Hidup di jaman sekarang sepertinya membuat kita selalu kekurangan waktu. Pergi dari rumah ke tempat kerja saja bisa memakan waktu berjam-jam. Begitu juga pada saat pulangnya. Pergi kerja harus pagi-pagi benar (selisih 5 menit saja, bisa mengakibatkan 30 menit terlambat tiba di kantor).Â
Sampai rumah biasanya sudah malam (apalagi bila ditambah dengan hujan) dan pasti dalam kondisi lelah. Inginnya langsung makan malam dan istirahat. Beruntung bagi yang punya asisten rumah tangga yang bisa masak.Â
Bagi yang tidak ada, maka kadang pilihannya adalah makan di luar, catering, food delivery atau beli makanan siap santap di supermarket . Masak sepertinya menjadi pilihan terakhir atau bahkan mungkin tak terlintas di pikiran sama sekali .
Seakan menjawab atas kebutuhan tersebut, menjamurlah berbagai usaha yang bergerak di bidang makanan.
Tempat makan rasanya tak perlu dipertanyakan lagi, kita bisa menjumpainya dimanapun. Jumlahnya tak bisa dihitung. Mulai dari warung sampai restaurant bintang lima. Mulai dari yang di pinggir jalan, di mall sampai di hotel-hotel berbintang. Tinggal pilih yang mana sesuai rasa dan tentunya harga.
Jasa catering makanan pun tak kalah menjamurnya. Jenisnya pun beragam, mulai dari yang mengangkat tema makanan low carb, keto, low calories, vegan, vegetarian. Sampai catering kesehatan, seperti catering untk diabetes, darah tinggi dan sebagainya. Pokoknya untuk segala kebutuhan, rasanya bisa ketemu catering yang pas.
Food delivery, jasa antar makanan yang saat ini sedang marak. Bisa beli dari tempat makan manapun, harga juga sama dengan harga di tempat, hanya perlu membayar jasanya saja, yang kadang bila sedang promo, bisa gratis.
Makanan siap saji atau makanan beku mendapat tempat yang makin besar saja di supermarket/minimarket. Tak perlu repot-repot, hanya perlu microwave untuk memanaskannya, dan langsung siap disantap. Ragamnya juga makin banyak dan rasanya pun banyak yang enak. Sedangkan untuk harganya, sudah tentu lebih terjangkau dibanding ketiga pilihan lain di atas.Â
Mudah dan nyaman, bukan? Itupun masih ditambah lagi dengan berbagai bonus lainnya. Misalnya promosi diskon, ataupun coba gratis dulu dari catering sebelum memutuskan untuk langgangan. juga bonus kemudahan tidak perlu cuci peralatan masak/makan. Untuk tempat makan sudah jelas, tidak mungkin juga kita masuk kedapurnya dan bantu cuci piring (kecuali kalau sedang tak ada uang untuk bayar).Â
Untuk catering, banyak yang menyiapkannya dalam kemasan sekali pakai atau mereka akan mengambil kembali tempat makanan mereka. Food delivery dan makanan siap saji sudah jelas pasti memakai kemasan sekali pakai.
Nah bandingkan dengan memasak sendiri. Bagi yang biasanya kebagian tugas memasak di rumah, pasti sudah tahu dan kebayang repotnya. Mulai dari mencari ide masakan. Mau masak apa hari ini? Mungkin banyak yang tidak tahu, bahwa ini sebetulnya tugas "berat". Berdasarkan pengalaman pribadi, saya kadang suka kehabisan ide. Masak yang itu-itu lagi, dijamin akan dapat protes dalam waktu sesingkat-singkatnya.Â
Mesti cari makanan yang disukai, yang juga sehat dan khusus buat saya, yang proses masaknya cepat. Tak heran banyak sekali situs maupun aplikasi yang berisi resep masakan. Sungguh hal yang sangat membantu. Walaupun tetap saja memerlukan waktu, yang kadang tak singkat untuk mendapatkan resep yang sesuai.Â
Oya, karena saya belanjanya mingguan (sulit rasanya bila tiap hari harus belanja), maka ide masakannya kira-kira juga untuk 1 minggu. Nah bisa dibayangkan, perencanaannya bisa melebihi rumitnya perencanaan seorang arsitek.
Bila ide masakan sudah ada, berikutnya adalah persiapan bahan-bahan masakannya. Beruntung saya hidup di jaman yang memberi banyak kemudahan. Bila tak sempat, bisa menggunakan jasa beli dan antar yang sekarang ini banyak sekali pilihannya.Â
Harga jasanya pun relatif masuk akal. Bahkan sekarang ini, saya lebih banyak memilih belanja supermarket dengan menggunakan jasa ini. Hemat waktu dan tidak perlu berat-berat bawa pulang ke rumah.
Apabila bahan-bahan sudah punya, berikutnya adalah proses memasak. Karena saya penyuka masakan simple, biasanya saya memerlukan waktu 1 Â jam untuk menyiapkan makanan. Sudah pasti rendang atau gudeg tidak masuk dalam daftar memasak saya.
Nah, mulai sepakat kalau memasak itu bukan proses yang gampang?
Kondisi ini jadi membuat saya bertanya-tanya apakah memasak di rumah masih perlu?
Pilihan yang sulit. Walaupun memasak itu bukan pekerjaan yang mudah, dan tawaran kemudahan mendapat makanan tanpa perlu masak sangat menggoda, saya biasanya tetap memilih memasak sendiri di rumah. Banyak alasan.Â
Alasan yang terkesan klise tapi betul, yaitu kalau masak sendiri kita tahu betul bahan yang kita gunakan. Yakin dengan kebersihannya. Yakin akan sehatnya. Yakin akan prosesnya. Makanpun tak pakai khawatir.
Alasan berikutnya yang juga masih berkesan klise, yaitu rasa bahagia pada saat orang yang kita buatkan makanan, menikmati masakan kita. Apresiasi dari pasangan, atau saat anak meminta dibikinkan makanan kesukaannya, merupakan pemicu untuk memasak sendiri.
Alasan berikutnya alasan ekonomi. Berdasarkan pengalaman saya, memasak sendiri itu lebih murah. Walaupun restaurant ataupun catering bisa mendapat bahan makanan lebih murah karena mereka membeli dalam jumlah besar, namun mereka juga memerlukan pengeluaran untuk jasa yang masak, biaya untuk penyimpanan dan tentunya mereka juga perlu memasukan laba mereka.
Pada akhir pekan atau hari libur, kadang kami sekeluarga suka memasak bersama. Bagi-bagi tugas. Walaupun biasanya akan jadi lebih berantakan (semua panci bisa keluar dari lemari), namun seru dan mengasyikan. Bekerja sambil ngobrol dan bercanda. Interaksi antarsesama anggota keluarga pada saat memasak membuat ikatan keluarga menjadi lebih kuat.
Dan alasan terakhir, alasan yang pribadi. Buat saya, aktivitas memasak merupakan sarana relaxasi. Pelepas stress. Pada saat masak, saya fokus pada masakan, melupakan sejenak beban/masalah yang ada. Istirahat dari memikirkan masalah, walaupun hanya sebentar, memberikan energi baru dalam menghadapinya nanti.Â
Saya jadi teringat percobaan tentang orang yang diminta mengangkat gelas. Gelas yang ringan akan terasa berat bila kita terus-terusan mengangkatnya. Tapi bila kita meletakannya sejenak, mengangkatnya kemudian tak akan terasa berat.
Oya, masih ada satu bonus lagi dari memasak. Makan masakan rumah, berdasarkan penelitian, efektif untuk menurunkan berat badan. Nah, alasan penting ini (terutama untuk saya).
Tentunya ini hanya pendapat saya. Masing-masing tentu mempunyai kondisi, situasi dan latar belakang yang berbeda-beda. Jadi mau masak ataupun tidak, terpulang ke masing-masing individu. Pastinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H