Dengan perasaan iba, Setiawan menghampiri penyapu itu. Dibawanya bingkisan kecil berisi makanan untuk berbuka, dan diberikanlah bingkisan itu kepada sang penyapu jalan. Dari situ dia menyadari akan kebahagiaan yang tak boleh ia rasakan seorang diri, sementara di pandangan matanya nampak dengan jelas seseorang yang tak sebahagia dirinya.
Di bulan penuh berkah, ia kembali menemukan hikmah, terlebih di bulan Ramadhan, di mana kita diajarkan agar bisa saling berbagi. Dan Setiawan, ia telah belajar dan mengaplikasikan apa yang dipahaminya tentang pembelajaran di bulan Ramadhan. Â Ia rela dan ikhlas berbagi. Berbagi kebahagiaan yang sedang dirasakannya meski tak sama. Ia mendapat kebahagiaan karena pelatihannya membuahkan hasil sebuah penghargaan. Meskipun ia tahu ia tidak bisa memberikan kebahagiaan dalam bentuk yang sama, tapi ia sudah mau berbagi.
Terlebih karena yang aku tahu, bahwa ia menyadari kebahagian itu tidak sempurna jika hanya dirasakan oleh seorang diri. Kebahagiaan akan lebih bermakna sempurna, jika diri mampu memberikan kebahagian kepada sesama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H