi diri ialah anak mereka menggambarkan diri mereka sendiri-sendiri, biasanya berubah sekitar usia 5-7 tahun, mencerminkan perkembangan konsep diri, di usia 4 tahun anak berada diposisi pertama yakni representasi tunggal. Kemudian tentang seorang anak menggambarkan dirinya sendiri sebagai taulan teentang kebaikan kemampuan-kemampuannya. Diusia yang ke 5-6 ini seorang jason akan melangkah pada tahap kedua yakni pemetan representasi.

Dia mulai membbuat hubungan yang logis antara satu aspek dengan aspek yang lainpada dirinya. Bagaimanapun , gambaran tentang dirinya sendiri dalam bentuk – bentuk positif, dalam istilah semua atau tidak sama sekali. Dia belum dapat melihat bahwa dia menguasai suatu hal dan tidak dpat menguasai suatu hal lain. Tahap ketiga yakni, sistem representasi. Tahap ini terjadi di masa pertengahan. Ketika anak mulai mengintegrasikan beberapa hal spesifik tentang dirinya menjadi sesuatu yang umum yakni konsep multidimensional. Cara berfikir atau tidak sama sekali akan berkurang, dan menjadi lebih realistis dan seimbang.

2. HARGA DIRI

Merupakan bagian dari evaluasi diri dari konsep diri, penilaian yang dibuat anak mengenai berartinya dia secara keseluruhan. Harga diri didasarkan pada pertumbuhan kemampuan kognitif anak untuk menggambarkan dan mendefinisikan didri mereka sendiri.

Perubahan Perkembangan Harga-Diri persepsi diri anak yang negatif atau positif diusia 5 tahun cenderung digunakan untuk memprediksi persepsi diri mereka dan fungsi sosial emosional pada usia 8 tahun

Tetap saja, anak usia 5-7 tahun, harga diri anak tidak selalu didasarkan atas realita yamh dimiliki, mereka cenderung menerima penilaian dari orang dewasa, yang seering memberikan umpan balik positif dan tidak mencela, dan semuanya itu dapat membuat anak berlenihan menilai kemampuannya (Harter, 1990, 1993, 1996, 1998). Harga diri pada anak usia dini juga cenderung menjadi semua atau tidak. Tidak hingga pertengahan, mereka lebih realitas seiring denganterjadinya evolusi persoal berbasis internalisasi kompetensi orang tua dan standar sosial mulai membentuk dan mengelola nilai diri (Harter, 1990, 1996, 1998).

Harga Diri Yang Tidak Tentu “Poa Tidak Berdaya” ketika harga diri tinggi anak termotivasi untuk sukses, oleh katrena itu jika harga diri anak bergantung pada kesuksesan, anka akna memandang kegagalan atau kritik sebagai tuduhan dari nilai diri mereka dan merasa tidak berdaya untuk melakukan yang terbaik. Hampir sepertiga dari anak yang sekolah, menunjukkan indikasi pola tidak berdaya dan sering kali mengacu pada “ketidakberdayaan yang dipelajari” (Burhans & Dweck, 1995; Ruble & Dweck, 1995).

3. MEMAHAMI DAN MENGATUR EMOSI

Kemampuan untuk mengatur, mengontrol perasaan adalah hal yang penting dalam perkembangan diawal masa anak-anak (Dennis, 2006). Anak yang memiliki kemampuan untuk memahami perasaan, mereka memiliki kemampuan mengontrol bagaimana mereka menunjukkan perasaan mereka pada orang laindan juga lebih peka dengan perasan orang lain (Garner, & Power, 1996). Kemampuan untuk mengatur perasaan membantu anak mengarahkan perilakunya (Laible & Thompson, 1998) dan memberikan konstribusi dalam kemampuan mereka untuk melakuka pertemanan (Denham dkk., 2003).

Dampak dari media elektronik sangat banyak berpengaruh pada perkembangan emosi anak, penelitian menunjukkan bahwa media dapat memberikan pengaruh positif juga negatif tergantung dengan isi acara yang disampaikan.

Anak kecil mungkin dapat membaca emosimu lebih baik dari apa yang kamu perkirakan, dalam sebuah penelitian terbaru menyatakan bahwa anak berusia 6 tahun, dapat mengatakan perbedaan antara senyuman yang sesungguhnya dan senyuman yang pura-pura. Namun, mereka tidak bagus dalam hal itu. Keakuratan mereka hanya 60% (Gosselin, Perron, 2009).

a. Memahami Konflik Emosi

Salah satu alasan mengapa anak menjadi bingung terhadap perasaan nya adalah karena anak tidak dapat memahami bahwa mereka dapat mengalami reaksi emosional bertentangan dalambwaktu bersamaan. Perbedaan individu dalam hal memahami konflik emosi, dibuktikan di usia 3 tahun. Anak usia ini dapat mengidentifikasi wajah apakah terlihat bahagia atau sedih.

b. Memahami Emosi Langsung Melalui Diri

Emosi dapat dipahami langsung melalui diri seperti malu, rasa bersalah, bangga dan lain sebagainya.

Dalam salah satu penelitian (Harter, 1993) yang dilakukan pada anak yang berusia 4-8 tahun. Hasilnya dapat diketahui bahwa anak mengalami kemajuan dalam memahami perasaan tentang diri, direfleksikan diusia 5-7 tahun.

4. INISIATIF VERSUS RASA BERSALAH

Keinginan untuk menyelesaikan konflik yang dirasakan dalam hati terjadi dalam tahap ketiga pada aliran psikologi perkembangan yang dikemukakan oleh Erik Erikson (1950) yang disebut dengan inisiatif vs bersalah. Konflik itu timbul ketika ttumbuh keinginan untuk merencanakan terhadap rencana tersebut.

Konflik ini membuat tanda pecahnya dua kepribadian anak, disatu bagian yang tetap anak-anak, penuh oleh antusiasme dan keinginan mencoba sesuatu yang baru. Secara konstan hal tersebut mambuat anak semakin berkembang. Anak yang dapat melewati masa ini dengan baik akan dapat mengembangkan tujuan kebaikan., dorongan membayangkan, dan mecapai tujuan tanpa menjadi terhambat oleh rasa bersalah atau rasa takut terhadap hukuman (Erikson, 1982).

B. GENDER

identitas gender, kesadaran akan jenis kelamin, laki-laki atau perempuan dan semua terimplikasi pada suatu lingkungan sosial tempat individu berada merupakan hak yang sangat penting dalam pembentukan konsep diri.

1. PERBEDAAN GENDER

Merupakan perbedaan psikologis danbperilaku antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan gender ini mulai berkembang pada usia 3 tahun. Secara fisik, perbedaan gender ini pada anak laki-laki lebih tinggi tingkat aktivitas, penampilan motorik yang terutama setelah mas pubertas, dan agresi fisik yang cenderung tinggi (Hyde, 2005). Perbedaan gender ini juga menjadi titik tindih anak laki-laki dan perempuan dalam hal waktu bermain dan gaya bermain. Perbedaan kognitif berdasarkan gender hanya sedikit dan kecil (Spelke, 2005). Secara umum skor tes intelegensi tidak menunjukkan perbedaan gender (Keenan & Shaw, 1997), Perlu kita ingat bahwa perbedaan gender adalah valid dalam sekolompok besar anak laki-laki dan perempuan, tetapi tidak selalu secara individual.

2. PERSPEKTIF DALAM PERKEMBANGAN GENDER

Peran gender merupakan perilaku, keinginan, sikap, ketrampilan, serta kepribadian, ketika budaya mempertimbangkan kesesuaian untuk perbedaan laki-laki atau perempuan.

Tipe gender adalah pelaksanaan peran gender, dimulai dari usia dini, tetapi sangat beragam variasinya ditingkat mana mereka menjadi bertipe gender. (Lervolino, Hines, Golombok, Rust, & Plomin, 2005).

Stereotipe Gender adalah generalisasi pransangka tentang perilaku laki-laki dan perempuan, bahwa semua perempuan adalah pasif dan tergantung. Sedangkan laki-laki adalah aktif dan mandiri. Stereotipe gender meliputi semua budaya. Mereka muncul dibeberapa tingkatpada uank usia 2-3 tahun (Campbell, Shirley, & Candy, 2004; Ruble & Martin).

Dalam perspektif perkembangan gender ini dapat dilakukan beberapa pendekatan yakni

a. Pendekatan Biologis

b. Pendekatan Evolusioner

c. Pendekatan Psikoanalisis

d. Pendekatan Kognitif

e. Pendekatan Belajar Sosial

C. BERMAIN: KESIBUKAN ANAK USIA DINI

Bermain merupakan aktivitas yang dilakukan anak dalam usia ini. Karena bermain memberikan anak kesempatan untuk mempraktikkan apa yang mereka pelajari. Mereka harus bermain dengan benar untuk mendapatkan lebih, dari hal itu mereka bisa mmenggunakan dan memanfaaatkan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk baru dan bermain (Fred Rogers, mister rogers Talk with parents, 1993).

Walaupun bermain tidak mempunyai tujuan yang jelas, akan tetapi dengan bermain ini anak akan dapat mengekspresikan dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Dampak fungsinya akan dapat dirasakan dalam jangka panjang apalagi anak dalam usia dini. Permainan bagi anak adalah suatu bentuk aktivitas yang menyenangkan dilakukan semata-mata untuk aktivitas itu sendiri. (Hetherington & Parke, 1979).

1. TINGKAT-TINGKAT KOGNITIF DALAM BERMAIN

- bermain fungsional  (kadang-kadang disebut bermain gerak) berisi praktik-praktik pengulangan dalam gerakan otot besar

- bermain konstruktif (disebut juga bermain objek) adalah permainan yang menggunakan objek atau meterial untuk membuat sesuatu.

- bermain dramatis (juga disebut permainan pura-pura, permainan fantasi atau imajinatif), melibatkan objek imajiner, aksi, peran yang mengunakan fungsi-fungsi simbolis yang muncul dibagian akhir tahun kedua(Piaget, 1962).

2. FUNGSI PERMAINAN

Fungsi konitif (Piaget 1962)

Menjelajahi lingkungan, mempelajari objek-objek di sekitarnya dan belajar memecahkan masalah

Mengembangkan potensi dan keterampilan dengan cara menyenangkan.

Fungsi Sosial, dapat meningkatkan perkembangan sosial (dramatical play)

Fungsi Emosi, permainan memberikan perasaan senang dan anak dapat melepaskan energi

D. PENGASUHAN

1. GAYA PENGASUHAN

Cara orang tua dalam mendidik anak-anak nya, setiap orang tua mempunyai cara tersendiri dalam mengasuh anak nya. Dalam gaya pengasuhan ini sangat berpengaruh pada kompetensi anak menghadapi dunianya. Berikut ini mengenal tiga gaya pengasuhan yang dilakukan orang tu kepada anak.

a. Pola Asuh Otoriter

Ciri-ciri:

Orang tua cenderung terpisah dengan anak dan kurang hangat.

Anak cenderung tidak senang.

b. Pola Asuh Permisif

Ciri-ciri:

Orang tua cenderung hangat, tidak terlalu mengontrol, dan tidak terlalu menuntut.

Anak kurang dapat mengontrol diri dan menjadi kurang dewasa.

c. Pola Asuh Otoritatif

Ciri-ciri:

Orang tua menjelaskan alasan dibalik keputusan mereka dan menyukai disiplin induktif.

Anak menjadi mandiri, memiliki kontrol diri, dan merasa aman.

2. PERILAKU KHUSUS

a. Perilaku Prososial

Yaitu tindakan suka rela yang bertujuan untuk memberikan manfaat pada orang lain.

b. Ketakutan

yaitu rasa takut yang muncul dari pengalaman sendiri atau dari mendengar cerita tentang pengalaman orang lain.

c. Agresi, dibagi menjadi tiga:

- Agresi Instrumentalyaitu agresi yang digunakan sebagai instrument untuk mencapai tujuan anak.

- Agresi Terbuka (langsung)yaitu agresi yang terbuka ditujukan langsung untuk mencapai pada targetnya.

-  Agresi Relasi (tidak langsung)yaitu agresi yang ditujukan untuk merusak atau mencampuri hubungan dengan orang lain, reputasi atau kesejahteraan psikologis.

E. HUBUNGAN DENGAN ORANG

1. HUBUNGAN DENGAN ORANG TU

Kasih sayang Orang Tua atau pengasuh pada tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan kunci utama perkembangan sosial anak dan ini merupakan dasar bagi perkembangan emosional dan sosial anak.

2. HUBUNGAN ANAK DENGAN SAUDARANYA

Interaksi antara saudara juga dapat membentuk kemampuan sosialisasi anak karena anak dibiasakan untuk dapat berinteraksi dengan orang lain dan bisa bertindak sebagai dukungan emosional ,saingan dan mitra komunikasi (carlson,1995)

3. HUBUNGAN DENGAN TEMAN SEBAYA (PEER)

Interaksi sosial anak dengan anak yang lain diluar keluarga menyediakan kesempatan untuk berbaur dengan mereka yang berstatus sama, mengembangkan hubungan dengan perbandingan identitas sosial, menemukan perbedaan sosial dari keluarga, mengembangkan kemampuan karakter kompetisi sosial pada anak dan interaksi merupakan peran yang sangat penting pada perkembangan.

Dapat disimpulkan bahwa Perkembangan psikososial pada anak usia 3-6 tahun itu meliputi perkembangan, gender, permainan, pola asuh, dan hubungan dengan yang lain. Dimana kertampilan anak untuk bersosialisasi sedang dibentuk dan ditentukan dari lingkungan baik keluarga maupun dari luar. Disini peran orang tualah yang sangat penting dan berpengaruh besar dalam menentukan kehidupan anak kelak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun