Nama bantuan sosial sudah bukan menjadi rahasia di era pandemi ini, tetapi sebagai harapan bagi mereka yang terkena dampak resesi ekonomi. Pemerintah dengan tepat membentuk program tersebut seperti bantuan sosial berupa tunai dan non-tunai, PKH, dan lain-lain. Di bidang pemberdayaan kemampuan masyarakat, ada suatu nama yang tak asing lagi seperti Prakerja.
Menurut situs Kemenkeu.go.id, program ini mengalami lonjakan yang sangat baik dalam statistik di era pandemi. Prakerja ialah sebuah program yang memiliki tujuan agar masyarakat bisa berdaya dan diberikan modal sesuai dengan pelatihan yang dipilih. Selain itu di bidang pendidikan, ada juga beasiswa Bidikmisi atau KIP yang melonjak secara drastis penggunanya sebelum pandemi. Aktifnya beberapa program sosial tersebut menandakan dua sisi, yaitu adanya kesejahteraan sosial yang menurun dan respons pemerintah yang semakin bertanggung jawab.
Namun, masyarakat yang mendapatkan bantuan seolah-olah tidak memiliki timbal balik dengan tindakan nyata yang perlu dilakukan. Seakan-akan mereka hanya menerima bantuannya saja, tetapi tidak memberikan kegigihan dalam tanggung jawabnya masing-masing.
Intervensionisme dan Kematangan Kebijakan sebagai Solusi
Perencanaan dan kebijakan sosial yang dilakukan pemerintah nampaknya masih belum tercapai secara optimal. Masalah COVID-19 ini ialah sebuah masalah kemanusiaan yang mewajibkan para aktor internal atau eksternal turut berpartisipasi dalam menanggulanginya.
Bantuan sosial dan kebijakan era pandemi ini terbilang memang merupakan langkah yang baik, tetapi masih menimbulkan kekurangan di sektor kematangan dan intervensionisme di dalamnya. Belajar dari pola masyarakat, kebijakan sebelumnya, dan inovasi merupakan langkah yang tepat bagi pemerintah untuk siap siaga dalam menghadapi wabah yang bersifat dinamis dan cepat.
Memanglah wajar apabila pemerintah mengalami kesulitan di awal masuknya COVID-19 ke Indonesia ini, tetapi tidak wajar apabila pemerintah tidak bisa berperan lebih baik lagi di masa ini. Adapun masalah yang masih menjadi penghambat tercapainya kebijakan yang optimal ialah peran masyarakat yang masih apatis dan denial. Dalam situasi urgensi ini masyarakat turut berperan dan memanfaatkan bantuan yang diberikan oleh pemerintah dengan baik, entah itu tunai, maupun pemberdayaan.
Masyarakat atau pegiat sosial juga harus sadar bahwa mereka memiliki peran yang krusial di dalam urgensi kemanusiaan ini. Kampanye atau bantuan sukarela tentunya akan membantu pemerintah dalam menanggulangi wabah virus corona.
Terlepas dari itu, ada beberapa cara seperti pemerintah yang memberikan modal bagi para pelaku UMKM untuk bisa membangkitkan nyawa usaha dari masyarakat kecil, masyarakat kelas atas yang melakukan pembelanjaan intensif agar memutar roda perekonomian di segala sektor, dan memanfaatkan era daring sebagai solusi untuk berdagang maupun membuat konten yang bisa menghasilkan uang.
Di akhir, terdapat sebuah kesimpulan bahwa program atau solusi yang baik itu meliputi unsur intervensionisme, kematangan dan evaluasi, bantuan pemerintah, serta memanfaatkan era digital sebagai inovasi atau invensi.
Kesimpulan