Sebuah keadaan dapat membawa dampak pada keadaan lainnya dan berlanjut sehingga masing masing keadaan akan menjadi faktor yang saling berkontribusi dari sebuah kecelakaan.
Investigasi akan membutuhkan masukan dari banyak pihak seperti pabrik pesawat dan mesin pesawat, maskapai dan lainnya serta dilakukan oleh Komite Keselamatan Penerbangan dari negara tempat kecelakaan terjadi, investigasi tidak mencari siapa yang bersalah melainkan untuk menghindari kecelakaan yang dikontribusi oleh hal yang serupa.
Oleh sebab itu pula Investigasi kecelakaan pesawat terbang merupakan proses yang memakan waktu yang tidak sebentar karena akan melibatkan banyak proses analisis pada semua faktor yang  berhubungan dengan keeadaan keadaan pesawat tersebut sebelum kecelakaan, mulai dari proses keberangkatan pesawat sebelum keberangkatan, analisis Flight Data Recorder dan Cockpit Voice Recorder hingga data pemeiharaan pesawat dari waktu ke waktu sebelum kecelakaan.
Dari setiap investigasi akan menghasilkan rekomendasi yang memerlukan tindakan segera  dari pabrik pesawat, operator dan pusat pemeliharaan pesawat sehingga hal serupa tidak akan terjadi lagi.
Selain itu pula investigasi dilakukan pada setiap kecelakaan dan insiden yang sesuai dengan panduan standar yang ditetaplkan oleh ICAO mulai dari sayap menabrak tiang lampu apron bandara hingga kecelakaan fatal, hal ini untuk memastikan keutamaan dari keselamatan harus tetap diterapkan baik oleh pabrik, operator hingga pusat pemeliharaan pesawat.
Sebagai contoh adalah ketika pesawat Airbus A-380 yang dioperasikan oleh Qantas bernomor penerbangan QF-32 mengalami insiden di udara pada 4 Nopember 2010 dan setelah investigasi selesai pihak komite keselamatan penerbangan Australia atau ATSB mengeluarkan hasil investigasi nya berupa rekomendasi kepada semua operator A-380 dengan mesin Trent 900 yang kemudian dilanjutkan dengan Emergency airworthiness directive oleh Badan Penerbangan Eropa atau EASA.Â
Emergency airworthiness directive (EAD) Â adalah panduan yang diterbitkan ketika ditemukan kondisi yang tidak aman dan memerlukan tindakan segera oleh para operator dan pengguna pesawat terbang.
Pada hasil investigasinya ATSB menemukan masalah pada mesin Trent 900 sedangkan Airbus A-380 tidak hanya menggunakan mesin Trent 900 tapi lainnya juga seperti mesin Rolls Royce sehingga rekemondasi diberikan kepada pengguna A-380 dengan mesin Trent 900 agar hal serupa terjadi lagi khususnya pada pesawat yang menggunakan mesin yang sama.
Untuk mencapai zero accident pada industri aviasi adalah sebuah tantangan yang tidak ringan dan membuat para pelakunya terus melakukan segala langkah  dan tindakan tanpa henti, namun kita harus selalu menyadari bahwa kehendak Yang Kuasa (Acts of God)  adalah tanda kekuasaan Sang Pencipta Bumi dan Langit atas segala hal yang ada semua ini, kita tidak bisa memastikan dengan zero accident tapi kita tidak bisa berhenti berusaha untuk meminimalkan resiko dari sebuah kecelakaan dan insiden.
Para pelaku industri aviasi sudah melakukan itu dengan menetapkan segala aturan, panduan, rekomendasi dan lainya yang dikeluarkan oleh Badan Otoritas Penerbangan dunia serta lainnya yaitu ICAO, FAA dan EASA, Â para pabrik pesawat pun sudah memainkan perannya dengan memproduksi pesawat dengan tingkat keselamatan yang semakin tinggi pula.
Penerapan teknologi terkini sudah dilakukan oleh pabrik pesawat untuk dapat beroperasi pada segala kondisi bahkan ketika pesawat mengalami masalah pada salah satu mesin nya dengan penerapan sertifikat ETOPS (Extended-Range Twin-Engine Performance Standards) untuk pesawat bermesin dua dan bahkan pesawat dapat tetap gliding di udara ketika semua mesin mati.