Mohon tunggu...
VIVI ANGELIA SARI
VIVI ANGELIA SARI Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWI

UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Moral Anak Usia Dini Menurut Para Ahli

6 November 2022   22:01 Diperbarui: 6 November 2022   22:43 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat dulu saya sekolah dasar memiliki peristiwa yang dimana teman sekelas saya laki-laki berisik dan gurunya menegur namun dia tidak terima dan menjawab dengan berkata-kata kasar yang membuat dia dikeluarkan dan Belum lama ini saya membaca kabar tentang seorang siswa yang memukul gurunya hingga meninggal. Apa itu kurangnya penanaman moral, Tentu kita tidak ingin anak-anak mengalami krisis moral seperti murid tersebut bukan?

Guru biasanya mengajarkan materi pelajaran di sekolah dari pada mengajarkan nilai-nilai moral pada masing-masing anak. Pendidikan moral merupakan salah satu pendidikan yang berhubungan dengan perilaku seseorang baik itu perkataan ataupun perbuatan. 

Mengajarkan nilai-nilai moral lebih sulit karena tidak hanya teori tetapi justru lebih menekankan pada praktek di kehidupan sehari-hari. Selain itu juga dibutuhkan kesabaran dan kehati-hatian dalam mengajarkannya.

Dalam pandangan Jean Piaget  menemukan bahwa konflik moral anak-anak (misalnya, berbagi, agresi, dan hak) cenderung terjadi di antara teman sebaya. Orang tua dan keluarga, bagaimanapun, membangun dan memperkuat pedoman moral tentang benar dan salah dan menjadi panutan. Kedua interaksi adalah kunci untuk membangun kode moral. 

Piaget telah mengamati bahwa perkembangan moral seorang anak bergantung pada keterampilan kognitifnya, dan karenanya membagi proses tersebut ke dalam tahap-tahap berikut:

Tahap sensorimotor (sensorimotor stage) : Lahir sampai 2 tahun

Anak memahami dunia sesuai dengan perkembangan motoriknya, Dia mengoordinasikan pengalaman melalui interaksi fisik seperti melihat, mengisap, dan menggenggam. Anak mengembangkan 'keabadian objek' di mana dia memahami bahwa suatu objek ada bahkan ketika itu tidak dapat dilihat, disentuh, atau didengar.

Tahap praoperasional (preoperational stage) : 2 hingga 7 tahun

Anak kurang memiliki kemampuan untuk bersikap sopan, artinya semua tindakannya didorong oleh pemahaman bahwa ia harus diberi nafkah, Secara logis tidak memadai untuk operasi mental, dan Pemikiran anak bersifat egosentris, artinya ia tidak dapat memahami sudut pandang orang lain. Pada dua tahap di atas anak masih belum mampu membedakan antara apa yang menjadi miliknya dan milik orang lain. Karenanya, dia menginginkan segalanya untuk dirinya sendiri dan rewel tentang hal itu.

Tahap Operasional Konkret (concrete operational stage) : 7 sampai 11 tahun

Anak-anak dengan cepat memperoleh bahasa pada usia 7-11 tahun, Tidak memiliki kemampuan penalaran abstrak, Selama proses ini, representasi mental anak meningkat secara luar biasa. Perolehan bahasa yang cepat karena perkembangan simbolik kognitif dan Menghilangkan egosentrisme.

Tahap Operasi Formal (formal operational stage) 11-12 tahun

Anak mulai bernalar secara abstrak , Representasi fisik dan representasi mental. Pada tahap operasional, anak mampu melihat sesuatu dari sudut pandang orang ketiga. Dia memahami pentingnya kerjasama, timbal balik dan kesetaraan. Ini adalah saat dia berubah dari Heteronomy ke Autonomy.

Sedangkan menurut pandangan Teori Perkembangan Moral Kohlberg Lawrence Kohlberg, seorang profesor psikologi Harvard, telah mengajukan teori perkembangan dengan tahapan

Tahap 1: Orientasi kepatuhan terhadap hukuman: Anak-anak kecil berperilaku benar karena mereka takut pada otoritas dan mengikuti aturan untuk menghindari hukuman.

Tahap 2: Egoisme/individualisme : Tindakan yang benar adalah yang memuaskan kebutuhannya sendiri dan terkadang kebutuhan orang lain. Timbal balik pada tahap ini bukan tentang kesetiaan atau keadilan.

Tahap 3: Anak laki- laki yang baik / gadis yang baik : Tindakan yang benar adalah yang menyenangkan dan mengesankan orang lain. Individu memperhatikan kesan yang ditinggalkannya pada orang lain, dan mencari persetujuan orang lain dengan perilaku baiknya.

Tahap 4: Orientasi hukum dan ketertiban: Perilaku yang benar berarti melakukan tugas seseorang, mematuhi norma-norma sosial untuk kepentingannya sendiri, dan menghormati otoritas.

Tahap 5: Orientasi kontrak sosial: Anak mengakui prinsip-prinsip universal, hak-hak individu dan dasar dan norma-norma sosial. Selain dari apa yang disepakati sebagai benar, tindakan yang benar juga tentang nilai dan pendapat pribadi.

Tahap 6: Orientasi prinsip etika universal: Tindakan yang benar diputuskan oleh hati nurani individu sesuai dengan prinsip etika yang dipilih sendiri.

Kohlberg menyebut tahap 1 dan 2 sebagai moralitas prakonvensional, tahap 3 dan 4 sebagai moralitas konvensional dan dua tahap terakhir sebagai moralitas pascakonvensional.

Pengaruh lingkungan keluarga, hubungan teman sebaya, dan sosial terhadap perkembangan moral anak usia dini. Orang tua dan guru memegang peranan penting dalam mengajarkan akhlak kepada anak. Mengajarkan moral di usia muda dapat membantu membesarkan warga negara yang bertanggung jawab. Namun, pemahaman dan penerapan nilai-nilai moral pada anak-anak bergantung pada lingkungan tempat mereka dibesarkan dan keterampilan fisik, sosial, emosional, dan kognitif mereka. Pujilahanak setiapkalimerekabertindakpositifdanmenunjukkanperilakuyangbenarsecaramoral.Iniakanmembantumerekamengetahuiapayangdiharapkandarimereka.

Anak-anak biasanya memandang danmengikutiAndadengancermat.Jadi,praktikkanapayang dilihatnya  danjadilah panutanyangmerekabutuhkan. Kita bisa mengajarkan moral yang kecil-kecil yang sederhana contohnya, melaluipermainankelompok,anak-anakdapatbelajarbahwaaturan danmerekaharusmengikutinyabukanuntukmenghindarihukuman,tetapikarenaaturanitubenar.Perkembangan moral pada anak tercermin dalam kepribadian dan perilakunya sebagai orang dewasa. 

Oleh karena itu, mengajari mereka untuk membedakan antara yang benar dan yang salah sejak masa kanak-kanak dapat meletakkan dasar bagi mereka untuk menjadi individu yang bertanggung jawab, baik hati, dan adil. Mencoba beberapa kegiatan, didik mereka dengan pelajaran hidup yang penting, dan jadilah contoh bagi diri Anda sendiri agar mereka belajar dan memahami nilai moral dalam hidup. 

Meskipun mungkin tidak semudah kedengarannya, memulai lebih awal dapat memberi kita waktu untuk melakukan segala sesuatunya dengan lambat dan mantap. Dengan menanamkan moral sejak kecil akan terhindarnya prilaku-prilaku krisis moral pada anak usia dini. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun