Mohon tunggu...
Visellia Aisharesti
Visellia Aisharesti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Jurusan Ilmu Hubungan Internasional - Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Saya suka menggambar.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perang Perdagangan Antara Amerika Serikat dan China Menurut Teori Konstruktivisme

31 Mei 2024   10:26 Diperbarui: 31 Mei 2024   14:12 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konstruktivisme adalah sebuah teori dalam hubungan internasional yang menekankan jika bagian-bagian penting dalam hubungan internasional dibangun oleh sejarah dan masyarakat, bukan dampak mutlak dari sifat manusia maupun ciri khas politik dunia lainnya. Bentuk hubungan sosial ini merupakan hasil dari interaksi faktor-faktor material dan faktor-faktor ideational. 

Pandangan konstruktivisme dalam Hubungan Internasional ini berfokus pada peran norma dan ketekunan dalam mempengaruhi tindakan maupun interaksi antar aktor. Konstruktivisme terdapat tiga bentuk, yaitu psikologis, sosial dan dialektual. 

Banyak kasus yang dapat dianalisa menggunakan teori konstruktivisme, salah satunya adalah perang dagang antara Amerika Serikat dan China.

Perang dalam perdagangan antara Amerika Serikat dan China awal mula nya karena Donald Trump, Presiden Amerika Serikat, yang memiliki tujuan untuk melindungi industri dalam negeri dan mengurangi defisit perdagangan Amerika Serikat. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk membentuk lapangan kerja yang lebih. 

Defisit tersebut terjadi akibat dari penggunaan barang-barang impor yang lebih besar karena Amerika serikat diketahui mengekspor barang sekitar $130 miliar ke China, sedangkan impor Amerika Serikat dari China $505 miliar.

Donald Trump memandang China sebagai musuh utama dalam perekonomian Amerika Serikat. Trump bahkan memberikan pernyataan jika China telah mencuri dan memanfaatkan Amerika Serikat sehingga Amerika Serikat mengkritik China bahwa China menentang kekuatan serta berusaha mengurangi keamanan dan kemakmuran Amerika Serikat. 

Pada tahun 2018, perang dagang antar dua negara awal mulanya karena Amerika serikat yang menerapkan tarif 25% terhadap barang yang diimpor China. China juga tidak tinggal diam sehingga China memberikan kebijakan tarif tambahan terhadap barang yang diimpor oleh Amerika Serikat.

Trump memelopori tiga tarif pada tahun 2018, yaitu tarif untuk mobil Eropa, tarif impor China dan tarif global untuk baja. Dengan ditetapkannya pernyataan tersebut, hal itu membuat pasar saham global turun drastis, lantaran takut apabila perang dagang terjadi antara tiga perekonomian terbesar, yaitu Amerika Serikat, Eropa dan China. 

Perang antara dua negara ini tidak kunjung berhenti pada putaran pertama, kemudian lanjut ke putaran kedua, hingga awal 2020 perang tersebut belum memperlihatkan tanda-tanda akan berakhir.

Peringatan yang diberikan oleh Trump kepada perusahaan-perusahaan Amerika Serikat yang berinvestasi di China untuk segera mengundurkan diri apabila tidak ingin terkena dampak dari perang dagang. Bahkan Trump membuat postingan di twitter yang menyatakan jika Amerika serikat tidak memerlukan China, bahkan akan lebih baik jika tanpa China. 

Oleh karenanya, investasi di China banyak dilakukan oleh perusahaan sehingga membuat khawatir pemasaran dan nasib pabrik mereka di China. Beberapa perusahaan tersebut adalah Apple, Starbucks, Nike, dan KFC.

Lama kelamaan, dengan upaya untuk menghindari kebijakan Trump tersebut, kebanyakan perusahaan memindahkan produksi mereka keluar China. Kebanyakan perusahaan tersebut tidak memindahkan produksi kembali ke negara asal, tetapi produksi tersebut justru dipindahkan ke negara-negara lain yang tidak masuk dalam kebijakan Trump.

Pandangan konstruktivis menganggap jika manusia merupakan pembentuk suasana atau keadaan itu sendiri sehingga perang dagang yang terjadi antar kedua negara tidak terlepas dari peran manusia. 

Pada kasus konflik perdagangan antara Amerika Serikat dan China ini, Trump telah menetapkan kebijakan terkait tarif sehingga berdasarkan pandangan konstruktivisme, peran utamanya adalah aktor negara dan aktor politik. 

Oleh karenanya, negara-negara yang di dalamnya terdapat aktor politik memiliki peran yang dominan daripada aktor lainnya karena negara memiliki kekuasaan untuk menentukan kebijakan-kebijakan dalam mempertahankan atau mencapai kepentingan-kepentingan suatu negara.

Selain itu, dalam kasus ini juga dapat dianalisa menggunakan konsep konstruktivis psikologi, yang di mana Trump memberikan pernyataan jika China telah mencuri, memanfaatkan, menentang, serta berusaha mengurangi keamanan dan kemakmuran Amerika Serikat. 

Dalam konstruktivis psikologi ini menekankan bagaimana seseorang memanfaatkan informasi, sumber daya maupun bantuan dari orang lain untuk membentuk dan menumbuhkan model mental atau taktik untuk menyelesaikan masalahnya. J

ika diperhatikan, secara tidak sadar, Trump berkemungkinan dapat memengaruhi banyak orang melalui pertanyaannya dan mengundang rasa kebencian antar sesama.

Dalam pandangan konstruktivisme, ditekankan bahwa kekuatan suatu negara diukur dari kapasitas militer dan ekonominya. Amerika Serikat dan China merupakan negara yang tergolong powerful, mulai dari segi ekonomi, militer, dsb. 

Karena hal tersebut, Amerika Serikat yang menganggap China sebagai ancaman nasional ingin mencegah hal yang tidak diinginkan dengan memberikan tarif impor produk China. Begitupun sebaliknya, China yang tidak terima mendapat perlakuan dari Amerika Serikat sehingga China juga mengambil tindakan. 

Masing-masing dari aktor tersebut tentunya memiliki kepentingan nasionalnya sendiri-sendiri dan tentunya berusaha membangun negaranya masing-masing, hal tersebut yang mendasari bagaimana konflik ini dapat terjadi.

Konflik berupa perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang awal mulanya pada tahun 2018 terjadi karena Presiden Amerika Serikat, yaitu Donald Trump memberikan kebijakan terkait tarif impor pada produk-produk China yang dianggap merugikan Amerika Serikat. 

Dalam teori konstruktivisme, dapat dianalisa apabila peran utama dalam kasus tersebut adalah aktor negara dan aktor politik. Kemudian terdapat konstruktivis psikologi pada kasus tersebut, yang di mana Trump yang menyatakan bahwa China merupakan ancaman bagi Amerika Serikat sehingga pernyataan itu dapat mempengaruhi orang lain dan memicu pertengkaran. 

Dalam teori konstruktivisme juga ditekankan jika kekuatan suatu negara diukur dari kekuatan militer dan ekonominya, yang di mana kedua negara merupakan negara yang powerful sehingga masing-masing negara berusaha meningkatkan pengaruh mereka di tingkat global. Hal-hal itulah yang menyebabkan konflik perdagangan ini terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun