Alasan berikutnya alasan ekonomi. Berdasarkan pengalaman saya, memasak sendiri itu lebih murah. Walaupun restaurant ataupun catering bisa mendapat bahan makanan lebih murah karena mereka membeli dalam jumlah besar, namun mereka juga memerlukan pengeluaran untuk jasa yang masak, biaya untuk penyimpanan dan tentunya mereka juga perlu memasukan laba mereka.
Pada akhir pekan atau hari libur, kadang kami sekeluarga suka memasak bersama. Bagi-bagi tugas. Walaupun biasanya akan jadi lebih berantakan (semua panci bisa keluar dari lemari), namun seru dan mengasyikan. Bekerja sambil ngobrol dan bercanda. Interaksi antarsesama anggota keluarga pada saat memasak membuat ikatan keluarga menjadi lebih kuat.
Dan alasan terakhir, alasan yang pribadi. Buat saya, aktivitas memasak merupakan sarana relaxasi. Pelepas stress. Pada saat masak, saya fokus pada masakan, melupakan sejenak beban/masalah yang ada. Istirahat dari memikirkan masalah, walaupun hanya sebentar, memberikan energi baru dalam menghadapinya nanti.Â
Saya jadi teringat percobaan tentang orang yang diminta mengangkat gelas. Gelas yang ringan akan terasa berat bila kita terus-terusan mengangkatnya. Tapi bila kita meletakannya sejenak, mengangkatnya kemudian tak akan terasa berat.
Oya, masih ada satu bonus lagi dari memasak. Makan masakan rumah, berdasarkan penelitian, efektif untuk menurunkan berat badan. Nah, alasan penting ini (terutama untuk saya).
Tentunya ini hanya pendapat saya. Masing-masing tentu mempunyai kondisi, situasi dan latar belakang yang berbeda-beda. Jadi mau masak ataupun tidak, terpulang ke masing-masing individu. Pastinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H