Mohon tunggu...
Visca
Visca Mohon Tunggu... Penulis - Lulusan arsitektur Universitas Indonesia, yang walaupun sudah tak berprofesi arsitek, tetap selalu suka menikmati segala bentuk arsitektur. Pernah tinggal di Maroko, Belanda, Thailand, dan tentunya Indonesia.

Traveler. Baker. Crafter.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Buah Kaktus, dari Makanan Ternak hingga Menjadi Elixir Termahal di Dunia

5 Juni 2020   12:15 Diperbarui: 6 Juni 2020   17:46 2028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perempuan pemetik buah kaktus di Maroko|Sumber: BBC News

Musim panen yang cukup panjang, yang berlangsung dari bulan Juli sampai Desember seakan memberi dukungan pagi para perempuan ini.

Perempuan pemetik buah kaktus di Maroko|Sumber: BBC News
Perempuan pemetik buah kaktus di Maroko|Sumber: BBC News
Dulu, saat buah kaktus belum "ketahuan" betapa superior kandungan di dalamnya, orang mengumpulkannya hanya untuk dikonsumsi sendiri, bila berlebih dijual atau dijadikan makanan ternak. 

Begitu khasiatnya terungkap dan nilainya menjadi tinggi, urutan tujuan menggumpulkannya pun berubah. Utamanya adalah untuk dijual, sisanya untuk dimakan. Dan pastinya, jatah untuk hewan ternak jadi berkurang.

Banyak hal menarik dari buah kaktus ini: Bagaimana pentingnya peran ilmu pengetahuan dan penelitian yang membuat orang jadi tahu manfaat buah ini. Bagaimana industri, terutama industri kesehatan dan kecantikan menggunakan dan menjadikannya komoditas ekslusif. 

Yang mana hal-hal tersebut membawa perubahan bagi buah ini. Ia "naik kelas". Dari yang digunakan sebagai makanan ternak hingga sekarang dinobatkan menjadi salah satu elixir termahal di dunia.

Buah kaktus juga ini mengingatkan saya akan dua peribahasa bijak. "Tak kenal maka tak sayang", dimana buah kaktus membukikannya bahwa bila kita kenal dengannya (manfaat dan khasiatnya), kita jadi jatuh sayang padanya. 

Juga satu pepatah lagi "Don't judge the book by its cover (terjemahan bebas: Jangan menilai sesuatu dari penampilan luarnya saja"). Walaupun penampilannya tidak seelok buah lainnya, malah ada duri dan banyak bijinya, ternyata buah ini malah memberikan banyak manfaat bagi yang memakannya. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun