Namun ternyata tidak sampai di situ, meskipun katakan seorang guru dianggap 'kurang maksimal', saya meyakini mereka akan selalu berusaha menyesuaikan diri dengan karakter peserta didik yang terus berubah setiap tahun ajaran berganti.Â
Ini sudah tertulis pada Kode Etik Guru yang ditetapkan oleh Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) sejak tahun 1971. Maka tugas pendidik tidak hanya menyampaikan informasi, melainkan memvalidasi mana informasi yang benar dan tidak benar atau apa value yang baik dan tidak baik.Â
Ketika ada value tidak baik ditemukan pada anak didik, maka termasuk menjadi tugas guru untuk mengarahkan. Memberikan gambaran konsekuensi sebagai akibat dari perbuatan. Mengajari mereka pentingnya membuat keputusan. Melatih mereka memecahkan permasalahannya secara mandiri.
Jika masih ada yang menyebut bahwa Guru itu diGugu dan ditiRu. Maaf, dengan berat hati saya sampaikan bahwa gelar militan itu sudah diambil alih oleh para selebgram, tiktokers atau influencer di Youtube. Namun jika ada yang menyebut, "Guru tidak lebih tahu dari Mbah Google", saya sepakat.Â
Guru itu manusia. Bukan mesin penyimpan data. Kita tidak akan mampu mengingat dan menjelaskan secara detail seluruh informasi di muka bumi. Tapi satu yang kita yakini. Googlepun tidak selalu mampu memberikan ketenangan hati ketika anak-anak sedang dalam masa krisis. Atensi. Empati. Pelukan seorang ibu. Hangat nasihat seorang ayah. Semua yang bisa dilakukan manusia. Semua yang bisa dilakukan seorang guru kepada anak didiknya.Â
Jadi bagaimana peran guru dalam mempersiapkan generasi emas di tengah gempuran kontrol diri anak yang kebablasan?
You're the clue.
Benar.
Semua usaha yang dilakukan oleh guru disekolah tidak akan dapat berjalan dengan mudah tanpa peran dan dukungan orang tua di rumah. Bahkan peran saudara, paman, bibi, kakek, nenek pada anak yatim piatu sekalipun sangat berpengaruh terhadap tingkat pemenuhan kebutuhan anak.Â
Mereka butuh figur perempuan dewasa sebagai peran pengganti ibu yang bisa memberikan kasih sayang dan perhatian. Figur laki-laki dewasa sebagai peran pengganti ayah yang mampu menjadi bahu tempat mereka bersandar dan belajar bangkit menjadi manusia yang lebih kuat. Mereka membutuhkan itu.Â
Awal mula mereka lebih tertarik atau memilih menggenggam smartphone daripada menggenggam tangan ayah dan ibunya adalah ketika 'gelas kebutuhan'Â mereka belum terpenuhi. Kebutuhan fisik seperti makanan yang sehat meski tidak harus mahal. Kebutuhan rasa aman dari segala perlakuan dan ucapan negatif di lingkungannya. Kebutuhan dicintai dan disayangi oleh orang di sekelilingnya. Serta kebutuhan untuk dihargai atas segala pencapaian-pencapaian kecil baik yang sengaja atau yang tidak sengaja mereka lakukan.Â
Jika Anda membaca Teori Kebutuhan Maslow, maka pada puncak hierarki adalah sebuah fase di mana semua kebutuhan mendasar telah terpenuhi. Baru manusia akan mampu mengaktualisasikan dirinya sebagai wujud pribadi yang siap menghadapi tantangan di luar.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!