Mohon tunggu...
Silvi Novitasari
Silvi Novitasari Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis Lepas

Penyuka kamu, buku, senja, dan keindahan. Sempat jadi orang yang ansos, tapi akhirnya jadi orang sosial lewat tulisan. Bahkan menjadi sarjana sosial :D

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Antara Prau, Keindahan, Perjalanan yang Mendebarkan, dan Bus Sinar Jaya

23 November 2019   08:38 Diperbarui: 25 November 2019   00:55 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa Ini Jawabannya?

Pagi tiba, dinginnya masih menusuk sampai ke tulang. Tapi harus dilawan, karena ya kali melewatkan momen matahari terbit di Gunung Prau yang sangat indah itu! Segera ku ambil action camera yang baru saja dibeli beberapa hari sebelum keberangkatan. Aku ikut tren, action cam sedang hits dan aku pun terlena juga terbawa suasana untuk ikut beli. Tak tanggung-tanggung, sampe 1 minggu aku cari review dan pilih produk mana yang bagus. Yang sesuai dengan isi kantong juga sih, hehe.

Setelah puas menikmati sunrise, kembali ke tenda untuk masak sarapan. Tapi, si bapak lebih sigap untuk membuatkanku mie instan dan susu hangat. Tidak biasa sarapan sih sebenarnya, apalagi mie instan. Karena darurat, dan dingin ini membuat lapar, aku embat saja. Kan lumayan untuk ganjal, ditambah dibuatkan si bapak jadi lebih spesial.

Belum puas menikmati, setelah makan daku kembali berjelajah si bukit teletubis versi Indonesia ini. Sekaligus melihat-lihat dan mencari ada apa saja di puncak Prau ini selain keindahan pemandangannya. Ternyata, ku menemukan hamparan bunga Daisy. Di Prau memang jarang bahkan tidak ditemukan bunga Edelweis, namun Daisy tidak kalah indah bentukan dan maknanya.

 Dok. Pribadi (Bunga Daisy sebagai simbol cinta diam-diam)
 Dok. Pribadi (Bunga Daisy sebagai simbol cinta diam-diam)

Daisy ini disebut sebagai bunga cinta diam-diam. Di mana Daisy melambangkan kesetiaan, kesucian, hingga kelembutan. Ah, aku jadi "bucin" membahas bunga ini. Dan maafkan, aku sengaja memetik 3 bunga untuk kusimpan sebagai kenangan dan diabadikan lewat foto. Tak hanya bunga, kutemukan juga buah cantigi yang dibilang sebagai buah survival. Warnanya kehitaman, termasuk jenis berry-berry-an dengan rasanya yang manis-asam.

Semua momen kuabadikan via kameraku yang baru. Tak lupa juga lewat ponsel, karena masih kurang rasanya jika tidak foto di hape. Pun, sesekali sambil update snapGram karena di sana ADA SINYAL, coy! Itu menjadi anugerah tersendiri, ya kan. DI puncak gunung gitu loh, kartu sekelas 3 saja  bisa dapat sinyal. Tidak hanya Telk*msel. (uuupppps)

KEMBALI KE RASA DAG DIG DUG, meskipun aku sedang menikmati keindahan, rasa tidak nyaman tetap saja muncul. Padahal, aku sedang baik-baik saja. Pun setelah sampai kembali di bascamp bawah, atau sesudah turun gunung. Rasa cemas, khawatir, tidak enak perasaan, itu tetap ada. Sampai, kami ingat, kami belum pesan tiket bus untuk pulang. Jadinya, kami langsung buru-buru kembali ke terminal.

Jatah liburan hanya tiga hari. Mau tidak mau, senin pagi harus sudah standby agar si bapak bisa kembali ngantor dan tidak bolos. Oke lah, kami sudah sampai di terminal bus Mendolo diantarkan si mobil elf tradisional khas daerah sana. Meskipun "metet" dan mesin sudah tua, tapi tarikan mobilnya masih sangat kuat menampun belasan hingga 20 orang pendaki dengan tas-tasnya yang super berat.

Sampai di terminal, sangat disayangkan kembali kalau bus incaran ternyata sudah habis. Bus eksekutif yang menyediakan "colokan" untuk charging dan tentunya makan karena perjalanan cukup jauh. Sehingga, tidak perlu keluar uang lagi untuk membeli makan. Ya, apa daya, bus sudah penuh dan tidak lagi menerima penumpang.

Akhirnya, kami mencari bus lain yang masih ada slot untuk ditumpangi. Apa yang dipilih? Satu-satunya pilihan, itu si bus yang tempo lalu mengalami kecelakaan maut sebab si sopir mengantuk. Tepatnya pada Kamis, 14/11/2019. Jujur, aku sangat dan tambah was-was ketika si bapak akhirnya memilih bus tersebut. Takut! Ngeri!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun