Berdiri tepat di depan pintu Ruangan dengan menyilangkan kedua tangan di depan, ditambah balutan blazer cokelat gelap. Membuat Wanita itu terlihat lebih memukau.Â
Menatap tajam ke arah nya, sepasang mata upturned Wanita itu kian terlihat dalam dan dalam namun juga begitu tajam. Melangkah semakin dekat, dengan suara serak Wanita itu pun berbisik tepat di samping telinganya. "Jadi, apa yang membawa Tuan Muda Daniart ke ruangan ini? " Menjauh kembali dari Daniart. Senyuman penuh seringai jahat pun memenuhinya wajahnya.Â
Menaikkan salah satu alisnya, Wanita itu pun kembali bertanya, "Oh, jadi Tuan Muda tidak mau menjawab? " Sinambi memainkan rambutnya yang bergaya Bob Layer itu, sang Wanita pun kembali melangkah mendekat. Lain hal dengan Daniart yang tidak berkutik dari tempatnya. Terus melangkah pelan, wanita itu seakan tak tau kapan waktunya berhenti. Hingga akhirnya Daniart pun buka suara. "Berikan itu! " Frasa ini berhasil membuat kedua manusia di ruangan itu membelalakkan mata. Menutup mulutnya dengan tangan kanan, wanita itu terkejut dengan apa yang dia dengar. Melepas kembali tangan kanannya, wanita itu malah membalas Daniart dengan senyuman termanisnya. 'Mati aku! ' Daniart hanya bisa menyesali kalimat belum lengkap yang terlepas dari mulutnya. Melihat Daniart yang mulai khawatir, wanita itu pun buka suara, "Tidak ku sangka, Tuan Muda sudah dewasa, " Tawa kecil mengakhiri kalimatnya.Â
Membuang nafas besar Daniart pun melanjutkan maksutnya, "Miss Viona, maksutku adalah berikan aku tanda tanganmu hari ini. Karena aku benar-benar membutuhkan nya, " Mendapatkan kembali ketenangannya, Daniart pun mulai melangkah masuk lebih dalam ke ruangan konseling melewati wanita itu. Dan bahkan duduk di kursi tamu Konseling. Mengambil secarik formulir bimbingan konseling di atas meja, kemudian ia menyerahkan nya ke Wanita itu yang dipanggilnya Miss Viona. "Aku tidak membawa bolpoin,"
Melihat tingkah pria muda di depannya ini membuat Viona terawa kecil. Meraih secarik kertas dari tangan Daniart, ia pun berbicara, "Sepertinya hari ini Anda berhasil menang melawan saya Tuan Muda, " Menuliskan sesuatu diatasnya lalu menorehkan tanda tangan. Viona pun mengembalikan formulir itu pada Daniart.Â
Melihat secarik kertas dengan tulisan tangan Viona di atasnya membuat Daniart tersenyum puas. "Baiklah aku akan pergi. Jaga dirimu dengan baik. Terima kasih" Ucap Daniart setelah menerima formulir itu dari Viona. Mendengar itu Viona tersenyum lebih bahagia, "Biarkan saya mengantar Tuan Muda, –" Melangkah ke pintu keluar Viona pun membukakan pintu, "–Lewat sini Tuan Muda, "
Beranjak dari tempat duduknya, dengan malas Daniart pun berjalan meninggalkan ruangan itu dan kembali ke ruang kelasnya. Di sisi lain, Viona setelah menutup pintu ruang Konseling pun mulai memutar nomor di ponselnya, lalu ia menelpon seseorang. Dalam perasaan senangnya ia menyebutkan, " ... Tuan, sepertinya Tuan Muda semakin dekat dengan kesiapan sebagai pemutar kemudi Kota ini berikutnya, "
Di tempat lain, Daniart sedang berjalan di lorong sekolah menuju kembali ke ruang kelasnya. Namun di tengah jalan ia berpapasan dengan seorang siswa laki-laki yang entah mengapa, saat berpapasan dengan nya, Daniart merasakan suatu perasaan yang aneh. Hal itu membuatnya teringat kembali dengan Miss Viona, menggelengkan kepala, Daniart berusaha membuang ingatan nya tentang Miss Viona. 'Lagian kenapa juga ayah memperkerjakan orangnya sepertinya sih, ' Batinnya. Membuang pikirannya tentang Miss Viona sinambi berjalan Daniart kembali teringat dengan anak laki-laki tadi yang baru saja berpapasan dengannya, 'Siapa dia? Rasanya aku cukup asing dengan wajah itu...Â
Bersambung
__________
Terima kasih Sudah Membaca.Â