Mohon tunggu...
Vivi SilviaIndramayanti
Vivi SilviaIndramayanti Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Saya adalah seorang guru di SMK N 1 Jatibarang sebagai Guru Mata pelajaran Kimia, saya mengikuti Program Guru Penggerak Angkatan 4 dari Kabupaten Indramayu

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Pendidik dalam Pengambilan Keputusan

28 April 2022   16:50 Diperbarui: 28 April 2022   16:52 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

3.1.a.9. Koneksi Antar Materi -Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

PERAN PENDIDIK DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

April 27, 2022

Seorang pendidik tentu pernah menghadapi situasi yang membuat mereka merasa ragu dalam membuat suatu keputusan, mengapa demikian? Hal ini dikarenakan dampaknya akan mempengaruhi semua pihak yang terlibat di dalamnya, khususnya bagi seorang murid. 

Oleh karena itu, sebagai seorang guru kita harus mampu membuat keputusan yang cepat, tegas, relevan dan juga tidak bertentangan dengan nilai-nilai kebajikan universal. Pendidik yang mampu mengasah keterampilannya dalam mengambil keputusan akan menentukan arah institusi dan satuan pendidikan yang ada didalamnya.

1. Pengaruh pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka terhadap sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran

Dalam pengambilan sebuah keputusan sering kali kita bersinggungan dengan prinsip-prinsp etika,  sehingga membuat kita menjadi dilema dalam menentukan arah keputusan yang akan diambil. 

Berpedoman dari pemikiran Ki Hajar Dewanatara dengan filosofi Pratap triloka yaitu Ing Ngarso Sung Tulodho Ing Madyo Mangun Karso Tut Wuri Handayani yang artinya di depan menjadi tauladan, di tengah membangun semangat dan kemauan, serta di belakang memberikan dorongan atau dukungan. 

Ketiga pemikiran tersebut memiliki makna bahwa menjadi seorang pendidik dituntut untuk mampu mengasah keterampilannya dalam mengambil sebuah keputusan, sehingg kita mampu memanage sekolah untuk bisa meningkatkan sumber daya manusia yang lebih baik dan berkualitas.

Keputusan-keputusan yang diambil oleh seorang pendidik haruslah sejalan dengan dasar-dasar pendidikan dimana keputusan tersebut harus berpihak pada kepentingan murid, sebagaimana Ki Hajar Dewantara yang menyatakan bahwa pendidik haruslah mampu untuk menuntun seorang murid sesuai dengan kodrat alamnya agar mencapai keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia ataupun anggota masyarakat.

Sistem among yang diajarkan Ki Hajar menjadikan seorang guru sebagai panutan dan tauladan bagi muridnya, sehingga setiap keputusan yang diambil seorang pendidik akan ditiru oleh muridnya, bagaimana seorang guru menampung aspirasi dan mendiskusikan setiap konsekuensi yang akan terjadi, lalu mempertimbangkan pihak-pihak mana yang akan terlibat,  dan juga berusaha agar tidak merugiakan siapapun, hal -- hal tersebut akan menjadi karakteristik dan cerminan guru bagi murid untuk membuat keputusannya sendiri dimasa yang akan datang.

Dokpri
Dokpri

2. Pengaruh Nilai-Nilai Dari Dalam Diri Terhadap Pengambilan Keputusan sebagai Seorang Pemimpin Pembelajaran

Hal lain yang selalu dipertimbangakan oleh seorang pendidik dalam pengambilan keputusan, yaitu nila-nilai kebajikan universal, meliputi seperti keadilan, tanggung jawab, kejujuran, bersyukur, lurus hati, berperinsip, integritas, kasih sayang, rajin, komitmen, percaya diri, kesabaran dan masih banyak yang lainnya. 

Nilai -- nilai yang dimaksud adalah nilai kebajikan yang telah disepakati bersama tanpa memandang status sosial, agama, bahasa dan suku bangsa. Mengimbaskan nilai-nilai universal ini kepada murid-murid secara tidak langsung memgajarkan nilai-nilai kebajikan yang akan tertanam dalam dirinya sebagai fondasi dalam menghadapi era teknologi dimasa yang akan datang.

Terkadang ada situasi dimana kita merasa ragu dalam mengambil keputusan, hal ini dikarenakan beberapa keputusan sama-sama menguntungkan atau bahkan bertentangan, kondisi yang demikian termasuk kedalam dilema etika. Agar memudahkan kita untuk membuat keputusan pada situasi dilema etika terdapat beberapa konsep yang digunakan sebagai acuan, yaitu 4 paradigma dan prinsip dilema etika serta 9 langkah pengambilan & pengujian keputusan.

Adapun Paradigma Dilema Etika dapat di kategorikan menjadi 4 macam, yaitu :

  • Individu lawan masyarakat/banyak orang (Individual vs Community)
  • Rasa keadilan melawan rasa kasihan (Justice vs Mercy)
  • Kebenaran/peraturan melawan kesetiaan (Truth vs Loyality)
  • Jangka pendek melawan jangka panjang (Short term vs long term)

Selain itu terdapat prinsip-prinsip yang paling sering digunakan kebanyakan orang terutama pemimpin pembelajaran untuk dapat mengambil keputusan dan membantu dalam menentukan pilihan-pilihan atau tantangan yang dihadapai dalam proses pengambilan keputusan. (Kidder, 2009, hal 144_PPGP) menyebutkan 3 prinsip dilema etika diantaranya : 

  • Berfikir berdasarkan hasil akhir (End Based Thinking)
  • Berfikir berdasarkan aturan (Rule Based Thinking)
  • Berfikir berdasarkan rasa kepedulian (Care Based Thinking)

    Untuk meyakinkan lebih dalam lagi apakah kita sudah efektif dalam pengambilan keputusan kita dapat menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujuan keputusan sebagai berikut:

1. Mengenali nilai-nilai yang bertentangan

2. Menentukan siapa yang terlibat

3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan

4. Pengujian benar atau salah

  • Uji legal
  • Uji Regulasi/standar profesi
  • Uji intuisi
  • Uji publikasi
  • Uji Panutan/Idola

5. Pengujian paradigma etika

6. Melakukan prinsip-prinsip dilema etika

7. Investigasi opsi trilema

8. Buat keputusan

9. Lihat lagi keputusan dan refleksikan

3. Keterkaitan Coaching Dengan Pengambilan Keputusan Sebagai Seorang Pemimpin Pembelajaran

Pada Modul sebelumnya, yaitu pada modul 2.3 mengenai Coaching dapat diterapkan dalam tahapan pengambilan keputusan, dengan keterampilan berkomunikasi yang memberdaya, dan penggunaan model coaching TIRTA dapat dilakukan diskusi antara pihak-pihak yang terlibat dalam situasi dilema etika yang terjadi, sehingga potensi-potensi yang dimiliki dapat membantu dalam membuat keputusan dengan tujuan keputusan tersebut tidak bertentangan dengan nilai-nilai kebajikan universal, malah justru meningkatkan kualitas lembaga/satuan pendidikan tersebut ke arah yang lebih maju, khususnya untuk para murid yang belajar menggali potensi dan kekuatan yang dimiliki, sehingga mereka sadar akan kemampuan diri yang dimilikinya, serta mampu untuk menghadapi tantangan-tantangan yang menghadang mereka di kemudian hari.  

4. Pengelolaan Aspek Sosial Dan Emosional dalam Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Sering sekali seorang pemimpin pembelajaran menentukan keputusan dengan terburu-buru dan penuh emosi karena adanya banyak tekanan dari berbagai pihak, dimana menyebabkan keputusan tersebut terlalu dini dan banyak resiko yang terjadi, bukannya mendapatkan solusi malah terjadi masalah baru yang efeknya lebih luas bagi diri sendiri bahkan lingkungan sekitar.

Adanya pengelolaan aspek sosial dan emosinal yang telah dipelajari pada modul 2.2 pada LMS PPGP pada PSE (Pembelajaran Sosial Emosional), menjadi dasar bagi seorang pendidik dalam pengambilan keputusan, dengan memiliki pengendalian diri ketika menghadapi situasi dilema etika, berbagai keterampilan pengetahuan, sikap dan mainfulness yang dimiliki, akan membuat hubungan diri dengan lingkungan sosial menjadi lebih harmonis.

Seperti kutipan Rusdy Rukmarata, Budayawan " Kebahagian adalah pada saat kita dapat menghargai apa yang ada disini dan sekarang dan dapat membangun hubungan maupun kerjasama dengan orang lain atas dasar hormat dan saling menghargai', makna kutipan ini dapat kita ajarkan kepada murid, bahwa dalam kehidupan sosial haruslah saling manghargai satu sama lain, dan menyadari keberadaan dirinya. Mereka harus bertahan menghadapi masalah dan memecahkan masalah dengan cara pengambilan keputusan dengan dasar kesadaran penuh dengan teknik STOP ( Stop, Take a deep breath, Observe dan Proceed).

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Nilai-nilai kebajikan universal tentu tertanam dalam jiwa pendidik, nilai ini lah yang harus pula ditumbuhkan pada muri-muridnya sebagai landasan untuk dapat memecahkan masalah dalam proses mencapai kodrat alam dan zamannya. Ketika seorang pendidik mengalami situasi konflik atau masalah moral dan etika, maka kembali lagi pada nilai yang dianut oleh pendidik untuk melakukan tindakan dan melakukan restitusi, apakah konflik tersebut masuk kedalam bujukan moral atau dilema etika.

6. Pengambilan Keputusan Yang Tepat Akan Berdampak Pada Terciptanya Lingkungan yang Positif, Kondusif, Aman, dan Nyaman

Pengambilan keputusan yang tepat tentu akan berdampak baik bagi lingkungan dan semua pihak, apabila itu terjadi dalam dunia pendidikan maka akan terciptanya proses belajar mengajar yang nyaman dan kondusif. Selain itu, penerapan dan pembiasaaan budaya dan disiplin  positif akan  menciptakan lingkungan yang positif pula, harapannya keputusan yang telah di buat bermanfaat bagi semuanya tanpa harus menyudutkan pihak-pihak tertentu atau kelompok. 

Dengan terjalinnya kolaborasi dari pendidik dengan pimpinannya, atau bahkan guru dengan muridnya serta guru dengan teman sejawatnya yang bekerja sama dan saling berbagi pendapat untuk mencapai tujuan bersama. Begitu pula sebaliknya apabila keputusan yang di ambil cenderung tergesa-gesa dan menyudutkan salah satu pihak/kelompok maka berakibat lingkungan jadi tidak kondusif, akan ada pengkotakan dalam komunitas sekolah sehingga tidak ada keharmonisan didalam lingkungan tersebut.

7. Kesulitan-Kesulitan Dalam Pengambilan Keputusan Dengan Kasus-Kasus Dilema Etika

Kesulitan-kesulitan yang cenderung timbul ketika melakukan pengambilan keputusan dapat terjadi ketika situasi tersebut merupakan dilema etika (bener vs benar) atau situasi yang cenderung terjadi ketika seorang pendidik harus memilih antara dua pilihan dimana keauda pilihan secara moral benar namun bertentangan dengan nilai kebajikan. 

Atau bahkan kesulitan itu timbul jika ada beberapa pihak yang masih tetap mempertahankan opininya dan mementingkan kelompok tertentu sehingga merugikan kelompok lain. Hal lain pula terjadi kesulitan dalam pengambilan keputusan karena perbedaan budaya dan kebiasaan/aturan yang dianut masyarakat tertentu, sehingga diskusi mencapai mufakat pun tidak sepakati semua pihak. Oleh karena itu, diharapkan semua pihak dapat menanamkan nilai-nilai kebajikan universal dalam dirinya serta mampu mengelola dirinya agar setiap kesulitan tersebut dapat diminimalisir.

8. Pengaruh Pengambilan Keputusan Pengan Pengajaran Yang Memerdekakan Murid

Pengambilan keputusan yang dibuat oleh seorang pendidik akan berpengaruh pada proses pembelajaran, apakah keputusan tersebut berpihak pada kepentingan murid atau hanya gurulah yang di jadikan pusat pada proses belajar di kelas. Kedua keputusan ini akan menghasilkan dampak yang berbeda. Jika keputusan tersebut bertujuan untuk memerdekakan murid alam setiap proses pembelajarn, maka murid mampu menggali kodratnya, bakat dan minat yang ingin dicapainya dimana posisi guru sebagai penuntun, namun apabila sebaliknya maka guru hanyalah sebagai seseorang yang hanya menyampaikan materi tanpa tahu potensi dan kekuatan yang dimiliki muridnya.

9. Pengambilan Keputusan Sebagai Seorang Pemimpin Pembelajaran Dapat Mempengaruhi Kehidupan Atau Masa Depan Murid-Muridnya

Telah dipaparkan pada opsi 8 bahwa keputusan yang dibuat seorang guru mampu menggali bakat dan minat dari seorang murid, oleh karena itu hal ini dapat mempengaruhi kehidupan murid dimasa yang akan datang, dimana murid  tersebut memiliki potensi, bakat, minat serta kodrat alam dan zamannya, serta diharapkan murid dapat mananamkan nilai-nilai kebajikan universal dalam dirinya sehingga mereka mampu beradaptasi kapanpun, dimanapun, baik di dalam komunitasnya mapun masyarakat luas.

10. Kesimpulan Dan Keterkaitan Antar Materi

Peran sebagai pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan sangatlah penting, dimana kita dituntut sebagai manager dalam proses pembelajaran di kelas. Pendidik harus mampu membuat keputusan yang tepat dan berpihak pada kepentingan murid sebagai bentuk penerapan Filosofi menurut Ki Hajar Dewantara. Keputusan yang di buat dapat dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa landasan seperti 4 paradigma dan prinsip dilema etika serta dapat dilakukan pengujian dengan 9 langkah pengambilan & pengujian keputusan. 

Proses pengambilan keputusanpun tentu melibatkan kolaborasi berbagai pihak dan dilakukan dengan kesadaran penuh dengan teknik model coaching TIRTA yang mampu menggali potensi dan kekuatan yang dimiliki untuk digunakan dalam memecahakan masalah moral dan dilema etika yang terjadi sehingga keputusan yang di ambil bermanfaat bagi semua pihak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun