3. MEMAHAMI DAN MENGATUR EMOSI
Kemampuan untuk mengatur, mengontrol perasaan adalah hal yang penting dalam perkembangan diawal masa anak-anak (Dennis, 2006). Anak yang memiliki kemampuan untuk memahami perasaan, mereka memiliki kemampuan mengontrol bagaimana mereka menunjukkan perasaan mereka pada orang laindan juga lebih peka dengan perasan orang lain (Garner, & Power, 1996). Kemampuan untuk mengatur perasaan membantu anak mengarahkan perilakunya (Laible & Thompson, 1998) dan memberikan konstribusi dalam kemampuan mereka untuk melakuka pertemanan (Denham dkk., 2003).
Dampak dari media elektronik sangat banyak berpengaruh pada perkembangan emosi anak, penelitian menunjukkan bahwa media dapat memberikan pengaruh positif juga negatif tergantung dengan isi acara yang disampaikan.
Anak kecil mungkin dapat membaca emosimu lebih baik dari apa yang kamu perkirakan, dalam sebuah penelitian terbaru menyatakan bahwa anak berusia 6 tahun, dapat mengatakan perbedaan antara senyuman yang sesungguhnya dan senyuman yang pura-pura. Namun, mereka tidak bagus dalam hal itu. Keakuratan mereka hanya 60% (Gosselin, Perron, 2009).
a. Memahami Konflik Emosi
Salah satu alasan mengapa anak menjadi bingung terhadap perasaan nya adalah karena anak tidak dapat memahami bahwa mereka dapat mengalami reaksi emosional bertentangan dalambwaktu bersamaan. Perbedaan individu dalam hal memahami konflik emosi, dibuktikan di usia 3 tahun. Anak usia ini dapat mengidentifikasi wajah apakah terlihat bahagia atau sedih.
b. Memahami Emosi Langsung Melalui Diri
Emosi dapat dipahami langsung melalui diri seperti malu, rasa bersalah, bangga dan lain sebagainya.
Dalam salah satu penelitian (Harter, 1993) yang dilakukan pada anak yang berusia 4-8 tahun. Hasilnya dapat diketahui bahwa anak mengalami kemajuan dalam memahami perasaan tentang diri, direfleksikan diusia 5-7 tahun.
4. INISIATIF VERSUS RASA BERSALAH
Keinginan untuk menyelesaikan konflik yang dirasakan dalam hati terjadi dalam tahap ketiga pada aliran psikologi perkembangan yang dikemukakan oleh Erik Erikson (1950) yang disebut dengan inisiatif vs bersalah. Konflik itu timbul ketika ttumbuh keinginan untuk merencanakan terhadap rencana tersebut.