Mohon tunggu...
Silvi Novitasari
Silvi Novitasari Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis Lepas

Penyuka kamu, buku, senja, dan keindahan. Sempat jadi orang yang ansos, tapi akhirnya jadi orang sosial lewat tulisan. Bahkan menjadi sarjana sosial :D

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Antara Prau, Keindahan, Perjalanan yang Mendebarkan, dan Bus Sinar Jaya

23 November 2019   08:38 Diperbarui: 25 November 2019   00:55 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Pribadi (Bukit Teletubies atau Sunrise Camp Mt. Prau di pagi hari)

Memanjakan diri dengan liburan atau menikmati keindahan alam, menjadi anugerah tersendiri bukan. Itulah mengapa, setelah berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan merasakan penat, jadi juga daku meluruskan kaki. 2017 lalu, daku memberanikan diri untuk "muncak" atau kerennya sih mendaki gunung. For the first time, Gunung Cikuray di Garut, berhasil kutaklukan bersama anak-anak Karang Taruna Desa di rumah.

Setelah itu, tidak ada lagi aktivitas mendaki. Hanya bisa mengeluarkan liur ketika melihat postingan orang-orang yang dengan indah dan bangganya memosting foto di pendakian. Terlebih, aku selalu di buat panas oleh si bapak "calon" yang hobinya "ndaki" mulu ke semua gunung.

Tempo lalu, akhirnya moment yang sudah lama diwacanakan terealisasi. Bermodal hari libur Sabtu dan Minggu, si "bapak calon" sengaja ambil cuti kantor hari Jum'at agar bisa menemani mendaki. Kalau daku sih, kapan pun bisa cuti. Maklum lah, pengacara seperti ini. Kapan pun bisa jadi hari libur dan ambil cuti. Eits, pengangguran banyak acara maksudnya. Hehehe

Sudah lama sih, kami (aku dan si bapak) ingin muncak ke Gunung Prau. Kalau si bapak sih sudah berkali-kali. Bahkan sempat mengadakan open trip untuk orang lain. So, sudah pro banget lah sama itu gunung. Awalnya agak ragu, karena pengalaman pertama saat naik ke Cikuray, GILAAAA banget treknya. Benar-benar kek naik tebing batu gitu, lho!

Ada juga tanah-tanah miring dengan akar pohon di mana-mana. Belum lagi jalannya yang sempit dan di pinggir adalah jurang. But, si bapak bilang, Prau tidak sesulit itu. Dari segi tingginya pun masih worth it lah. Cuma 2565 mdpl, sementara Cikuray 2821. Meskipun aksesi, lebih dekat Cikuray daripada Prau. Maklum, daku mojang Sunda asli.

Ok, kembali ke Gunung Prau. Ternyata aku terlalu berlebihan memandang Gunung Prau. It's so easy, guys! Benar-benar beda jauh sama trek Cikuray yang super parah. Jalannya relatif mudah, bahkan sudah tertangga dengan dibuatkan anak tangga. Di beberapa titik pun sudah disediakan kursi kayu untuk sekadar beristirahat dan menikmati kesejukan serta keindahan pemandangan sekitar.

Gunung Prau pun terkenal dengan keindahan bukit teletubisnya. Atau Sunrise camp yang luas dengan pemandangan luar biasa menakjubkan. Tak heran, banyak sekali pengunjung yang sengaja mencari lelah dengan menaikinya. Bahkan, saat mendaki jalan macet parah, cuy! Gunung juga bisa macet ternyata.. Kita harus mengantri jalan di sana hingga sampai tujuan. Pun setelah sampai di tempat camp, banyak sekali jejeran tenda memenuhi setiap spot di sana.

PERJALANAN PENUH DAG DIG DUG

Sebelum mendaki, ada sesuatu yang sebenarnya sangat daku khawatirkan. Dimulai dari mimpi digigit ular pada malam hari sebelum keberangkatan. Setelahnya, rasa cemas dan panik pun berseliweran di pikiran. Dari mulai takut kenapa-kenapa, takut ada masalah, dan pikiran negatif lainnya. Belum lagi, jantung yang terasa berdebar dan dag dig dug gak karuan. Sungguh mengganggu dan bikin makin panik!

Ada niat untuk membatalkan perjalanan, tapi sayang dan mubazir, tiket bus sudah dipesan dari Jakarta ke Wonosobo. Karena kami beli tiket dadakan, so Damri lah yang jadi pilihan. Fasilitasnya sih standar, tapi yang penting tempat duduknya nyaman dan supir tidak ugal-ugal. Itu sudah cukup!

Ketegangan dan kecemasanku sebelumnya, belum juga terjawab! Sampai di terminal Wonosobo, tidak ada masalah yang terjadi. Kami sehat, dan semua aman terkendali. Bahkan, sampai kami sampai di puncak, tidak ada masalah apapun. Semuanya sehat, senang, ceria, dan aku sangat puas dengan perjalanan kali ini. Meskipun memang saat malam hari, anginnya super kuenceeeeng, jadinya gak bisa lihat bintang. Cuma "ndekem" di dalam tenda doang. Hmm, tak apalah!

Apa Ini Jawabannya?

Pagi tiba, dinginnya masih menusuk sampai ke tulang. Tapi harus dilawan, karena ya kali melewatkan momen matahari terbit di Gunung Prau yang sangat indah itu! Segera ku ambil action camera yang baru saja dibeli beberapa hari sebelum keberangkatan. Aku ikut tren, action cam sedang hits dan aku pun terlena juga terbawa suasana untuk ikut beli. Tak tanggung-tanggung, sampe 1 minggu aku cari review dan pilih produk mana yang bagus. Yang sesuai dengan isi kantong juga sih, hehe.

Setelah puas menikmati sunrise, kembali ke tenda untuk masak sarapan. Tapi, si bapak lebih sigap untuk membuatkanku mie instan dan susu hangat. Tidak biasa sarapan sih sebenarnya, apalagi mie instan. Karena darurat, dan dingin ini membuat lapar, aku embat saja. Kan lumayan untuk ganjal, ditambah dibuatkan si bapak jadi lebih spesial.

Belum puas menikmati, setelah makan daku kembali berjelajah si bukit teletubis versi Indonesia ini. Sekaligus melihat-lihat dan mencari ada apa saja di puncak Prau ini selain keindahan pemandangannya. Ternyata, ku menemukan hamparan bunga Daisy. Di Prau memang jarang bahkan tidak ditemukan bunga Edelweis, namun Daisy tidak kalah indah bentukan dan maknanya.

 Dok. Pribadi (Bunga Daisy sebagai simbol cinta diam-diam)
 Dok. Pribadi (Bunga Daisy sebagai simbol cinta diam-diam)

Daisy ini disebut sebagai bunga cinta diam-diam. Di mana Daisy melambangkan kesetiaan, kesucian, hingga kelembutan. Ah, aku jadi "bucin" membahas bunga ini. Dan maafkan, aku sengaja memetik 3 bunga untuk kusimpan sebagai kenangan dan diabadikan lewat foto. Tak hanya bunga, kutemukan juga buah cantigi yang dibilang sebagai buah survival. Warnanya kehitaman, termasuk jenis berry-berry-an dengan rasanya yang manis-asam.

Semua momen kuabadikan via kameraku yang baru. Tak lupa juga lewat ponsel, karena masih kurang rasanya jika tidak foto di hape. Pun, sesekali sambil update snapGram karena di sana ADA SINYAL, coy! Itu menjadi anugerah tersendiri, ya kan. DI puncak gunung gitu loh, kartu sekelas 3 saja  bisa dapat sinyal. Tidak hanya Telk*msel. (uuupppps)

KEMBALI KE RASA DAG DIG DUG, meskipun aku sedang menikmati keindahan, rasa tidak nyaman tetap saja muncul. Padahal, aku sedang baik-baik saja. Pun setelah sampai kembali di bascamp bawah, atau sesudah turun gunung. Rasa cemas, khawatir, tidak enak perasaan, itu tetap ada. Sampai, kami ingat, kami belum pesan tiket bus untuk pulang. Jadinya, kami langsung buru-buru kembali ke terminal.

Jatah liburan hanya tiga hari. Mau tidak mau, senin pagi harus sudah standby agar si bapak bisa kembali ngantor dan tidak bolos. Oke lah, kami sudah sampai di terminal bus Mendolo diantarkan si mobil elf tradisional khas daerah sana. Meskipun "metet" dan mesin sudah tua, tapi tarikan mobilnya masih sangat kuat menampun belasan hingga 20 orang pendaki dengan tas-tasnya yang super berat.

Sampai di terminal, sangat disayangkan kembali kalau bus incaran ternyata sudah habis. Bus eksekutif yang menyediakan "colokan" untuk charging dan tentunya makan karena perjalanan cukup jauh. Sehingga, tidak perlu keluar uang lagi untuk membeli makan. Ya, apa daya, bus sudah penuh dan tidak lagi menerima penumpang.

Akhirnya, kami mencari bus lain yang masih ada slot untuk ditumpangi. Apa yang dipilih? Satu-satunya pilihan, itu si bus yang tempo lalu mengalami kecelakaan maut sebab si sopir mengantuk. Tepatnya pada Kamis, 14/11/2019. Jujur, aku sangat dan tambah was-was ketika si bapak akhirnya memilih bus tersebut. Takut! Ngeri!

Tapi ya mau bagaimana lagi, toh itu pilihan terakhir. Lagi pula, waktu sudah mepet dan mau tidak mau harus terima. Ya daku, manut wae sama si bapak. Karena dia yang bawa dan dia yang menentukan perjalanan. Istilahnya dia kan guide-ku gitu. Hehe

Sembari menunggu keberangkatan, kami cari makan dulu lah. Biar tidak kelaparan saat di perjalanan yang cukup panjang. Biar praktis, kami makan di kedai-kedai yang ada di terminal. Ibu penjualnya sangat ramah, makanan kita ambil sendiri dengan nasi sepuasnya. Setelah selesai makan, yaampun, harganya murah sekali booooo.. Di Jakarta mana ada harga makanan dengan porsi besar dan komplit sementara harganya murah sekali.

Setelah selesai makan, rasa was-was dan cemas masih belum juga hilang. Bahkan, semakin bertambah! Jantungku rasanya berdegup sangat kencang sampai aku terbatuk-batuk. Engap rasanya. Sebentar menghilang, sebentar muncul kembali dan sangat menganggu. Si bapak mulai khawatir, takutnya daku sakit atau kenapa-kenapa. Maklum, daku punya riwayat autoimun dan memang odapus. Tapi aku yakin, ini bukan karena sakit. FIX!

BUS YANG ANEH!

Waktu keberangkatan tinggal menghitung menit. Kami segera siap siaga menuju petugas bus. Sang kernet bertanya ke mana kita akan pergi dan meminta tiket yang sudah dibeli. Saat si bapak tanya tempat bagasi untuk menyimpan tas yang besar, eh si kernet bilang "Taro di dalam aja mas, di belakangnya. Gausah dimasukin bagasi".

Hmm.. sempat merasa aneh sih, karena saat pesan bus D*mri tas langsung dimasukkan ke dalam bagasi. Ya, kami positif thinking saja dan tidak ada pikiran macam-macam. Malah kami berpikir, untuk memudahkan penumpang ketika ingin mengambil sesuatu di dalam tas. Atau karena bagasinya sudah penuh.  Akhirnya, si tas besar kami simpan di dekat kursi belakang. Sementara barang-barang penting, kami masukkan ke dalam tas kecil yang selalu ditenteng si bapak.

Di tas kecil itu masuk dompetku dan dompetnya, kamera baruku, hape, kue juga coklat, serta uang-uang recehan sisa kembalian. Setelah semua penumpang naik, bus pun mulai melaju. Ternyata, si bus "bersinar dan berjaya" ini tidak langsung masuk tol. Dia menggunakan jalan umum biasa. Dari Wonosobo, sampai Purwokerto, seingatku. Karena kebanyakan tidur. Hehe

Sampai daerah Prupuk, bus berhenti untuk beristirahat. Kami pun keluar, karena mulai merasa lapar dan cari makanan. Ternyata, rest area yang didatangi adalah khusus untuk bus-bus tersebut. Hanya ada resto dan mini market kecil. Kami pun makanlah di resto tersebut. Tentu harganya jauh dengan harga makan di terminal. Lauk ayam dan satu tumisan seharga Rp 20.000. Mahal, pikirku. Hehehe

Semuanya masih aman terkendali. Tapi perasaan tidak enak, masih bermunculan dan dirasakan. Pikiranku saat itu cuma satu, "Takut terjadi apa-apa, seperti kecelakaan". Apalagi sebelumnya si bus yang kami tumpangi sudah jebol kecelakaan. Berputar-putarlah di situ pikiranku. Tapi si bapak selalu hadir untuk menenangkan, hihihi.

MASIH BELUM SADAR

OK GUYS! Setelah makan, kami sangat mengantuk dan langsung tertidur sangat pulas. Bahkan, saat aku terbangun itu sudah di kilometer 77. Wow, lama sekali aku tertidur. Biasanya aku sering terbangun sebentar-sebentar, tidak sepulas ini. Begitu pun si bapak, yang juga jarang tertidur lama saat di perjalanan. Aku berpikir, mungkin karena capek dan enak habis makan kekenyangan. Oke lah, tidak kupikirkan.

Perjalanan terus berlalu, sampai aku pun hampir tiba di tempat tujuan untuk pulang. Kami mengambil bus dengan tujuan Rawamangun. Sampai jaraknya yang sedikit lagi sampai, tidak ada kejadian apapun yang terjadi atau masalah buruk yang terjadi. Bus pun berhenti, namun kejanggalan mulai terkuak.

Ada seorang bapak-bapak yang duduk di seberang kursiku. Dia mengeluh, LAPTOPNYA HILANG! Wow, kok bisa? Katanya, laptop dia hilang di dalam tas. Padahal tasnya dia simpan tepat di pinggir tubuhnya sendiri. It's impossible! Bagaimana bisa tas yang "dikekepin" bisa kecolongan?

Bodohnya, kami tidak ikut panik atau spontanitas mengecek barang-barang kami. Sampai turun, tas sama sekali tidak kami buka. Baik yang besar, bahkan yang kecil dengan isi barang penting semua. Tidak ada rasa khawatir atau takut mengalami kehilangan sesuatu barang yang penting. Kami pun turun menuju halte untuk menunggu taxi online menjemput. Sambil menunggu, kami tanyai lagi bapak-bapak yang kehilangan.

Dia bilang, "Sebelumnya saya sudah diingatkan sama temen biar hati-hati. Karena di bis ini tuh rawan kehilangan. Makanya, tas saya simpen di deket saya. Pas lagi makan, tas masih berat. Eh pas mau turun kok jadi ringan dan laptopnya tidak ada". Berulangkali kami menanyakan apakah laptopnya tidak ketinggalan di rumah, bapaknya menyangkal kalau laptopnya memang hilang.

Tak lama, taxi online kami pun tiba dan kami pamit pada bapak tadi yang masih menunggu ojek online-nya datang. Di perjalanan, kami tidak mengecek barang di dalam tas. Kami hanya mengobrol dengan si driver membicarakan bapak-bapak yang kehilangan laptop sambil merasa aneh kok bisa hilang. Sampai saat kami mau tiba, si bapak ambil uang Rp 10.000 untuk berikan tip ke driver. Semuanya masih ada, dari mulai dompet, hingga kotak kamera. OK, AMAN.

TIDAK SEAMAN YANG DIPIKIRKAN

Sesampainya di rumah, kami langsung bersih-bersih. Capek dan pegal rasanya badanku. Langsung ku rebahkan diri di kasur dan terlelap begitu saja. Padahal, saat itu sudah menunjukan pukul empat shubuh. Ya apa daya, kantuk sangat menguasai diriku.

Pagi-pagi, daku bangun dengan niat hati mau membeli sesuatu untuk mengganjal perut. Si bapak pun sudah menghubungi untuk pamit ngantor. Sebelum ku telpon, dia sudah menghubungi duluan. Aku kembali mengambil dompet, tapi pas aku cek..... "What?!!!! Dompet kok gak ada isinya.". Aku cuma melongo dan bertanya-tanya dalam hati kemana uang yang di dalam dompet. Aku pun bilang ke si bapak. Kalau uang di dompet ilang. 

"Lho, kan di dompet masih ada uang pecahan 50 ribuan. Asalnya ada 450 ribu lagi, tapi kan semalem dipakai makan 40 ribu. Jadinya sisa 400 ribuan lagi", ucapku. Kulihat dan kutelusuri lagi secara detail tiap lipatan dan celah dompet, benar saja, si uang raib dan tidak ada sama sekali. Dompet KOSONG MELOMPONG! Hanya ada kartu-kartu yang terpajang, namun salah satu kartu VISA ku sudah mencong-mencong dari posisinya.

Karena kotak kamera ada di si bapak, Sontak si bapak langsung cek kotak kamera. DAN BENAR SAJA, KAMERA BARU HILANG! HANYA KOTAK DAN PERINTILAN KECILNYA SAJA yang ada di dalam kotak. OH MY GOD! KITA KECOPETAN! SIAL*N! Aku mengomel sampai akhirnya beristighfar. Ku tanya si bapak lagi, ku pastikan lagi apa semuanya benar-benar hilang. Dan Memang YA, kami kecopetan, uang di dompet beserta kamera hilang entah siapa yang mengambil.

TERNYATA OH TERNYATA

Setelah momen kesadaran, pikiranku mulai melayang ke mana-mana. Dugaan, prasangka, feeling, penelitian, dan sebagainya berbaur di dalam pikiran. Kami menerka-nerka kapan uang dan kamera itu hilang, tepatnya diambil oleh orang lain. Sampai kami sepakat, kalau ada orang yang mencurinya saat kami sedang tidur lelap cukup lama di perjalanan.

Aku menerka-nerka tiap orang yang dirasa mencurigakan. Tapi, si bapak mencegah untuk tidak suudzon pada oranglain. Ok, aku berhenti menerka. Tapi tetap saja, rasa penasaran terus memaksaku untuk berpikir. Bahkan, sampai mengaitkan satu kejadian dengan kejadian lainnya.

Aku mulai mengambil kesimpulan, dari mulai mimpi digigit ular kecil yang "katanya" bisa memberi tanda kalau akan ada masalah, perasaan yang tidak nyaman dan mengisyaratkan akan terjadi sesuatu yang buruk, si petugas bus yang tidak memperkenankan kami simpan barang di bagasi, dan tidur kami yang sangat pulas dengan jangka waktu cukup lama padahal itu tidak biasanya.

Aku yakin ini bukanlah sebuah kebetulan. Pun, aku yakin juga bahwa ada sesuatu yang terencana atas hal ini. Maksudnya?

Sedikit informasi ya, guys! Bukan maksud menjelekkan, tapi ini asli! Di dalam bus, tidak ada layar untuk memonitor penumpang. Biasanya layar ini bisa dilihat sopir untuk mengetahui bagaimana keadaan di belakang. Seperti bus yang aku tumpangi saat keberangkatan, ada layar, bahkan ketika ada pergerakan sedikit dari penumpang, lampu langsung dinyalakan oleh kernetnya.

Sementara si bus ini, nyaris lampu selalu padam. Kernet berasa acuh, monitor pun tidak ada. Dan HEBATNYA, kok bisa ada MALING yang LANCAR TANPA KENDALA mencuri barang berharga milik penumpang? Apakah supir tidak melihat pergerakan aneh dari penumpang yang menggerayangi tas penumpang lain dan mengambil barang-barangnya? Atau memang ada unsur kesengajaan?

AH ENTAHLAH! Yang jelas, kehilangan ini kuanggap sebagai peringatan bahwa masih ada hak orang lain di dalam hartaku. Toh, harta juga hanya titipan. Aku sih hanya berdoa, semoga si maling mencuri itu karena mendesak. Mungkin karena keluarganya sedang butuh uang, sehingga terpaksa maling. Itu sih kata si bapak yang selalu menyuruhku untuk berpikir positif.

Pun, mungkin dengan kehilangan ini, aku bisa mendapatkan hal lain yang lebih baik lagi sebagai penggantinya dari Allah SWT. Sarannya sih, semoga pihak bus bisa lebih meningkatkan kualitas pelayanan dan keamanan bagi penumpang. Jangan sampai memberi celah pada para pencuri yang sangat merugikan penumpang. Apalagi untuk bus antar kota-provinsi, keamanan dan kenyamanan harus jadi nomor satu.

Memang, dari segi harga sangat murah. Untuk Wonosobo-Rawamangun, harganya hanya Rp 110.000. tapi di bus lain pun, harganya sama, namun keamanan sudah dipastikan. Bahkan saat di D*mri, si kernetnya selalu cek keliling ke belakang secara berkala.

Aku yakin, si pencuri ini pasti menyamar sebagai penumpang untuk melancarkan aksinya. Setidaknya, si supir atau kernet harusnya bisa bantu memantau bagaimana pergerakan di kawasan penumpang. Semoga tidak ada korban-korban selanjutnya yang kehilangan barang berharga di dalam bus. Bukan maksud menjelekkan, hanya berbagi pengalaman dan menjadi pelajaran untuk teman-teman agar lebih waspada. Tidak hanya di bus yang kami tumpangi saja, tapi di semua kondisi dan lingkungan. Sebab, kejahatan bisa terjadi kapan saja dan di mana saja! Terencana atau tidak!

Dok. Pribadi (Tiket bus saat kepulangan menuju Jakarta)
Dok. Pribadi (Tiket bus saat kepulangan menuju Jakarta)

Hoho, panjang sekali ya. But, apapun itu, di sini daku hanya sekadar sharing dan bercerita. Tidak ada maksud menjatuhkan atau hal buruk lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun