Mohon tunggu...
Silvi Novitasari
Silvi Novitasari Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis Lepas

Penyuka kamu, buku, senja, dan keindahan. Sempat jadi orang yang ansos, tapi akhirnya jadi orang sosial lewat tulisan. Bahkan menjadi sarjana sosial :D

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berbagi Kebahagiaan Meski Tak Sama

19 Juni 2016   16:01 Diperbarui: 19 Juni 2016   16:13 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ramadhan  adalah sebuah momen yang penuh dengan keistimewaan. Sebagaimana Abu Hurairah ra berkata : Rasulullah Saw bersabda: “Jika Ramadhan tiba, maka pintu-pintu langit dibukakan, pintu-pintu jahanam dikunci, dan setan-setan pun dibelenggu.”(HR. Bukhari, Muslim, an-Nasai, Ahmad, Ibnu Hibban, dan ad-Darimi dengan redaksi kalimat yang berbeda-beda)

Bisa dikatakan bahwa pintu langit tersebut adalah berbagai macam pintu kebaikan. Sehingga pada momen ramadhan, bertebaran luas kebaikan-kebaikan yang berpahala ganda. Segala pintu syurga dibuka, dan pintu neraka ditutup dengan rapat.

Berawal dari sebuah kegiatan workshop’Intel-Lipi Youth Innovation Day’’yang diikuti oleh seorang remaja bernama Setiawan Nur Ikhsan beberapa waktu lalu. Dia adalah seorang laki-laki remaja yang kuketahui usianya baru menginjak 16 tahun. Dia sangat menyukai dunia robotika. Oleh karenannya, beberapa waktu lalu ia mengikuti kegiatan workshop tersebut.

WorkshopIntel-Lipi Youth Innovation Dayadalah sebuah pelatihan di mana berisi  tentang coding making, dan kit robotics lego. Dalam pelaksanaannya, pelatihan tersebut dibagi secara acak agar setiap tim memperoleh satu kategori.

Sampai pada akhirnya dia masuk ke dalam sebuah kategori kit robotics lego, yang mana diperintahkan untuk merakit sebuah lego sesuai inovasi yang dimiliki peserta. Sedikit pengetahuan bahwa lego merupakan sebuah jenis permainan dalam bentuk robota yang bisa disusun atau bongkar pasang. Lego diluncurkan pertama kali sebagai alat permainan oleh sebuah perusahaan bernama LEGO dari Denmark.

Dikatakan olehnya bahwa hari pertama ia diberikan sebuah tugas untuk membuat suatu teknologi unik yang berguna untuk masa depan. Hari pertama is done. Diisi dengan beberapa kegiatan perakitan lego yang disambung dengan perancangan program sensor.  Sekitaran pukul 09;00 malam ia tiba di rumah.

Dengan rasa kantuk dan letih yang telah bersemayam dengan ganas dalam jiwanya, spontanitas ia merebahkan tubuh letihnya ke atas kasur. Bagaimana tidak, seharian tadi tenaga dan pikirannya terasa terkuras dua kali lipat. Ia dihadapkan oleh kewajibannya untuk berpuasa, dan tugas-tugas dalam pelatihan tersebut.

Dengan niat yang sudah tertancap sebelum tidur, ia kembali siaga pada dini hari sekitar pukul 01;00. Dirasakan pikirannya yang masih berbelit memikirkan inovasi teknologi apa yang harus ia presentasikan di hari keduaworkshop tersebut. Namun satu yang selalu diingatnya, itu adalah do’a. Di antara kerumitan pikirannya, ia menegakkan sholat tahajud. Berharap sebuah ide akan datang mengilhaminya.

Harapan tetaplah harapan, ketika kita berharap ingin sesuatu yang instan, ketika kita berharap do’a akan cepat dikabulkan, itu tak sejalan. Meski di bulan yang penuh berkah, di mana semua do’a banyak diijabah, tetap saja sabar dan ikhlas adalah kunci utama. Hingga pertanda imsyak menjelang dan adzan shubuh berkumandang, ide yang ia butuhkan tak jua muncul di relung pikirannya. Dapat kurasakan bahwa rasanya mungkin sangat menyebalkan.

Namun tahukah? Selalu banyak kejutan-kejutan istimewa yang tak terduga.

Tepat di hari kedua kegiatan workshop, tanpa disadari dan tanpa diketahui ia menemukan sebuah ide menarik yang menurutnya pantas untuk dijadikan sebagai bahan dari tugasnya. Tanpa basa-basi dan ragu, setibanya di tempat kegiatan, ia bersama teman satu timnya menjelaskan apa dan bagaimana inovasi yang mereka miliki.

Tidak sampai di situ, Setiawan bersama timnya direkomendasikan menjadi salah satu dari 5 tim agar bisa mem-presentasi-kan inovasinya di depan khalayak. Baginya, ada kesulitan yang menghadang ketika ia melakukan presentasi. Alasannya adalah karena inovasi tersebut masih berbentuk ide, sehingga ia harus cermat dalam memilih setiap kata dan kalimat agar apa yang ia maksudkan dapat tercerna dengan sempurna oleh khalayak. Meskipun terasa sulit, namun ada kebanggaan yang menyertai ruang jiwanya.

Dirasakannya waktu sangat cepat berlalu. Hingga mau tidak mau, ia harus dihadapkan oleh degupan detak jantung yang berdebar sangat kencang ketika penghujung acara berisi pengumuman-pengumuman berlangsung. Ia tak mampu berkata, degupan jantung yang berdetak kencang pun sebenarnya  telah mewakili apa yang dirasakannya.

Saat suatu kalimat terucap oleh pembawa acara, degupan jantungnya terasa berhenti. Ia terkesiap oleh suara tepukan tangan dan ucapan syukur teman timnya. Ia mengerutkan kening, kepenasarannya terjawab, do’anya terkabul, harapannya terpenuhi. Setiawan Nur Ikhsan, tak disangka bahwa ia bersama anggota timnya menjadi pemenang juara 1 untuk kategori kit robotics lego.

Kebahagiaan dan ketegangan tidak jua sampai di situ, ia diharuskan menjadi perwakilan timnya untuk mengikuti salah satu panitia. Dengan rasa bangga dan bahagia yang telah menyeruak, dengan usil ia berpikir akan mendapat hadiah tambahan.

Namun, wow, lebih dari itu. Seketika kebingungan mendecak dengan kuat dalam dirinya.

‘’Ada apa ini? Penghargaan tambahan kah? Atau apa?’’ Ia bertanya-tanya dalam hati ketika di pandangannya tersebar banyak orang yang sudah siap menghadang. Pikiran hadiah tambahan sudah terjerembab jauh ke dasar jurang lalu menghilang. ‘’Tidak, ini bukan acara pemberian hadiah tambahan. Mungkin ini semacam sidang.’’ Ia berceloteh dalam benaknya. Hingga sekelumit pertanyaan membuat kebingungan dirinya bertambah.

Sampai, ‘’Silahkan, ada yang mau ditanyakan?’’ Terdengar suara MC dengan microphone-nya yang mempersilahkan orang-orang tadi untuk bertanya.

Wartawan. Ya, orang-orang yang mengelilingi remaja laki-laki itu adalah para wartawan yang siap menyerangnya dengan tubian pertanyaan. Sungguh, segalanya di luar ekspektasi dari remaja laki-laki itu.

Lalu, apa yang didapat dari pengalaman remaja itu? Bukan soal kemenangan atau kebahagiaan, bahkan bukan pula soal kebanggaan yang didapat karena ia mampu menjadi sang juara. Namun, adalah sikap kebijaksanaannya dan keikhlasannya.  Di bulan Ramadhan yang penuh berkah, ia mendapatkan berkah yang luar biasa. Ia menemukan sebuah perwujudan dari maha dahsyatnya kekuatan do’a dengan kunci sabar.

Dan yang lebih penting dari itu adalah, ketika sepulang mengikuti kegiatan tersebut, ia dirampungkan oleh berbagai macam hal. Dari mulai ilmu, pengalaman luar biasa, penghargaan, kebahagiaan, rasa bangga, hingga hadiah dan bingkisan-bingkisan kecil.

Dengan perasaan yang masih tak menyangka dan tentu bahagia, ia mendapati seorang penyapu jalanan yang sedang terduduk sambil termenung. Hari sudah hampir larut menjelang waktu maghrib, sementara dilihatnya penyapu itu hanya menggenggam setengah botol minuman berisi air mineral untuk persediannya berbuka puasa.

Dengan perasaan iba, Setiawan menghampiri penyapu itu. Dibawanya bingkisan kecil berisi makanan untuk berbuka, dan diberikanlah bingkisan itu kepada sang penyapu jalan. Dari situ dia menyadari akan kebahagiaan yang tak boleh ia rasakan seorang diri, sementara di pandangan matanya nampak dengan jelas seseorang yang tak sebahagia dirinya.

Di bulan penuh berkah, ia kembali menemukan hikmah, terlebih di bulan Ramadhan, di mana kita diajarkan agar bisa saling berbagi. Dan Setiawan, ia telah belajar dan mengaplikasikan apa yang dipahaminya tentang pembelajaran di bulan Ramadhan.  Ia rela dan ikhlas berbagi. Berbagi kebahagiaan yang sedang dirasakannya meski tak sama. Ia mendapat kebahagiaan karena pelatihannya membuahkan hasil sebuah penghargaan. Meskipun ia tahu ia tidak bisa memberikan kebahagiaan dalam bentuk yang sama, tapi ia sudah mau berbagi.

Terlebih karena yang aku tahu, bahwa ia menyadari kebahagian itu tidak sempurna jika hanya dirasakan oleh seorang diri. Kebahagiaan akan lebih bermakna sempurna, jika diri mampu memberikan kebahagian kepada sesama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun